4 Model Bisnis Ecommerce yang Harus Anda Pahami

oleh | Sep 21, 2020

source envato.

4 Model Bisnis Ecommerce yang Harus Anda Pahami

Salah satu hal penting yang harus Anda lukakan sebelum merancang sebuah usaha berbasis online adalah menentukan model bisnis ecommerce. Tanpa adanya model bisnis ecommerce yang jelas, Anda akan kesulitan dalam menentukan arah bisnis dan nilai lebih yang akan Anda tawarkan ke konsumen Anda. Hal inipun berlaku pada bisnis online.

Lantas, apasaja model bisnis yang ada pada ecommerce itu? Pada artikel kali ini kami akan menjajak Anda untuk memahaminya satu persatu.

Pada artikel ini juga Anda akan mempelajari berbagai jenis metode operasi yang bisa Anda gunakan dalam ecommerce. Nantinya, Anda akan mendapatkan cara yang paling tepat dalam menjalankan ide bisnis Anda.

4 Model Bisnis Ecommerce yang Umum di Temukan

Dalam sistem perdagangan online, minimal ada empat model bisnis ecommerce yang paling banyak ditemukan, yaitu B2B (business to business), B2C (business to consumer), C2C (consumer to consumer), C2B (consumer to business).

Seluruh model bisnis ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, mari kita bahas hal tersebut satu persatu.

1. Model Bisnis Ecommerce B2B (Business to Business)

Sama seperti namanya, mereka yang menjalankan bisnis ini akan menjual produk atau jasanya pada badan usaha lain.

Konsumen yang berada dalam model bisnis B2B belum tentu merupakan konsumen end user dari barang atau layanan yang dibelinya. Mereka bisa saja adalah reseller yang lalu akan menjualnya pada konsumen lain.

Oleh karena itu, model bisnis B2B ini cenderung mempunyai siklus penjualan yang lebih panjang. Selain itu, upaya pemasaran yang diperlukan untuk menarik minat konsumenpun tentu berbeda dengan model lainnya.

Namun, model bisnis jenis B2B memiliki kelebihan dari tingkat penjualan serta loyalitas pelanggannya yang tinggi. Perusahaan yang bergerak dengan model bisnis ini biasanya akan menawarkan produknya dalam bentuk inventarisasi perusahaan, seperti alat pabrik, alat kantor, dan perlengkapan industri lainnya.

2. Model Bisnis Ecommerce B2C (Business to Consumer)

B2C merupakan model bisnis ecommerce yang paling banyak ditemui di Indonesia. Mereka akan menjual produknya pada konsumen end user. Mereka yang bergerak dengan model bisnis ini akan menawarkan produk dan layanan yang sangat beragam. Mulai dari kebutuhan primer, hingga tersier.

Baca juga: 5 Contoh Promosi yang Efektif dan Tips Membangun Promosi yang Optimal

3. Model Bisnis Ecommerce C2C (Consumer to Consumer)

Ciri dari model bisnis C2C adalah jual beli barang antar konsumen. Para pelaku bisnis ini biasanya akan bergantung pada situs iklan, marketplace dan forum-forum terkenal untuk memasarkan barangnya. Model bisnis ini banyak memiliki peminat karena siklus bisnisnya yang cenderung lebih pendek.

Para konsumen ini biasanya sudah tahu apa yang mereka inginkan. Oleh karenanya, mereka yang memiliki bisnis ini tidak perlu bekerja keras dalam memasarkan produknya.

Namun, model bisnis ini tidak bisa dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan yang utama. Karena harga jual barangnya akan cenderung turun, dan penjualpun akan lebih kesulitan dalam mengontrol kualitas produknya.

4. Model Bisnis Ecommerce C2B (Consumer to Business)

C2B merupakan model bisnis yang dilakukan oleh konsumen ke pihak perusahan.

Berbeda dengan C2C yang menawarkan produk dagangan. C2B pada umumnya akan menawarkan jasanya kepada konsumen. Selain itu, mereka yang berstatus sebagai freelance pun termasuk dalam kategori bisnis ini.

Mereka yang bergerak dalam bisnis C2B akan memasarkan keahliannya dengan memanfaatkan website.

Walaupun pelaku dari bisnsi ini adalah seorang konsumen, namun model  bisnis ini memerlukan upaya pemasaran yang sangat tinggi. Kenapa? Karena kompetitornya sangat banyak sekali, dan perusahaan akan cenderung memilih penyedia jasa yang berkualitas dan murah.

Baca juga: Buyer Persona: Pengertian dan Fungsinya dalam Marketing

7 Metode Operasi dalam Model Bisnis Ecommerce

Walaupun model bisnis ecommerce hanya terbagi menjadi empat jenis, namun teknik dalam pengoperasiannya ternyata berbeda. Kondisi ini akan meluputi cara dalam mendapatkan dagangan, pengelolaan, serta pengirimannya pada pelanggan. Berikut ini adalah berbagai metode yang bisa digunakan pada ecommerce.

1. Shipping

Shipping merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam perdagangan online. Jadi, Anda hanya perlu memproduksi barang Anda sendiri atau secara kulakan dari bisnis lainnya, lalu Anda tinggal menjualnya lagi di website marketplace.

Untuk menyerahkan pada pihak konsumen, Anda harus mengemas dan memberikan produk tersebut pada penyedia jasa pengiriman yang sudah ditentukan.

Cara ini juga akan memudahkan Anda dalam memastikan kualitas barang dan pengepakan barang. Tapi, Anda harus mempunyai gudang ataupun tempat dalam menyimpan produk Anda. Sehingga, Anda memerlukan modal yang agak besar dalam menggunakan metode ini.

2. Dropshipping

Berbeda dengan Shipping, dalam dropshipping Anda perlu memasarkan dan menjual produk Anda secara mandiri. Namun barang yang Anda pasarkan tersebut dibuat dan juga disimpan oleh orang lain. Selain itu, para produsen juga akan lebih bertanggung jawab dalam mengemas dan mengirimkan pesanan yang dilakukan oleh dropshipper.

Hal yang lebih menariknya lagi, Anda bisa mendaptkan 100% keuntungan dari penjualan. Namun, cara ini akan mengharuskan Anda untuk tergabung dengan satu komunitas dropshipp tertentu.

Agar bisa mengikuti program dropsihpping, biasanya akan diharuskan membayar sejumlah uang yang diberikan dalam kurun waktu tertentu, seperti layaknya berlangganan suatu jasa.

Setiap platform nantinya akan mengatur jumlah barang yang bisa Anda jual. Jumlah tersebut nantinya juga bisa dipengaruhi oleh tingkat keanggotan yang Anda miliki.

Walaupun modal yang diperlukan dalam metode penjualan ini tidak besar, namun Anda tidak bisa melakukan pengecekan atas kualitas dagangan Anda. Jadi, pastikanlah bahwa program dropshipp tersebut benar-benar suah terpercaya.

Baca juga: Digital Branding: Pengertian dan Strategi Penerapannya dalam Bisnis Online

3. Wholesale

Metode penjualan ini dilakukan secara grosir. Artinya, produk hanya akan ditawarkan dalam jumlah yang banyak, namun dengan harga satuan yang lebih renah.

Bisnis yang dilakukan dalam metode ini pada umumnya menggunakan model bisnis ecommerce B2B. Tapi, banyak juga dari mereka yang menjualnya pada konsumen awam.

Metode bisnis ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang hampir serupa dengan Shipping. Namun, Anda membutuhkan gudang yang lebih besar untuk menyimpan produk yang sangat banyak tersebut.

4. D2C (Direct to Consumer)

Jika Anda pernah membeli produk dari toko atau website pemilik suatu bisnis, maka itu artinya Anda pernah melakukan transaksi dengan usaha yang menggunakan metode D2C. metode ini dillakukan oleh perushaan yang memproduksi dan mendistribusikan dagangannya sendiri.

