Beberapa dari Anda mungkin sudah pernah atau sering mendengar istilah amortisasi.
Istilah ini kerap kali digunakan dalam dunia bisnis, khususnya dalam bidang keuangan dan akuntansi.
Pada dasarnya, pengertian amortisasi adalah suatu proses akuntansi yang berperan penting untuk bisa mengetahui kondisi serta laporan keuangan suatu bisnis.
Sederhananya, amortisasi dilakukan untuk mengurangi nilai biaya dan aset aktiva tidak berwujud.
Kegiatan ini dilakukan secara berkala karena berhubungan dengan penyusutan ataupun depresiasi, dan umur ekonomis pada aset perusahaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, kita bisa tarik kesimpulan bahwa pengertian amortisasi beda dengan penyusutan ataupun depresiasi.
Sehingga, amortisasi tidak bisa disamakan dengan depresiasi walaupun keduanya memiliki peran yang saling berhubungan.
Tapi, apa sebenarnya pengertian amortisasi tersebut? Nah, pada artikel kali ini kami akan membahas lebih dalam tentang pengertian amortisasi.
Untuk itu, baca terus artikel ini agar Anda tidak salah paham terkait pengertian amortisasi.
Daftar Isi
Pengertian Amortisasi
Amortisasi adalah suatu proses pelunasan utang yang dilakukan dengan jangka waktu ataupun periode tertentu dan juga dikerjakan secara bertahap.
Contoh sederhana dari pembayaran amortisasi ini adalah pembayaran tagihan bulanan pada kredit kendaraan, pinjaman kartu kredit, pinjaman KPR, dll.
Prosedur pembayaran amortisasi pun mempunyai perhitungan khususnya sendiri.
Tapi yang pasti, angka cicilan ataupun pembayarannya harus lebih besar daripada pokok pinjaman serta beban bunga yang juga harus ditanggung pihak peminjam.
Jadi, nilai amortisasi ini lambat laun akan terlunasi pada setiap pembayaran angsuran.
Amortisasi pun bisa diartikan sebagai suatu penyebaran jumlah ataupun biaya modal pada bentuk aset tidak berwujud dalam kurun waktu tertentu. Biasanya, amortisasi diberlakukan selama aset tersebut masih bisa digunakan.
Penjelasan lain dari pengertian amortisasi adalah suatu proses akuntansi yang dilakukan dengan mengurangi nilai kewajiban atau biaya dan aset tak berwujud yang dikerjakan secara perlahan.
Pengurangan pada nilai aset tidak berwujud ini akan dilakukan sesuai umur ekonomis terbatasnya melalui metode memberikan pengeluaran beban secara periodik pada nilai pendapatan.
Alokasi biaya pada aset tidak berwujud ini akan lebih fokus pada pengurangan nilai kewajiban.
Hal dilakukan dengan prosedur pembayaran pada pokok pinjaman secara sekaligus dengan bunganya.
Sehingga, nantinya bisa diketahui beberapa jumlah cicilan yang harus dibayar hingga masa pinjaman bisa dilunasi.
Fungsi lain dari amortisasi adalah sebagai refleksi terhadap nilai penjualan kembali dari aset tidak berwujud.
Contohnya adalah ketika melakukan pinjaman dengan harga cicilan tertentu, maka akan bisa diketahui bahwa nilai amortisasinya adalah sebanyak jumlah cicilan yang wajib dibayarkan tersebut.
Namun, untuk memahami pengertian amortisasi, kita juga perlu memahami istilah dana amortisasi.
Pengertian dari dana amortisasi adalah suatu upaya pengumpulan dana atau kas secara berkala untuk bisa melunasi beban amortisasi pada tiap periodenya. Sehingga, perusahaan akan mampu membayar tagihan dari biaya amortisasi yang sedang berlangsung.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa amortisasi dilakukan untuk mencerminkan atau merefleksikan nilau jual kembali pada suatu aset.
