Nilai Residu Adalah: Pengertian, Peran, dan Berbagai Metodenya
Setiap aset atau barang yang sudah digunakan oleh perusahaan pastinya akan mengalami penurunan, dan cara untuk menghitungnya adalah dengan nilai residu. Jadi, fungsi dari nilai residu adalah menghitung penyusutan atas suatu taksiran nilai aset tetap dan usia ekonomis yang sebelumnya sudah digunakan.
Perhitungan nilai residu juga dilakukan untuk membantu adanya penyusutan aset tetap dan nilai pada aset tersebut sudah tidak lagi mempunyai manfaatnya. Sehingga, pihak perusahaan bisa menjual atau menghentikan penggunaan dari aset tersebut.
Sehingga, nilai perhitungan di dalamnya akan mampu memberikan laporan pencatatan transaksi keuangan secara lebih rapi dan mudah dimengerti. Tapi, perlu digaris bawahi bahwa tidak semua aset tetap memiliki nilai residu.
Untuk itu, sistem atau nilai residu harus diperhitungkan pada setiap aktiva tetap berwujud saja, seperti misalkan alat mesin produk, kendaraan, dll.
Saat aset tetap tersebut sudah tidak lagi memberikan manfaat yang baik untuk perusahaan, maka nilai residu dan juga penggunaan dari aset tersebut sudah tidak layak dan tidak lagi bisa digunakan kembali.
Tapi, jika aset tersebut ingin diganti dengan aset lain yang baru, maka nilai residu yang ada pada aset tersebut tetap mempunyai nilai yang tinggi dan tidak akan bisa merugikan pihak perusahaan.
Nah, pada kesempatan kali ini, mari kita bahas lebih lengkap tentang nilai residu, serta peran dan berbagai metodenya untuk bisa diterapkan di dalam perusahaan.
Daftar Isi
Nilai Residu Adalah
Seperti yang sudah kita bahas secara singkat diatas, bahwa nilai residu adalah nilai yang selalu erat kaitannya dengan biaya penyusutan. Tapi, apa sebenarnya nilai residu dalam dunia akuntansi?
Jadi, nilai residu adalah sebuah jumlah taksiran atau estimasi yang bisa didapatkan dari suatu entitas saat ini pada suatu pelepasan aset, setelah dikurangi dengan estimasi biaya pelepasan, dan jika aset sudah mencapai umur atau kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Para ahli lainnya ada juga yang berpendapat bahwa nilai residu adalah nilai sisa pada suatu barang yang sudah habis umur ekonomisnya, yang mana dalam dunia akuntansi nilai tersebut lebih sering diperhitungkan dengan pengurangan biaya overhead.
Berdasarkan dua penjelasan diatas, maka bisa kita simpulkan bahwa nilai residu adalah nilai jual kembali pada suatu aset di akhir masa atau umur manfaatnya.
Lantas, apa manfaatnya dalam proses perhitungan dalam biaya penyusutan?
Baca Juga: Sistem Imprest: Pengertian dan Cara Penerapannya untuk Mengelola Kas Kecil
Peran Penting Nilai Residu Adalah
Beban penyusutan atau biaya depresiasi adalah salah satu perhitungan yang mampu memengaruhi kondisi perusahaan, khususnya ketika disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Untuk itu, nilai ini sangat mempengaruhi kondisi perusahaan yang berkaitan dengan nilai residunya.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 biaya depresiasi atau penyusutan adalah suatu alokasi sistematis jumlah yang bisa dikurangi dari suatu aset selama umur penggunaan atau manfaatnya.
Namun, penyusutan dalam periode akuntansi tersebut akan dibebankan pada pendapatan, baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung. Untuk itu, nilai ini sangat penting bagi kondisi keuangan perusahaan dalam memengaruhi besar atau kecilnya suatu biaya penyusutan.
Selain itu, hal ini juga akan mempengaruhi penyajian laporan keuangan perusahan. Untuk itu, mereka yang bertanggung jawab dalam hal ini penting untuk menganalisa setiap bukti transaksi yang terjadi selama pembelian aset agar bisa mengetahui kapan pembelian aset tersebut dilakukan dan berapa saja nilai penyusutan ataupun umur ekonomisnya.
Metode Penyusutan yang Memanfaatkan Perhitungan Nilai Residu
Untuk mencari nilai residu dalam suatu penghitungan biaya penyusutan, perlu Anda ketahui bahwa nilai residu bisa didapat dari adanya perhitungan biaya penyusutan. Karena nilai ini digunakan sebagai suatu nilai taksiran, maka nilai sisa ini digunakan agar perusahaan mampu menghitung besaran nilai penyusutannya.
Saat biaya tersebut menjadi pengeluaran utama perusahaan setelah masa manfaat atau fungsinya telah habis, maka untuk mengatasinya terdapat 4 rumus atau metode penyusutan,yaitu:
1. Metode Penyusutan Garis Lurus
Cara pertama yang bisa digunakan adalah penyusutan garis lurus. Cara ini adalah cara yang paling banyak digunakan untuk mencari biaya penyusutan karena dianggap sebagai cara yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan.
Selain itu, cara ini juga biasanya lebih difokuskan pada penyusutan sebagai suatu fungsi dari waktu, bukan dalam hal penggunaannya. Untuk itu, diperlukan salvage value dalam proses perhitungannya. Nah, rumus perhitungannya adalah: Penyusutan = Harga perolehan – nilai residu : umur ekonomis.
