Bull and Bear: Definisi, Faktor Pemicu, dan Tips Menghadapinya dalam Pasar Saham
Pernah mendengar istilah Bull and Bear dalam dunia pasar saham? Istilah ini mungkin terdengar lucu bagi orang awam. Namun, dalam dunia pasar saham, istilah ini merupakan makanan sehari-hari yang membantu investor mendapatkan gambaran terkait fluktuasi indeks saham.
Pada dasarnya, belum ada sumber pasti yang menerangkan alasan dibalik penggunakan kata Bull and Bear dalam pasar saham. Namun, sebagian besar meyakini pergerakan hewan banteng (bull) dan beruang (bear) dalam menyerang sangat cocok menggambarkan pergerakan harga saham yang terus naik dan turun secara signifikan setiap harinya.
Hal ini akhirnya menjadi penting bagi para investor guna mewaspadai dan mengambil strategi yang tepat jika nanti dihadapkan pada kondisi Bull and Bear. Oleh karena itu, artikel kali ini akan membahas lebih lanjut terkait definisi, faktor pemicu, dan tips menghadapi situasi Bull and Bear dalam dunia pasar saham.
Daftar Isi
Apa Itu Bull and Bear?
Istilah Bull and Bear sendiri diambil dari nama hewan dalam bahasa inggris yaitu banteng (bull) dan beruang (bear). Dalam dunia hewan, banteng menyerang dengan gerakan menyeruduk dengan arah serangan dari bawah ke atas. Dimana hal ini mewakili pergerakan harga saham yang naik (Bullish).
Di sisi lain, beruang memiliki kecenderungan menyerang dengan gerakan menunduk dari atas ke bawah. Kondisi inilah yang mewakili penggambaran ketika harga saham sedang turun (Bearish).
Bull market umumnya tercipta di negara dengan kondisi perekonomian yang sedang menanjak. Dimana situasi perekonomian yang ideal membuat banyak bisnis dan perusahaan dapat berkembang sehingga nilai saham pun bertambah secara otomatis.
Adapun kondisi bear market berupa depresiasi saham terjadi ketika pertumbuhan ekonomi melambat. Pada kondisi ini, nilai saham yang terus turun dapat memancing sentimen negatif dari investor. Akibatnya, kondisi Bearish pada pasar saham bisa terjadi secara berkepanjangan.
Dalam hal ini, melemahnya kondisi pasar saham bisa dikategorikan sebagai bear market apabila telah mengalami penurunan sebesar 20%.
Secara keseluruhan, istilah Bull and Bear penting untuk diketahui oleh Anda yang ingin terjun dalam dunia pasar saham. Terlebih lagi, istilah ini juga berlaku di area instrumen investasi atau trading lain, seperti forex dan crypto, yang saat ini tengah menjadi tren di masyarakat.
Baca juga: Analisis Fundamental: Ini Pengertian dan Bedanya Dengan Analisis Teknikal!
Faktor Pemicu Terjadinya Bull and Bear
Pada dasarnya, terdapat banyak faktor yang mendorong terjadinya kedua kondisi ini, mulai dari sisi makro ekonomi hingga sentimen dari investor sendiri.
Pada bull market terjadi kenaikan harga saham karena banyak yang ingin membeli, sementara minim investor yang ingin menjual sahamnya. Memakai prinsip supply and demand, dalam bull market terdapat permintaan yang tinggi namun penawaran yang rendah.
Adapun kondisi Bullish bisa disebabkan oleh stabilitas perekonomian suatu negara. Dimana stabilitas perekonomian ini ditunjukkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang positif, nilai mata uang yang kuat, hingga tingkat pengangguran yang cenderung rendah.
Sementara pada bear market, ada lebih banyak investor yang ingin menjual sahamnya dibandingkan dengan yang ingin membeli saham. Akibatnya, harga saham menurun secara cepat dalam kurun waktu tertentu.
Dalam hal ini, kondisi perekonomian yang lambat menjadi pemicu terjadinya Bearish. Adapun beberapa faktor pemicunya bertolak belakang dengan kondisi Bullish, yakni inflasi yang tinggi, suku bungan yang tidak stabil, nilai mata uang yang melemah, hingga defisit neraca perdagangan.
Baca juga: Rekomendasi Tepat Investasi untuk Pemula dan Kesalahan yang Harus Dihindari
Tips Menghadapi Situasi Bull and Bear
Setelah melihat karakteristik dan faktor pemicu dari kondisi Bull and Bear, hal paling sederhana yang bisa dilakukan oleh investor ialah dengan memahami profil resiko sebelum bertindak. Sebab, bagi sebagian besar orang, tujuan investasi bagi adalah untuk mendapatkan keuntungan dari apa yang telah diinvestasikan.
Idealnya, waktu paling tepat untuk membeli saham ialah ketika harga saham sedang turun atau Bearish. Meski begitu, kondisi perusahaan secara keseluruhan harus dipertimbangkan dan diperhitungkan sebelum mengambil keputusan pembelian.
Adapun ketika berada dalam pasar Bearish, pilihan untuk bertahan dan tidak menjual saham akan tetap ada. Sebab, pasar selalu memiliki potensi untuk pulih kembali setelah jangka waktu tertentu. Namun, peluang ini juga memiliki resiko yang cukup besar jika pemulihan tersebut tidak terjadi dalam waktu singkat.
Opsi alternatif yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah dengan melakukan diversifikasi pada portofolio untuk meminimalisir kerugian, melakukan short selling, dan menanam saham defensif di tengah ketidakpastian.
Di saat yang sama, kondisi Bullish merupakan waktu yang tepat untuk menjual saham yang harganya sedang naik sebagai bentuk profit taking. Namun, pertimbangkan untuk tidak menjual habis portofolio yang Anda miliki, sebab ada kemungkinan lagi harganya akan naik dalam waktu dekat.
Baca juga: Aplikasi Trading: Keuntungan dan Aplikasi Trading yang Direkomendasikan
Kesimpulan
Demikianlah penjelasan terkait Bull and Bear dalam pasar saham yang penting untuk diketahui oleh para investor. Pada dasarnya, Anda harus selalu mempertimbangkan resiko dari setiap investasi yang dilakukan agar bisa mendapatkan keuntungan atau imbal hasil yang maksimal.
Jika Anda berniat untuk melakukan investasi jangka panjang, kondisi Bullish dan Bearish pun seharusnya tidak memiliki dampak tertentu yang signifikan. Pasalnya, yang Anda kejar ialah keuntungan dalam bentuk capital gain dan deviden.
Capital gain sendiri adalah keuntungan yang diterima investor dari selisih harga saham pada saat pembelian dan penjualan. Sementara deviden adalah keuntungan yang didapatkan investor dari pembagian laba.
Dalam hal ini, baik bagi Anda untuk mencatat keuntungan yang diperoleh dari investasi ke dalam laporan keuangan. Dengan begitu, dapat terlihat lebih jelas kondisi keuangan Anda secara keseluruhan.
Untuk mengelola keuangan ini pun Anda tidak perlu lagi menggunakan metode konvensional. Anda bisa menggunakan software akuntansi dan bisnis yang memudahkan Anda dalam membuat laporan keuangan seperti Accurate Online.
Accurate Online merupakan software berbasis cloud yang menyediakan lebih dari 200 jenis laporan keuangan dan bisnis. Di dalamnya, tersedia berbagai fitur dan kelebihan yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
Jika Anda tertarik untuk mencoba Accurate Online secara gratis selama 30 hari, silahkan klik tautan gambar di bawah ini.