Microservices Adalah: Pengertian, Kelebihan, dan Kekurangannya
Microservices adalah salah satu layanan yang mampu membuat perusahaan startup tumbuh dan berkembang pesat, sebut saja seperti Grab, Gojek, sampai Netflix. Dengan adanya microservices, berbagai aplikasi tersebut mempunyai fitur yang tetap ringan dan lebih mudah untuk dikembangkan.
Kenapa bisa demikian? Apa sebenarnya microservices itu? Dalam kesempatan kali ini, kami akan memberikan penjelasan lengkap tentang microservices khusus untuk Anda.
Daftar Isi
Pengertian Microservices
Dilansir dari laman Guru99, microservices adalah membagi aplikasi menjadi layanan yang lebih kecil dan didalamnya bisa saling terhubung. Microservices akan memungkinkan setiap fitur di dalam aplikasi mampu mengalami perkembangannya sendiri.
Pola arsitektur dari microservices secara signifikan mampu memengaruhi perkembangan hubungan antara aplikasi dengan database yang ada. Di dalamnya, setiap layanan tersebut mempunyai skema databasenya sendiri.
Lebih dari itu, layanan tersebut bisa menggunakan jenis database dan juga bahasa pemrograman yang paling sesuai dengan kebutuhan. Sehingga, setiap layanan tersebut bisa bekerja lebih maksimal.
Dilansir dari Microservice.io, kehadiran microservices akan membuat aplikasi menjadi lebih kompleks dan lebih padat tapi tetap ringan.
Jadi, microservices adalah suatu metode yang dilakukan dengan membagi layanan pada bagian yang lebih kecil namun didalamnya saling terhubung. Selain itu, setiap layanan di dalamnya bisa menggunakan teknologi yang berbeda-beda.
Baca juga: Market Size: Indikator Terbaik Untuk Mengetahui Potensi Keberhasilan Bisnis
Karakteristik
Berdasarkan laman Smartbear, terdapat 6 karakteristik utama dari microservices, yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Banyak Komponen
Salah satu tujuan diterapkannya microservices adalah agar sebuah aplikasi bisa mempunyai beberapa fitur yang lebih maksimal. Setiap fitur tersebut tentunya mempunyai komponen tersendiri agar bisa melakukan layanannya. Untuk itu, di dalam microservices akan ada banyak komponen yang digunakan.
2. Ditujukan untuk Kebutuhan Bisnis
Banyaknya fitur yang ada di dalam suatu aplikasi akan berkaitan dengan tujuan bisnis, yakni agar bisa melayani pelanggan secara maksimal. Tanpa adanya microservices, maka suatu aplikasi hanya mampu menjalankan aplikasinya secara optimal untuk satu tujuan besar saja, seperti melakukan transaksi untuk produk keperluan rumah tangga.
Beda halnya dengan microservices, hal tersebut akan bisa dimaksimalkan dengan menambah berbagai fitur pelengkap dari transaksi produk rumah tangga. Contohnya adalah layanan membersihkan rumah. Dengan kehadiran microservices, fitur baru tersebut bisa berjalan lebih maksimal tanpa harus mengganggu tujuan utama suatu aplikasi.
3. Proses Routing Yang Sederhana
Pada dasarnya, tujuan microservices adalah menyederhanakan suatu proses yang ada di dalam aplikasi. Karena di dalamnya terbagi menjadi beberapa fitur kecil, maka bila ada suatu permintaan tertentu, maka fitur tersebut tidak perlu lagi melakukan proses yang lebih lama untuk menyinkronkan dengan fitur lainnya.
Seperti yang sudah kita jelaskan sebelumnya, hal ini terjadi karena microservices akan memungkinkan adanya fitur baru tanpa harus mengganggu fitur utama.
4. Dapat Berjalan Sendiri
Dengan adanya microservices, maka setiap fitur yang tersedia bisa berjalan sendiri tanpa harus melakukan sinkronisasi dengan berbagai fitur lainnya. Untuk itu, setiap fitur yang ada di dalam aplikasi mempunyai tim pengembangnya tersendiri yang berbeda dengan pengembang dari aplikasi utama.
5. Mengurangi Risiko Kegagalan
Walaupun microservices berjalan sendiri, beragam fitur ataupun fungsi di dalam aplikasi tersebut akan saling mem-backup. Hal ini akan mengurangi adanya resiko kegagalan dalam suatu fitur, karena terdapat backup melalui database yang sudah tersedia.
6. Selalu Berubah
Kemudahan yang diberikan di dalam microservices akan mempermudah suatu aplikasi untuk bisa beradaptasi dengan keadaan yang ada. Beragam jenis gadget, serta berbagai pembaruan yang diberikan akan tetap mampu membuat suatu aplikasi bisa berjalan maksimal karena kehadiran microservices.
Kelebihan dan Kekurangan Microservices
Kelebihan Microservices
Berdasarkan pengertian dan juga karakteristik yang sudah dijelaskan sebelumnya, bisa kita ketahui kelebihan dari microservices adalah sebagai berikut ini:
-
Independensi Antar Komponen dalam Sisi Development dan CICD
Saat membangun suatu proyek, maka tentunya suatu sistem akan dibagi menjadi beberapa modul yang sesuai dengan keperluan yang sudah ada. Dengan menggunakan arsitektur yang ada pada microservices, maka pembagian modul bisa dibagi secara lebih mudah dan proses pengembangannya bisa dijalankan secara individu tanpa harus bergantung pada layanan yang lainnya.
Independensi yang ada pada tim akan mampu mengurangi dependensi dengan tim lainnya, sehingga akan mampu mempercepat proses pengembangan dan pengiriman secara menyeluruh.
