Krisis Ekonomi: Arti, Penyebab, Dampak, Cara Menghadapi

03 Mei 2021 | Ditulis oleh: Ibnu Ismail
Krisis Ekonomi: Arti, Penyebab, Dampak, Cara Menghadapi

Poin penting


  • Krisis ekonomi adalah situasi di mana perekonomian suatu negara menurun secara drastis dalam waktu singkat yang ditandai dengan turunnya PDB dan inflasi tinggi.

 

  • Beberapa penyebab utama krisis ekonomi antara lain utang negara yang berlebihan, inflasi berkepanjangan, pertumbuhan ekonomi yang macet, hingga ketidakstabilan politik dan global.

 

  • Krisis ekonomi akan berdampak ke melemahnya daya beli masyarakat, lonjakan pengangguran, penurunan aktivitas dan produksi bisnis, serta meningkatnya kemiskinan dan kesenjangan sosial.

 

  • Untuk menghadapi krisis ekonomi Anda perlu mengatur dan mengamankan keuangan, melunasi utang, mencari penghasilan tambahan, mendiversifikasi aset, dan memperkuat jaringan sosial.

Krisis ekonomi adalah kondisi di mana perekonomian suatu negara mengalami penurunan tajam dalam waktu singkat.

Hal ini menyebabkan berbagai masalah seperti turunnya produk domestik bruto (PDB), inflasi tinggi, peningkatan pengangguran, hingga melemahnya daya beli masyarakat.

Krisis ekonomi berdampak langsung ke pemerintah, perusahaan, dan masyarakat luas, serta dapat dipicu oleh berbagai faktor mulai dari utang negara yang menumpuk, inflasi tak terkendali, hingga ketidakstabilan global.

Memahami penyebab, dampak, dan cara menghadapi krisis ekonomi sangat penting agar semua pihak dapat bersiap dan mengambil langkah antisipasi yang tepat.

Ketahui selengkapnya di artikel ini! Baca hingga selesai!

Apa itu krisis ekonomi?

Dilansir dari laman Market Business News, krisis ekonomi adalah suatu kondisi yang mana perekonomian dalam suatu negara mengalami penurunan yang sangat signifikan.

Umumnya, negara yang mengalami kondisi tersebut akan mengalami penurunan produk domestik bruto, menurunnya harga properti dan saham, dan juga tingginya angka inflasi.

Kondisi ini memang sangatlah menakutkan, karena akan ada banyak sekali orang yang dirugikan.

Dikutip dari laman Detik, gejala yang hadir saat krisis ekonomi umumnya diawali dengan penurunan belanja dari pihak pemerintah. Lalu, persentase pengangguran yang melebihi 50 % dari jumlah tenaga kerja yang ada.

Selain itu, akan terjadi juga kenaikan pada harga pokok yang tinggi, menurunnya konsumsi masyarakat, menurunnya nilai tukar yang sulit dikontrol, dan penurunan perkembangan ekonomi yang sangat signifikan.

Baca juga: Rush Money: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Cara Menghadapinya

Penyebab krisis ekonomi

Memahami penyebab krisis ekonomi sangat penting agar masyarakat dan pemerintah dapat mengantisipasi serta menanganinya dengan lebih baik.

Berikut beberapa faktor utama yang sering memicu terjadinya krisis ekonomi:

1. Utang negara yang berlebihan

Dikutip dari laman Detik, salah satu penyebab kenapa krisis ekonomi bisa terjadi adalah karena menumpuknya beban utang negara, sehingga negara pun sudah tidak mampu lagi membayarnya.

Hal ini akan sama seperti suatu perusahaan, bila perusahaan sudah memiliki banyak utang dan tidak bisa membayarnya, maka bisa kita pastikan perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan.

2. Tingginya laju inflasi

Inflasi adalah suatu peristiwa yang mana harga barang dan jasa mengalami peningkatan harga dalam waktu yang sangat panjang.

Umumnya, inflasi ini tidak selalu dipandang negatif, tergantung pada tinggi atau rendahnya tingkat persentase inflasi.

Namun, bila inflasi tersebut terjadi dalam waktu yang lama dan mengalami laju yang sangat tinggi, maka hal tersebut akan menyebabkan nilai mata uang menjadi rendah dan membuat perekonomian dalam suatu negara memburuk.

3. Macetnya perkembangan ekonomi

Penyebab krisis ekonomi lainnya adalah perkembangan ekonomi pada suatu negara yang tidak turut jalan atau macet.

Memburuknya laju perkembangan tersebut, memungkinkan negara masuk kedalam jurang krisis ekonomi.

Salah satu contoh sederhana dari lambatnya laju perkembangan laju ekonomi dari suatu negara adalah karena adanya pandemi virus corona.

Beberapa negara bahkan ada yang sudah mengalami resesi dari adanya pandemi ini.

Seperti yang sudah kita jelaskan sebelumnya, pada kuartal II, III, dan IV tahun 2020 lalu perkembangan ekonomi di mengalami hasil yang negatif dan mengalami resesi.

Walaupun begitu, pemerintah terus berusaha untuk keluar dari jurang resesi dengan melakukan berbagai kebijakan ekonomi tertentu.

