10 Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Manajemen SDM
Kita tentu sudah paham dan sadar betul bahwa manajemen sumber daya manusia atau SDM sangatlah dibutuhkan oleh perusahaan dalam berbagai skala, baik itu skala yang besar atau skala kecil sekalipun. Namun, hal ini sering dianggap sebelah mata oleh perusahaan, sehingga banyak dari perusahaan yang menempatkan tenaga sumber daya manusia atau SDM yang tidak kompeten dan ini termasuk dalam kategori kesalahan manajemen SDM.
Tentu tidak ada manusia yang sempurna, begitupun tim HRD pada perusahaan. Manajemen SDM akan ditugaskan oleh perusahaan untuk bisa mendapatkan karyawan yang memiliki potensi terbaik dengan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut.
Namun, banyak juga pihak manajemen SDM yang melakukan berbagai kesalahan yang efeknya ternyata mampu merugikan kesalahan. Pada kesempatan kali ini, kami akan mengulas berbagai kesalahan yang umumnya terjadi oleh menejemen SDM. Berikut ini adalah ulasannya.
Berbagai Bentuk Kesalahan Manajemen SDM yang Sering Terjadi
1. Tidak Jelasnya Informasi Mengenai Data Karyawan
Sangat penting bagi perusahaan untuk melengkapi seluruh data karyawan, seperti informasi dasar, riwayat pekerjaan, detail gaji, dan informasi lainnya agar bisa disesuaikan dengan kondisi karyawan saat ini. Agar menaati seluruh kebijakan perusahaan, maka ada baiknya tim HRD selalu memperbarui informasi karyawan dan informasi tersebut bisa disimpan dengan baik.
Manajemen SDM yang tidak melakukan aturan ini dalam perusahaan maka sebenarnya akan membuat kesalahan sumber daya manusia yang cukup substansial, tapi cukup umum.
2. Menganggap Remeh Pelatihan SDM
Meluangkan waktu untuk memberi suatu pelatihan kerja pada karyawan adalah salah satu bentuk investasi yang tentunya akan sangat berharga untuk perusahaan. Dengan cara memasukkan sistem pelatihan dalam proses orientasi, maka karyawan akan terlibat penuh dan lebih paham tentang cara menggunakan keahliannya agar bisa memberikan dampak yang baik untuk perusahaan.
Manajemen SDM yang mampu menyediakan waktu pelatihan juga akan memberikan efek yang bisa dirasakan secara langsung bagi perusahaan. Para karyawanpun akan lebih bersemangat dalam mengerjakan seluruh tugas yang didapat selama proses pelatihan dan orientasi. Selain itu, karyawan juga harus mampu melakukan berbagai hal yang berguna pada perusahaan dimana ia bekerja.
Penting untuk selalu diingat pula bahwa performa karyawan akan tercermin secara akurat dalam ulasan performa mereka, termasuk di dalamnya keterampilan, peluang, bidang dan perkembangannya.
3. Gegabah dalam Merekrut Karyawan Baru
Segala bentuk proses perekrutan dan juga promosi yang terburu-buru bisa menimbulkan berbagai jenis masalah serius bagi perusahaan. Oleh karena itu, harus dipertimbangkan secara matang oleh tim HRD sebelum akhirnya memutuskan untuk merekrut karyawan baru untuk perusahaan.
Pertimbangan yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah apa perusahaan membutuhkan tambahan karyawan dalam waktu dekat? Seperti apa kandidat yang dibutuhkan, serta apa tujuan yang ingin dicapai?
Ada baiknya perusahaan menunggu waktu yang agak lama agar bisa mendapatkan calon karyawan yang kompeten dan sesuai dengan apa yang mereka butuhkan, daripada merekrut kandidat baru dalam kurun waktu cepat, namun potensinya masih kurang dari apa yang perusahaan butuhkan.
4. Pemberian Job Description yang Tidak Lengkap
Job descriptions merupakan hal penting yang harus dijelaskan secara sungguh-sungguh kepada para kandidat yang akan melamar maupun kepada karyawan yang sudah terpilih dalam perusahaan tersebut. Hal ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena mereka harus mengetahui pekerjaan wajib apa yang harus mereka kerjakan, dan apakah itu sudah sesuai dengan posisinya atau tidak.
Kenapa hal ini penting? Karena tim HRD sering kali menyebarkan iklan lowongan yang kurang memberikan penjelasan lengkap atas job description nya. Sehingga ketika saat melakukan wawancara, para kandidar sering kali bingung karena apa yang dibicarakan selama wawancara ternyata lebih banyak dari apa yang dijelaskan pada saat iklan lowongan kerja tersebut diterima oleh kandidat.
Baca juga: Bangkrut dan Pailit: Pengertian, Perbedaan, dan Cara Menghindarinya
5. Menjanjikan Hal yang Tidak Sesuai
Ketika anggota HRD melakukan sesi wawancara pada para kandidat atau calon karyawan, penawaran yang diberikan haruslah sesuai dengan apa yang perusahaan itu tawarkan pada iklan lowongan pekerjaan. Kenapa? Karena tidak jarang ada false commitment atau menjanjikan sesuatu yang tidak jelas atau tidak sesaui dengan kenyataannya.
Saat merekrut kandidat yang memiliki potensi tinggi, maka pihak manajemen SDM terkadang memberikan suatu “angin segar”, kompensasi manis, menjanjikan promosi, memperlihatkan histori manis perusahaan atau menjanjikan hal-hal manis lainnya.
Padahal, tidak jarang perusahaan gagal untuk memenuhi janji tersebut, sehingga banyak karyawan yang merasakan penyesalan. Walaupun hal ini dilakukan demi meningkatkan keinginan kandidat, namun ada baiknya tim HRD untuk menahan diri agar tidak memberikan beragam janji manis ataupun “angin surga” yang sebenarnya tidak bisa mereka tepati.