Selain independen dalam hal pengembangan, setiap microservices akan bisa di-deploy secara lebih individual. Hal ini akan memungkinkan proses CI/CD atau devops pada umumnya bisa beroperasi secara lebih efisien. Sehingga, tim pengembang sudah tidak perlu lagi bergantung dengan tim lain yang membuat layanan yang berbeda.
-
Memudahkan Error Isolation
Konsep SRP yang diterapkan akan mampu memastikan bahawa setiap microservices mampu menjalankan tugas yang berbeda dan lebih spesifik pada entitas bisnis tertentu. Jika memang terjadi error, maka akan sangat mudah dalam melakukan isolasi atas masalah tersebut, karena layanan antara yang satu dengan yang lainnya.
-
Demokrasi Dalam Memilih Stack
Salah satu konsep yang mampu menciptakan microservices architecture adalah polyglot programming. Yaitu konsep dalam menggunakan lebih dari satu bahasa pemrograman dalam membangun suatu sistem yang sesuai dengan keunggulan dan batasan bahasa pemrograman yang ada.
Kekurangan Microservices
Selain mempunyai banyak kelebihan tertentu, pastinya microservices pun mempunyai beberapa kekurangan, seperti bila terjadi perubahan entity pada database, maka entity pada layanan lainnya pun harus diubah dengan baik.
Seringkali ditemukan kesulitan untuk menerapkan perubahan layanan, sehingga dibutuhkan perancangan yang lebih matang. Sehingga dibutuhkan automation  yang tinggi dalam melakukan proses deployment.
Kapan Harus Menggunakan Arsitektur Microservices?
Berdasarkan penjelasan diatas, maka kita harus mengetahui waktu yang tepat dalam menerapkan microservices. Jika memerlukan kemampuan untuk melakukan proses development, deployment, dan error isolation secara individual, maka diperlukan scope project yang sangat besar yang umumnya ada pada skala enterprise.
Microservices memerlukan suatu server dan satu database untuk setiap layanannya. Tentunya hal ini akan relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan monolithic yang menggunakan layanan shared database.
Lantas Apa Bedanya Microservices dengan Monolitik?
Monolitik dibuat dengan suatu sistem besar dan umumnya berdasarkan satu basis kode tertentu. Sedangkan microservices adalah aplikasi yang dibuat dengan rangkaian layanan yang lebih kecil.
1. Kemudahan dalam Penerapan
Sistem monolitik bisa dibilang adalah sistem yang sederhana sehingga dalam proses penerapannya tidak perlu banyak menangani file atau direktori.
2. Sederhana untuk Dikembangkan
Monolitik adalah suatu pendekatan standar dalam membuat suatu aplikasi, sehingga akan ada banyak orang yang mampu melakukan pengembangan.
3. Debugging dan Testing yang Lebih Mudah
Sistem monolitik terbagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, sehingga akan lebih cepat dalam melakukan proses debugging dan testing.
Kekurangan Arsitektur Monolitik
1. Sulit Memahami Kode Pemrograman Saat Pemeliharaan.
Sistem monolitik digunakan untuk mengembangkan aplikasi dengan skala besar dan rumit yang pada proses pembuatan programannya kompleks. Hal ini akan membuat kesulitan pemahaman tersendiri, terlebih lagi untuk pemrograman yang terdiri dari awal tidak ikut dalam mengembangkan aplikasinya.
2 Sulit Melakukan Perubahan
Semakin besar aplikasinya, semakin rumit juga perubahan yang harus dilakukan. Hal tersebut tentu akan membuat proses pengerjaan jadi semakin lama karena satu perubahan akan sangat mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada.
3. Sulit Mengembangkan Aplikasi
Dengan menggunakan sistem monolitik, setiap programmer tidak bisa leluasa dalam mengembangkan program di masa depan. Hal ini dikarenakan perubahan sistem harus bisa dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya pada bagian yang kecil saja.
4. Sulit Mengadopsi Teknologi Baru
Untuk menggunakan teknologi terbaru, kode aplikasi yang digunakan dengan sistem monolitik harus ditulis ulang secara menyeluruh.
Baca juga: Minimum Viable Product (MVP) :Pengertian, Tujuan, dan Manfaat dalam Menerapkannya
Kesimpulan
Microservices dan monolitik mempunyai kelebihannya tersendiri. Dalam dunia enterprise, microservices sudah dijadikan sebagai suatu standar karena scope project yang begitu besar serta keperluan penggunaannya dan berbagai macam stack teknologi yang harus diterapkan.
Demikianlah penjelasan dari kami tentang microservices dalam suatu layanan aplikasi. Layanan microservices ini bisa Anda jadikan strategi yang baru dalam mengembangkan aplikasi yang Anda buat agar bisa meningkatkan keuntungan bisnis.
Namun, Anda tetap harus mencatat keuntungan bisnis dalam laporan laba rugi secara rapi, tepat dan akurat. Laporan ini akan tercantum di dalam laporan keuangan yang nantinya bisa Anda jadikan referensi dalam mengambil kebijakan yang lebih baik untuk bisnis Anda.
Bila Anda kesulitan dan tidak memiliki waktu yang cukup untuk mencatat laporan keuangan, maka gunakanlah software akuntansi dari Accurate Online.
Dengan Accurate online, Anda akan mendapatkan lebih dari 200 jenis laporan keuangan secara otomatis, cepat, dan akurat. Sehingga, Anda bisa lebih fokus dalam mengembangkan bisnis Anda. Selain itu, Anda juga bisa menikmati banyak fitur menarik dari Accurate Online yang mampu memudahkan Anda dalam berbisnis.
Penasaran? Ayo coba Accurate Online sekarang juga dan nikmati fitur terbaik dari Accurate Online dengan klik tautan gambar di bawah ini.