Sehingga, nilai jualnya bisa diketahui dan perusahaan bisa mendapatkan keuntungan dari adanya amortisasi.
Baca juga: Mengetahui Lebih Jauh Perbedaan Depresiasi dan Amortisasi pada Bisnis
Hubungan Amortisasi dengan Depresiasi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa amortisasi memiliki hubungan dengan depresiasi nilai aset.
Selain hubungan dalam hal pengertian, kedua istilah dalam dunia akuntansi ini juga memiliki hubungan pada beberapa hal lain.
Dalam hal pengertian, amortisasi dan depresiasi sama-sama berhubungan dengan adanya perubahan nilai aset.
Jadi, pengertian amortisasi adalah pengurangan atas suatu nilai aktiva tidak berwujud, sedangkan depresiasi adalah perubahan nilai pada aset berwujud.
Keduanya juga memiliki fungsi yang bisa dikaitkan. Jika, fungsi dari amortisasi adalah sebagai refleksi atas nilai aset perusahaan ketika hendak dijual kembali.
Maka fungsi depresiasi adalah agar pihak perusahaan mampu menerima dan memelihara pendapatan pada bulan harta tertentu.
Sehingga, amortisasi dan depresiasi sama-sama berfungsi dalam merubah nilai aset perusahaan pada jangka waktu lama.
Amortisasi dan depresiasi pun mempunyai keterkaitan pada proses pelaksanaannya. Keduanya biasa dilakukan oleh pihak perusahaan pada bulan terjadinya pengeluaran. Artinya, amortisasi dan juga penyusutan memang tidak mampu dipisahkan.
Untuk itu, tidak heran banyak orang yang menilai keduanya mempunyai arti yang sama dan banyak orang juga yang bingung untuk membedakan keduanya.
Baca juga: Pengertian Jurnal Amortisasi dan 2 Cara Mudah Membuatnya
Contoh Amortisasi
Amortisasi tentu akan lebih gampang untuk dimengerti jika disertai dengan studi kasus.
Studi kasus termudah adalah ketika suatu perusahaan memiliki dana pinjaman sebanyak 10 juta rupiah dan harus diangsur setiap tahun sebanyak 750 ribu rupiah.
Berdasarkan studi kasus ini, bisa dipahami bahwa pihak perusahaan sudah mengamortisasi pinjaman sebanyak 750 ribu rupiah setiap tahunnya.
Studi kasus lainnya adalah ketika suatu perusahaan garmen mengantongi hak paten pada suatu mesin dalam jangka waktu 10 tahun.
Ketika perusahaan tersebut mengeluarkan uang sejumlah 250 juta rupiah untuk mengembangkan produknya, maka nilai biaya amortisasinya adalah 25 juta karena harus dibagi sesuai dengan penggunaan waktu mesin tersebut.
Cara Hitung Amortisasi
Kegiatan amortisasi akan mewajibkan perusahaan untuk bisa melakukan pembayaran utang yang mencakup pembayaran pokok atau principal pinjaman dan juga pembayaran bunga.
Maksud dari pokok pinjaman dalam hal ini adalah saldo utang yang harus beredar dan juga wajib dilunasi oleh pihak perusahaan.
Pembayaran bunga akan menjadi semakin menurun jika jumlah pokok yang harus dibayar menjadi semakin banyak.
Lama kelamaan, jumlah bunga yang harus dibayar tersebut nantinya akan berkurang, namun jumlah pembayaran pokok bisa meningkat.
Cara yang bisa dilakukan dalam menghitung amortisasi, yaitu:
Menghitung Amortisasi Pinjaman pada Bulan Pertama
Terdapat enam tahapan yang harus dilakukan oleh pihak perusahaan untuk bisa menghitung bunga dan pokok pinjaman pada bulan pertama amortisasi.
1. Mengumpulkan Data
Tahap pertama adalah dengan cara mengumpulkan data untuk bisa menghitung amortisasi pertama.