6. Kebijakan SDM yang Kurang Memadai
Hindari menganggap sepele tentang pentingnya audit SDM di skala internal perusahaan. Sisihkanlah waktu setiap tahun untuk bisa memastikan kebijakan SDM perusahaan dilakukan secara lengkap dan terupdate.
Contoh kasusnya, bila perusahaan tidak bisa memasukkan kebijakan vacation payout dalam buku atasan perusahaan atau proses pengaduan atau bencana dan kekerasan di lingkungan kerja, hal ini bisa menimbulkan kondisi di mana banyak karyawan yang mengundurkan diri karena perusahan tidak bisa menggunakan vacation payout dengan tepat.
Jika sebelumnya mereka tidak tahu tentang adanya peraturan vacation payout, tentunya karyawan akan mengajukan komplain.
7. Menilai Karyawan Secara Subjektif adalah Kesalahan Fatal Manaejem SDM
Kondisi ini sangat sering terjadi dengan tujuan untuk bisa lebih menyukai sesorang daripada yang lainnya. Namun, alangkah lebih baik jika hal ini dihindari hingga di luar lingkungan kantor.
Apabila manajemen SDM perusahaan menetapkan peranan ataupun tugas tertentu hanya untuk beberapa orang lain saja, ataupun ada ikatan khusus yang terbentuk diantara bos dan karyawan, maka hal ini akan memengaruhi karyawan lain, atau sederhananya terjadi kecemburuan sosial.
Berdasarkan kecenderungan atau kesukaan terhadap sebagian kecil karyawan ini, maka anggota manajemen SDM yang memberikan perlakuan istimewa tidak akan mampu menciptakan suatu prestasi yang signifikan pada karyawan. Kondisi ini akan memengaruhi perasaan karyawan lainnya yang secara tidak langsung bisa mengakibatkan menurunnya produktivitas serta performa ditempat kerja.
Sehingga, yang terbaik adalah tidak melakukan penilaian subjektif ditempat kerja.
Baca juga: Strategi Distribusi: Pengertian, Jenis, Dan Contohnya Dalam Bisnis
8. Tidak atau Kurang Menaati Aturan Undang Undang Ketenagakerjaan
Pemerintah Indonesia telah membuat undang-undang ketenagakerjaan yang harus dilakukan dan dipatuhi oleh seluruh perusahaan, baik itu dalam skala kecil ataupun skala besar, tanpa terkecuali dan memandang bulu. Namun, bisnis atau usaha dalam skala yang kecil seringkali kurang menaati aturan serta anjuran yang tertulis dan disebutkan dalam undang-undang ketenagakerjaan.
Seperti berbagai aturan tentang upah minimum yang sebelumnya telah ditentukan, cuti keluarga, kamanan karyawan, lembur, tindak pelecehan seksual, serta aturan lainnya yang jika tidak diikuti dengan baik oleh perusahaan atau bisnis, maka bisa ditindaklanjuti sesuai peraturan yang berlaku. Perusahaan juga bisa dipidana atau membayar denda dengan jumlah yang banyak.
9. Melakukan PHK secara Sembarangan merupakan Kesalahan Manajeman SDM yang Seer
Dewasa ini, banyak pengusaha kecil ataupun manajer yang seringkali memecat pekerja atau karyawannya atas dasar hubungan personal atau masalah personal lainnya yang sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan performa kerja mereka.
Apabila bentuk pemecatan ini dilakukan oleh perusahaan dengan dasar perusahaan tidak mampu membayar gaji mereka, maka peruasahaan tersebut wajib melakukan pemeriksaan atau faktor performa dan membuat itu menjadi logis.
Apabila karyawan itu harus dipecat karena performa atau perilakunya kurang baik, maka sangat penting untuk menomor duakan peranaan pribadi dan lebih fokus dalam memenuhi kebutuhan bisnis perusahaan terlebih dahulu.
10. Penggolongan Karyawan
Beberapa perusahaan kecil juga sering kali mengkategorikan karyawan sebagai kontraktor guna menghemat pajak, namun ternyata hal ini akan menjadi masalah besar jika ternyata data yang disajikan menjadi tidak sesuai dengan hukum yang sudah berlaku. Untuk itu, Anda bisa menerapkan hukum undang-undang ketenagakerjaan yang berbeda, misalnya pada karyawan yang sudah tetap maupun yang masih berstatus kontrak.
Baca juga: Siklus Hidup Produk: Pengertian, Tahapan, Serta Contohnya dalam Bisnis
Lantas, Apakah Anda Pernah Melakukan Kesalahan Manajemen SDM di Atas?
Itulah sepuluh kesalahan yang biasa terjadi pada manajemen SDM. Walaupun pekerjaan manajemen SDM memang banyak, namun menyelesaikan semuanya tanpa memerhatikan seluruh poin diatas bukanlah solusi yang tepat.
Namun, jika manajemen SDM tidak memiliki cukup waktu karena disaat yang bersamaan harus mengatur manajemen akuntansi dan hal lainnya, maka menggunakan teknologi akuntansi terkini bisa dijadikan sebagai solusi. Teknologi akuntansi yang bisa digunakan saat ini adalah software akuntansi yang disediakan oleh Accurate Online.
Aplikasi ini akan memudahkan Anda dalam mengurus segala hal yang menyangkut akuntansi bisnis Anda secara lebih mudah dan cepat. Sehingga, Anda bisa melakukan dan mengelola manajemen SDM dengan baik.
Tertarik? Anda bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini:
Seorang wanita lulusan sarjana manajemen bisnis dan akuntansi yang hobi menulis blog tentang manajemen bisnis secara spesifik.