4. Ketidakstabilan geopolitik dan global

Situasi politik yang tidak stabil, baik di dalam negeri maupun di tingkat global, dapat mengganggu aktivitas ekonomi dan menciptakan ketidakpastian pasar.

Konflik, perang, atau perubahan kebijakan negara-negara besar dapat berimbas pada arus investasi, perdagangan internasional, serta nilai tukar mata uang yang memicu gejolak ekonomi di berbagai negara.

5. Faktor eksternal

Selain faktor internal, krisis ekonomi juga bisa dipicu oleh faktor eksternal.

Beberapa faktor eksternal ini seperti perubahan harga komoditas dunia, fluktuasi nilai tukar, pengetatan kebijakan moneter global, serta krisis keuangan di negara lain yang memengaruhi perekonomian domestik.

Baca juga: Contoh Tindakan Ekonomi: Tujuan dan Jenis-jenisnya

Dampak krisis ekonomi

Krisis ekonomi bisa memberikan efek yang sangat besar untuk negara dan untuk semua pihak di dalamnya.

Berikut beberapa dampak utama yang sering terjadi saat krisis ekonomi melanda:

1. Melemahnya daya beli masyarakat

Kenaikan harga kebutuhan pokok menyebabkan daya beli masyarakat turun drastis.

Penghasilan yang stagnan atau bahkan berkurang membuat orang kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga konsumsi rumah tangga pun menurun.

2. Tingkat pengangguran yang tinggi

Keterbatasan dana membuat banyak perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.

Akibatnya, tingkat pengangguran melonjak dan semakin banyak orang kehilangan sumber penghasilan utama.

3. Penurunan produksi dan aktivitas usaha

Banyak perusahaan yang tidak mampu mempertahankan produksi akibat terbatasnya modal atau permintaan yang rendah.

Hal ini berdampak pada penurunan produktivitas, bahkan terpaksa menghentikan operasi untuk sementara atau selamanya.

4. Kerugian besar dan kebangkrutan

Krisis ekonomi menyebabkan banyak perusahaan, baik besar maupun kecil, mengalami kerugian besar.

Ketidakmampuan membayar utang atau memenuhi kebutuhan operasional bahkan dapat berujung pada kebangkrutan.

5. Meningkatnya kemiskinan dan ketimpangan

Dengan banyaknya orang kehilangan pekerjaan, angka kemiskinan naik drastis.

Ketimpangan sosial pun makin terlihat karena hanya sedikit kelompok masyarakat yang mampu bertahan di tengah krisis.

Baca juga: Tarif Dagang Trump 2025: Dampak & Fakta Terbaru

Perbedaan krisis dan resesi ekonomi

Banyak orang sering bingung membedakan antara resesi dan krisis ekonomi.

Menurut Piter Abdullah, Direktur Riset Core Indonesia (dilansir dari Liputan6), resesi adalah kondisi ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) selama dua kuartal berturut-turut.

Resesi dianggap sebagai bagian dari siklus bisnis yang wajar dan bisa terjadi, apalagi di masa penuh tantangan seperti pandemi.

Berbeda dengan resesi, krisis ekonomi adalah situasi yang jauh lebih berat.

Jika resesi merupakan perlambatan atau penurunan ekonomi yang masih bisa dianggap sehat, krisis ekonomi terjadi saat penurunan ekonomi sudah sangat dalam, meluas, dan kondisi keuangan negara maupun dunia usaha tidak lagi stabil.

Dengan kata lain, krisis ekonomi bukan sekadar perlambatan, melainkan kondisi keterpurukan yang berbahaya dan memerlukan penanganan ekstra.

Baca juga: Kebijakan Ekonomi Moneter Ekspansif dan Bedanya dengan Moneter Kontraktif

Krisis ekonomi di Indonesia

Indonesia telah mengalami beberapa periode krisis ekonomi yang berdampak besar pada perekonomian nasional dan kehidupan masyarakat.

Berikut beberapa krisis ekonomi utama yang pernah terjadi di Indonesia:

1. Krisis Ekonomi 1998

Krisis tahun 1998 merupakan salah satu krisis terberat dalam sejarah Indonesia.

Pada saat itu, perekonomian nasional anjlok dan tercatat kontraksi hingga 17,9% pada kuartal III.

Dampaknya sangat luas, dengan lebih dari 70% perusahaan di pasar modal mengalami kebangkrutan, termasuk perusahaan kecil hingga konglomerat.

Tingkat pengangguran melonjak hingga sekitar 20 juta orang atau lebih dari 20% angkatan kerja.

Kondisi ini juga mendorong angka kemiskinan menjadi sekitar 50% dari total penduduk Indonesia.

2. Krisis Moneter Asia 1997-1998

Krisis moneter Asia mulai melanda pada pertengahan 1997, diawali dengan jatuhnya nilai tukar baht Thailand.

Efek domino pun terjadi di banyak negara Asia, termasuk Indonesia. Rupiah terdepresiasi sangat tajam, harga-harga melonjak, dan banyak bank maupun perusahaan gulung tikar.