Berdasarkan rumus tersebut, kita bisa lihat bahwa untuk mencari nilai penyusutan bisa dicari dari harga perolehan yang dikurangi dengan nilai residu, lalu dibagi dengan umur ekonomis pada suatu aktiva tetap.
Oleh karena itu, salvage value sangat berkaitan dengan biaya penyusutan pada suatu aktiva tetap.
-
Contoh Penghitungannya
Setelah kita mendapatkan rumus terkait cara mencari biaya penyusutan dengan salvage value, maka kali ini kita akan mengambil contoh sederhana untuk menghitungnya.
Jadi, pada tanggal 2 Juni 2018 PT UBC membeli suatu mesin produksi seharga Rp150.000.000. Diperkirakan mesin tersebut mempunyai umur penggunaan atau umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai residunya sekitar Rp30.000.000. Lantas, berapakah nilai penyusutan dari mesin tersebut setiap tahunnya?
Berdasarkan contoh soal diatas, bagaimana cara yang baik untuk menyelesaikannya?
Pertama, variabel yang diketahui adalah harga perolehan dari PT UBC adalah sebanyak Rp150.000.000 dengan nilai residu adalah Rp30.000.000 serta umur ekonomisnya adalah selama 5 tahun. Maka, nilai penyutsannya adalah sebagai berikut:
Penyusutan         = (Harga perolehan-nilai residu) : umur ekonomis
= (Rp150.000.000 – Rp30.000.000) : 5 tahun
= Rp24.000.000 per tahun
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka nilai penyusutan mesin produksi yang dibeli oleh PT UBC adalah sebanyak Rp24.000.000 per tahun. Berdasarkan contoh diatas juga kita bisa ketahui bahwa nilai residu perusahaan umumnya sudah tertulis jelas pada setiap perhitungan biaya penyusutan.
2. Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun
Cara kedua yang bisa dilakukan untuk mengetahui nilai residu adalah sum of years digit method atau metode penyusutan jumlah angka tahun. Dalam metode ini, akan terlihat bahwa nilai penyusutan akan terus berkurang setiap tahunnya.
Selain itu, cara ini juga akan menggunakan nilai residu dalam proses perhitungannya. Rumusnya adalah: penyusutan = sisa umur penggunaan dibagi jumlah angka tahun dikali harga perolehan dikurangi nilai residu.
3. Metode Penyusutan Satuan Jam KerjaÂ
Untuk mendapatkan nilai residu, kita juga bisa menggunakan metode penyusutan dalam satuan jam kerja. Sama dengan metode penyusutan dalam hitungan tahun, maka nilai residu dalam hal ini juga berkaitan dengan harga perolehannya. Rumusnya adalah: tarif penyusutan per jam = harga perolehan – nilai residu + total jumlah jam kerja pada penggunaan aktiva tetap.
Berdasarkan rumus diatas, nilai residu memang tidak berkaitan langsung dengan metode penyusutan. Namun, nilai residu akan tetap memengaruhi besarnya nilai penyusutan, hal ini dikarenakan akan memengaruhi salah satu pada variabel di dalamnya.
4. Metode Hasil Produksi
Cara terakhir yang bisa digunakan adalah metode hasil produksi. Dengan metode ini, beban biaya penyusutan pada aktiva tetap akan diketahui berdasarkan jumlah satuan produk yang bisa dihasilkan dalam kurun waktu yang berkaitan.
Jadi, beban depresiasi akan dihitung berdasarkan nilai satuan hasil produksi, sehingga nilai depresiasi dari setiap periode akan terus berubah sesuai dengan fluktuasi hasil produksi. Rumusnya adalah: tarif penyusutan per satuan produk = harga perolehan – nilai residu : jumlah total produk yang mampu dihasilkan.
Berdasarkan rumus tersebut, maka nilai residu akan sangat erat kaitannya dengan harga perolehan.
Baca juga: Lump Sum Adalah: Ini Pengertian, Kelebihan dan Kekurangannya Dalam Metode Pembayaran
Kesimpulan
Itulah berbagai penjelasan yang bisa kami bagikan terkait nilai residu. Jadi walaupun tidak seluruh aktiva tetap mempunyai nilai residu, namun variabel ini tetap berperan penting dalam dunia akuntansi. Terutama dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan. Untuk itu, informasi ini sangatlah penting untuk Anda.
Lantas, berdasarkan penjelasan diatas, apakah Anda sudah mengetahui nilai residu dari berbagai aset di perusahaan Anda? Apakah saat ini Anda sudah terbantu dalam membuat laporan keuangan yang di dalamnya terdapat nilai residu?
Jika Anda masih kesulitan, mungkin ini saatnya bagi Anda untuk menggunakan aplikasi akuntansi dari Accurate Online.
Accurate Online adalah software akuntansi berbasis cloud yang mampu membantu Anda dalam mengelola keuangan secara lebih mudah dan praktis. Accurate online juga memiliki tampilan yang sederhana sehingga akan memudahkan Anda dalam membuat berbagai laporan keuangan perusahaan, bahkan oleh Anda yang tidak memiliki background akuntansi sekalipun.
Tertarik? Anda bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini: