Pernah dengar tentang berry ratio? Dalam dunia transfer pricing dan analisis keuangan, berry ratio sering jadi topik hangat, terutama saat membahas efisiensi bisnis.
Anda pasti penasaran, apa sebenarnya berry ratio itu dan kenapa banyak perusahaan multinasional menggunakannya sebagai alat ukur profitabilitas?
Sederhananya, berry ratio merupakan perbandingan antara gross profit dengan operating expenses-dua komponen penting dalam laporan keuangan.
Dengan memahami konsep berry ratio, Anda bisa melihat seberapa efisien sebuah perusahaan mengelola biaya operasional untuk menghasilkan keuntungan.
Tidak hanya itu, berry ratio juga berperan besar dalam menentukan apakah transaksi antar perusahaan afiliasi sudah sesuai dengan prinsip kewajaran harga.
Jadi, jika Anda ingin tahu lebih dalam tentang manfaat, rumus, hingga contoh penerapan berry ratio dalam dunia bisnis, pastikan baca artikel ini sampai tuntas.
Temukan juga insight menarik yang bisa membantu Anda mengambil keputusan lebih cerdas dalam analisis keuangan!
Pengertian berry ratio
Ketika membahas berry ratios, Anda sedang berbicara tentang salah satu financial ratios yang cukup unik dalam dunia transfer pricing dan analisis keuangan.
Berry ratios merupakan perbandingan antara gross profit (laba kotor) dengan operating expenses (biaya operasional).
Rasio ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Charles Berry pada kasus E.I. du Pont de Nemours & Co. v. U.S. di tahun 1970-an, dan sejak itu banyak digunakan untuk menilai profitabilitas entitas seperti distributor atau penyedia jasa yang tidak memiliki aset tak berwujud atau fungsi manufaktur yang kompleks.
Secara sederhana, berry ratios dihitung dengan membagi gross profit dengan operating expenses. Gross profit sendiri didapat dari selisih antara pendapatan bersih dan cost of goods sold (HPP), sedangkan operating expenses meliputi biaya penjualan, umum, administrasi, serta biaya penelitian dan pengembangan (R&D).
Jika hasil berry ratios lebih dari 1, perusahaan dianggap mampu menghasilkan laba kotor yang cukup untuk menutupi seluruh biaya operasional.
Namun, jika kurang dari 1, perusahaan perlu waspada karena biaya operasional lebih besar dari laba kotor.
Penggunaan berry ratios sangat relevan dalam konteks transfer pricing, terutama untuk entitas dengan risiko terbatas seperti distributor murni atau penyedia jasa.
OECD dan United Nations sudah memasukkan berry ratios dalam pedoman mereka sebagai salah satu profit level indicators (PLI) yang dapat digunakan dalam metode Transactional Net Margin Method (TNMM).
Namun, penerapan berry ratios tidak cocok untuk entitas dengan aset tak berwujud yang besar atau yang menjalankan fungsi manufaktur, karena rasio ini hanya fokus pada hubungan antara fungsi nilai tambah dan biaya operasional.
Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan memiliki pendapatan Rp85 miliar, HPP Rp40 miliar, dan total biaya operasional Rp30 miliar, maka berry ratio perusahaan tersebut adalah 1,5x (Rp45 miliar/Rp30 miliar).
Angka ini menunjukkan perusahaan tersebut masih dalam kondisi sehat secara keuangan, asalkan industri tempatnya beroperasi memang sesuai untuk penerapan rasio ini.
Baca juga: Debt to Equity Ratio (DER): Pengertian dan Rumusnya
Manfaat berry ratio
1. Berry ratio membantu mengukur efisiensi operasional bisnis
Saat Anda mengelola bisnis, efisiensi operasional pasti jadi perhatian utama. Dengan menggunakan berry ratio, Anda bisa langsung melihat seberapa efektif perusahaan dalam mengelola operating expenses untuk menghasilkan gross profit.
Rasio ini membantu Anda mengidentifikasi apakah biaya operasional sudah proporsional dengan keuntungan yang didapat.
Jika berry ratio tinggi, artinya perusahaan mampu mengontrol pengeluaran dan tetap menghasilkan laba optimal.
Sebaliknya, jika berry ratio rendah, Anda bisa segera mengevaluasi area mana saja yang perlu diperbaiki agar efisiensi bisnis tetap terjaga.
2. Berry ratio memudahkan analisis profitabilitas perusahaan
Menggunakan berry ratio memberikan kemudahan dalam proses analisis profitabilitas, terutama untuk perusahaan distribusi atau jasa yang tidak memiliki aset tak berwujud besar.
Dengan berry ratio, Anda dapat membandingkan performa keuangan antar perusahaan sejenis secara lebih objektif.
Rasio ini juga sering digunakan dalam transfer pricing untuk memastikan transaksi antar entitas afiliasi sudah sesuai dengan prinsip kewajaran.