Krisis ini menjadi pemicu jatuhnya ekonomi Indonesia serta perubahan besar dalam tatanan politik nasional.

3. Krisis Global 2008

Dampak krisis keuangan global 2008 juga sempat dirasakan di Indonesia meski tidak separah tahun 1998.

Krisis ini menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi, turunnya ekspor, dan penurunan investasi asing.

Namun, kebijakan ekonomi, stimulus pemerintah, dan cadangan devisa yang lebih kuat mampu menahan Indonesia dari dampak yang lebih berat.

Baca juga: Terbukti! Inilah 7 Sektor Bisnis yang Tahan Krisis

Cara menghadapi krisis ekonomi

Menghadapi krisis ekonomi memerlukan langkah-langkah konkret agar Anda dan keluarga tetap dapat bertahan dalam situasi yang serba tidak pasti. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:

1. Atur dan amankan keuangan

Pastikan kondisi keuangan keluarga atau usaha tetap stabil dengan mencatat pengeluaran dan pemasukan secara teliti. Prioritaskan kebutuhan pokok dan tekan pengeluaran yang tidak penting.

2. Kurangi dan lunasi utang

Usahakan untuk segera melunasi utang, terutama yang berbunga tinggi. Dengan menekan utang, Anda akan lebih tenang dan tidak terbebani jika mengalami penurunan pendapatan atau kehilangan pekerjaan.

3. Cari sumber penghasilan tambahan

Perbaiki keterampilan dan manfaatkan peluang usaha kecil yang bisa dijalankan dari rumah.

Dari berjualan makanan, jasa laundry, hingga bisnis online kecil, sumber pemasukan tambahan sangat membantu saat penghasilan utama berkurang.

4. Diversifikasi aset

Sebar kepemilikan aset Anda, jangan hanya mengandalkan tabungan di bank. Investasikan pada logam mulia, tanah, atau aset lain yang relatif aman dan mudah dicairkan saat dibutuhkan.

5. Perkuat jaringan sosial dan keluarga

Jalin komunikasi dan dukungan dengan keluarga serta tetangga. Ketahanan secara emosional dan sosial sangat penting untuk saling membantu saat menghadapi masa sulit.

6. Jaga kesehatan fisik dan mental

Tetap jaga pola makan, istirahat cukup, serta kelola stres selama masa krisis. Kesehatan tubuh dan mental adalah modal utama untuk bertahan dan bangkit kembali.

7. Jaga keamanan rumah dan keluarga

Pastikan rumah dan lingkungan dalam kondisi aman. Saat krisis ekonomi, risiko kejahatan bisa meningkat. Tingkatkan kewaspadaan untuk melindungi keluarga dan aset.

8. Simpan stok makanan secukupnya

Siapkan persediaan makanan yang awet seperti makanan kering, kaleng, mie instan, atau makanan beku.

Hindari panic buying! Cukup penuhi kebutuhan pokok untuk beberapa waktu agar tetap aman jika kondisi ekonomi memburuk.

Dengan persiapan dan langkah yang tepat, Anda dapat menghadapi krisis ekonomi dengan lebih tenang dan terencana.

Baca juga: 9 Dampak Negatif Inflasi dan Cara Tepat Mengatasinya

Penutup

Krisis ekonomi bisa menimbulkan kerugian besar bagi suatu negara, dengan dampak yang merugikan perusahaan, pemerintah, dan masyarakat.

Penyebab utama krisis ekonomi di antaranya adalah utang negara yang berlebihan, inflasi tinggi, perkembangan ekonomi yang terhambat, hingga faktor eksternal dan ketidakstabilan geopolitik.

Dampak utamanya meliputi lonjakan pengangguran, penurunan daya beli, meningkatnya kemiskinan, dan penurunan produksi.

Untuk memudahkan Anda dalam mengelola keuangan, Anda bisa menggunakan software akuntansi Accurate Online.

Aplikasi ini akan membantu Anda dalam menyiapkan laporan arus kas, laporan perubahan modal, laporan laba rugi, dan 200 jenis laporan keuangan lainnya yang bisa diakses di mana saja dan kapan saja.

Fitur di dalamnya pun sudah sangat lengkap dan akan membantu aktivitas bisnis online ataupun bisnis offline Anda.

Terlebih lagi, tampilan dashboardnya juga sangat sederhana, sehingga akan sangat mudah dipahami oleh orang awam sekalipun.

Anda bisa langsung menggunakan Accurate Online ini secara gratis selama 30 hari dengan hanya klik tautan gambar di bawah ini!

ekonomi-keuanganfooter-copy

Efisiensi Bisnis dengan Satu Aplikasi Praktis!

Konsultasikan kebutuhan bisnismu dengan tim kami.

Jadwalkan Konsultasi
artikel-sidebar

Download E-Book Peluang Bisnis Potensial 2025

Inilah 3 Peluang Bisnis yang Diprediksi Bersinar di 2025.

Ibnu Ismail
Berawal dari hobi berkembang hingga profesi, tak sekedar fokus menulis di bidang ekonomi dan keuangan, saat ini Saya juga menggeluti SEO dan SEM secara lebih mendalam.

Artikel Terkait