Kondisi ini akan memberikan tantangan yang berbeda untuk para pelaku metode bisnis D2C, terlebih lagi untuk yang baru berbisnis.

Karena produk tersebut tidak dipasarkan melalui marketplace atau toko ritel manapun, maka Anda membutuhkan investasi waktu dan biaya yang lebih banyak dalam memasarkannya.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan strategi SEO, agar halaman website bisa muncul di halaman pertama mesin pencarian google atas kata kunci yang sebelumnya sudah ditentukan.

5. Private Labeling

Dalam memulai sebuah bisnisi, tidak melulu harus memproduksi barang tersebut sendiri. Karena, Anda kemungkinan sudah memilki contoh produk, namun tidak memiliki dana yang besar untuk menjualnya dalam jumlah yang banyak.

Untuk hal ini, Anda bisa membuat kontrak dengan perusahaan manufaktur untuk memproduksikan produk Anda. Walaupun begitu, bisnis Anda lah yang menjual dan mendistribusikan produk tersebut. Kondisi inilah yang disebut dengan private labeling. Metode bisnis ini adalah salah satu metode bisnis yang cocok untuk Anda yang belum memiliki modal bear untuk produksi sendiri.

6. White Labeling

Hampir mirip dengan private labeling, bedanya adalah white labeling tidak membuat perjanjian kontrak pada produsen lain untuk memproduksi barang Anda, melainkan Anda yang bekerjasama dengan perusahaan yang menawarkan metode white labeling untuk satu atau lebih produknya. Lalu, Anda sendirilah yang mendesain kemasan dan juga brand dari produk tersebut sebelum dipasarkan.

Cara ini bisa Anda gunakan untuk memulai bisnis dengan modal yang tidak terlalu besar. Namun, Anda harus lebih pintar dalam memilih jenis produk dan perusahaan yang menawarkan produk Anda.

Setidaknya ada dua kriteria yang harus Anda perhatikan sebelum menjalankan metode ini, yaitu:

  1. Pertimbangkanlah produk yang banyak diminati konsumen
  2. Biaya yang ditawarkan oleh setiap white labeling sangatlah berbeda, oleh karena itu pertimbangkanlah sebelum memilihnya.

7. Subscription atau Langganan

Subscription merupakan suatu metode dimana suatu bisnis memperjualkan layanan berlangganan pada produknya. Nantinya konsumen akan mendapatkan berbagai jenis produk tertentu dalam kurun waktu tertentu.

Bisnis yang menggunakan metode ini pada umumnya memiliki penghasilan yang lebih konstan karena menyerupai layanan berlangganan.

Meskipun begitu, metode ini hanya sesuai untuk beberapa industri saja, seperti produk kesahatan, kecantikan, makanan, dan jenis komoditas lainnya.

Baca juga: 10 Strategi Marketing yang Efektif untuk Membangun Bisnis Travel

Sudah Siap Menentukan Model Bisnis Anda?

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bisnis model ecommerce dibedakan menjadi empat, yaitu B2B (Business to Business), B2C (Business to Consumer), C2C (Consumer to Consumer), dan C2B (Consumer to Business). Anda harus menentukan sendiri model bisnis apa yang akan Anda jalankan.

Namun, jika Anda masih sibuk merencakan anggaran belanja perusahaan dan hal lainnya yang berkaitan dengan akuntansi. Maka, ada baiknya Anda menggunakan software akuntansi dari Accurate online.

Aplikasi ini akan memudahkan Anda dalam mengurus segala hal yang menyangkut akuntansi bisnis Anda secara lebih mudah dan cepat. Sehingga, Anda bisa menentukan model bisnis ecommerce Anda dengan segera.

Tertarik? Anda bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini:

accurate1

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik salah satu bintang untuk menilai.

0 pembaca telah memberikan penilaian

Belum ada yang memberikan penilaian untuk artikel ini 🙁 Jadilah yang pertama!

bisnisukmbanner
Natalia

Artikel Terkait