Jadi, Anda tidak perlu khawatir lagi soal keakuratan analisis profitabilitas karena berry ratio sudah diakui secara internasional.
2. Berry ratio sebagai alat monitoring dan pengambilan keputusan
Selain memudahkan analisis, berry ratio juga berfungsi sebagai alat monitoring kinerja keuangan secara rutin. Anda bisa menggunakan rasio ini untuk memantau tren efisiensi bisnis dari waktu ke waktu.
Jika terjadi penurunan berry ratio, Anda dapat segera mengambil keputusan yang tepat, seperti menekan biaya operasional atau meningkatkan pendapatan. Dengan begitu, perusahaan tetap berada di jalur yang sehat dan mampu bersaing di pasar.
Jadi, berry ratio bukan sekadar angka dalam laporan keuangan, tetapi juga alat penting untuk menjaga efisiensi, profitabilitas, dan pengambilan keputusan bisnis Anda.
Baca juga: Working Capital Turnover Ratio: Pengertian, Kelebihan, Kekurangan dan Contohnya
Rumus menghitung berry ratio dan contohnya
1. Rumus berry ratio dan cara menghitungnya
Mau tahu cara menghitung berry ratio? Anda hanya perlu dua komponen utama dari laporan keuangan, yaitu gross profit dan operating expenses.
Rumus berry ratio sangat sederhana, yaitu gross profit dibagi dengan operating expenses atau:
Berry Ratio = Gross Profit / Operating Expenses
Gross profit sendiri didapat dari selisih antara pendapatan bersih dengan cost of goods sold (HPP). Sedangkan operating expenses mencakup biaya penjualan, administrasi, serta biaya umum lainnya yang dikeluarkan selama proses bisnis berlangsung.
Dengan rumus sederhana ini, Anda bisa langsung mengukur efisiensi operasional perusahaan.
Misalkan perusahaan Anda memiliki pendapatan bersih sebesar Rp100 juta, dan cost of goods sold sebesar Rp60 juta.
Maka gross profit yang didapat adalah Rp40 juta. Selanjutnya, total operating expenses selama periode tersebut adalah Rp20 juta.
Dengan memasukkan angka tersebut ke rumus, berry ratio = Rp40 juta / Rp20 juta = 2.
Artinya, setiap satu rupiah biaya operasional mampu menghasilkan dua rupiah laba kotor. Semakin tinggi berry ratio, semakin efisien bisnis Anda dalam mengelola biaya operasional untuk menghasilkan keuntungan.
Baca juga: Pengertian Profitability Ratio dan 10 Cara Efektif Menerapkannya
Penutup
Berry ratio menjadi salah satu rasio keuangan yang sering digunakan dalam dunia bisnis, terutama untuk menganalisis efisiensi operasional dan profitabilitas perusahaan.
Dengan membandingkan gross profit dan operating expenses, Anda bisa langsung melihat seberapa efektif perusahaan dalam mengelola biaya operasional demi menghasilkan keuntungan optimal.
Jika berry ratio lebih dari 1, perusahaan dinilai efisien karena mampu menghasilkan laba kotor yang cukup untuk menutupi seluruh biaya operasional. Namun, jika kurang dari 1, Anda perlu mengevaluasi pengeluaran agar bisnis tetap sehat.
Penggunaan berry ratio sangat cocok untuk entitas seperti distributor atau penyedia jasa yang tidak memiliki aset tak berwujud besar.
Rasio ini juga sering dipakai dalam analisis transfer pricing sebagai profit level indicator untuk memastikan transaksi antar entitas afiliasi sudah sesuai standar internasional. Dengan rumus sederhana, yaitu gross profit dibagi operating expenses, Anda dapat melakukan monitoring efisiensi bisnis secara rutin.
Supaya pengelolaan keuangan dan penghitungan rasio seperti berry ratio lebih mudah, Anda bisa menggunakan aplikasi kasir digital dari Accurate POS.
Accurate POS menawarkan fitur lengkap untuk bisnis retail, termasuk pengelolaan promosi, diskon, serta laporan keuangan otomatis, sehingga Anda bisa fokus pada pengembangan usaha tanpa khawatir soal akurasi data.
Konsultasikan bisnis Anda sekarang juga bersama Accurate POS, dan rasakan kemudahan mengelola keuangan serta meningkatkan efisiensi operasional!
Referensi:
- The Berry Ratio: Profit Level Indicator or Transfer Pricing Method? by Lorraine Eden, Tatiana Amba :: SSRN
- Berry Ratio: Overview, Formula, Examples
- Transactional Net Margin Method (TNMM) for Transfer Pricing
- (24) Berry Ratio Uncovered: A Valuable (and Overlooked) Tool in Transfer Pricing | LinkedIn
- When and How to Use Berry Ratio in Your Transfer Pricing Analysis | Aibidia
- Berry Ratio | Formula + Calculator
- Berry ratio: definition
- Performance Magazine | KPI of the Day – Accounting: # Berry ratio