Beberapa informasi yang Anda perlukan adalah suku bunga, tenor pinjaman, serta pokok pinjaman.
2. Siapkan Alat Perhitungan
Tahapan kedua adalah menyiapkan kertas kerja agar lebih memudahkan proses perhitungan. Dalam hal ini, Anda hanya memerlukan Microsoft Excel untuk menghitung amortisasi.
Isi tabelnya dengan bulan, bunga angsuran pokok, angsuran bunga, jumlah angsuran, saldo pinjaman.
3. Menghitung Pinjaman Bulan Sebelumnya
Lalu, tahapan selanjutnya adalah dengan menentukan pinjaman pada bulan sebelumnya dan juga menghitung jumlah angsuran.
Rumus yang bisa Anda gunakan untuk menghitung jumlah angsuran adalah Jumlah Angsuran = P x (i/12) / 1 – (1+(i/12)-t), dimana P adalah pokok pinjaman, i adalah suku bunga dan t adalah tenor pinjaman.
Contoh sederhananya adalah jika perusahaan ABC memiliki pokok pinjaman sebanyak 10 juta rupiah, dengan suku bunga 6%, dan tenor waktu 12 bulan.
Maka cara menghitung jumlah angsurannya adalah 10.000.000 x (6%/12) / 1 – (1+(6%/12)-12) = 860.664.
4. Menghitung Angsuran Bunga
Jika jumlah angsuran sudah diketahui, maka tahapan selanjutnya yang harus dilakukan adalah menghitung angsuran bunga.
Rumus menghitung angsuran bunga adalah pokok pinjaman pada bulan sebelumnya dikurang suku bunga dikali 30/360.
Dengan menerapkan rumus tersebut pada contoh sebelumnya, maka akan diketahui bahwa angsuran bunga pada bulan pertama adalah 10.000.000 x 6% x (30/360) = 50.000.
5. Menghitung Angsuran Pokok yang Harus dibayar
Tahapan kelima yang harus dilakukan jika sudah mengetahui nilai jumlah angsuran dan bunga adalah dengan mendapatkan informasi terkait angsuran pokok yang harus dibayar.
Lebih mudahnya, angsuran pokok bisa diketahui dengan cara mengurangi jumlah angsuran dengan angsuran bunga.
Berdasarkan contoh sebelumnya, maka bisa kita ketahui bahwa angsuran pokoknya adalah 860.664 -50.000 = 810.664.
6. Menghitung Saldo Pinjaman
Tahap keenam yang wajib dilakukan adalah dengan cara menghitung saldo pinjaman dengan cara mengurangi nilai pokok pinjaman pada bulan sebelumnya dengan jumlah angsuran pokok.
Berdasarkan contoh diatas, maka bisa kita ketahui bahwa saldo pinjamannya adalah 10.000.000 – 810.664 = 9.189.336.
Jadi, dengan menggunakan keenam langkah diatas, kita bisa mengetahui jumlah saldo pinjaman amortisasi yang dimiliki oleh pihak perusahaan.
Baca juga: Pengertian Biaya Standar: Varian, Rumus, Kelebihan, dan Kekurangan
Amortisasi adalah Komponen Penting menyusun Laporan Keuangan Perusahaan
Tanpa menghitung nilai amortisasi, perusahaan tidak akan mampu menunjukkan kondisi laporan keuangan secara sebenarnya.
Untuk itu, diperlukan cara menghitung yang teliti dengan rumus dan langkah yang sudah ditentukan.
Sehingga, nilai amortisasi yang dimiliki oleh pihak perusahaan bisa diketahui oleh seluruh pihak perusahaan yang berkepentingan.
Namun, Anda akan lebih mudah dalam mendapatkan nilai amortisasi Anda jika Anda menggunakan program akuntansi dari Accurate online.
Dengan Accurate Online, Anda bisa mengatur biaya produk, mengontrol stok barang, dan memantau laporan keuangan bisnis Anda secara mudah dan real time.
Tertarik? Anda bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini: