Menghitung zakat bisnis memang sering bikin bingung, apalagi kalau Anda baru mulai terjun ke dunia usaha.
Banyak pelaku usaha yang mencari template zakat perusahaan atau bahkan kalkulator zakat supaya proses hitung zakat bisnis terasa lebih mudah dan akurat.
Artikel berikut ini akan membahas langkah-langkah agar Anda tidak salah dalam menentukan besaran zakat yang wajib dikeluarkan.
Yuk, simak sampai selesai supaya Anda bisa mengelola kewajiban zakat bisnis dengan lebih percaya diri dan efisien!
Kewajiban zakat dalam bisnis: kapan dan berapa?
Zakat bisnis wajib Anda bayarkan ketika aset usaha sudah mencapai nisab (batas minimal harta wajib zakat) dan telah dimiliki selama satu tahun penuh (haul).
Standar nisab yang digunakan umumnya setara dengan 85 gram emas. Jika total aset usaha Anda—setelah dikurangi utang jangka pendek—sudah melewati batas tersebut, maka Anda sudah wajib menunaikan zakat.
Biasanya, waktu pembayaran zakat bisnis dilakukan pada akhir tahun pembukuan atau tahun hijriah, sesuai anjuran para ahli fikih.
Besaran zakat bisnis umumnya adalah 2,5% dari total aset bersih usaha.
Baca juga: Cara Mudah Terapkan Akuntansi Syariah Anti Riba di Bisnis Kecil
Perbedaan zakat perusahaan dan zakat pribadi
1. Definisi dan subjek
Zakat perusahaan dan zakat pribadi punya perbedaan mendasar dari sisi subjek serta objek zakat.
Zakat perusahaan adalah zakat yang wajib Anda tunaikan atas nama entitas bisnis, baik berbentuk PT, CV, koperasi, maupun bentuk usaha kolektif lainnya.
Dalam konsep keuangan syariah, perusahaan dipandang sebagai satu kesatuan yang terpisah dari pemiliknya, sehingga zakat dihitung dari aset bersih perusahaan, bukan dari harta pribadi pemilik atau shareholder.
Sementara itu, zakat pribadi adalah kewajiban individu atas harta milik pribadi, seperti emas, uang tunai, tabungan, atau penghasilan perorangan.
2. Cara hitungnya
Perbedaan utama terletak pada cara hitung zakat bisnis yang Anda lakukan. Pada zakat perusahaan, perhitungan dilakukan berdasarkan laporan keuangan tahunan.
Rumus yang digunakan biasanya 2,5% dari aset lancar dikurangi utang jangka pendek, atau dari laba bersih setelah dikurangi kewajiban lain.
Semua aset yang masuk kategori harta niaga, piutang, dan kas perusahaan harus Anda perhitungkan, sehingga bisnis Anda tetap bebas riba dan menjalankan prinsip bisnis berkah.
Zakat pribadi, di sisi lain, dihitung dari harta milik individu yang telah mencapai nisab dan haul, seperti tabungan, emas, atau penghasilan rutin.
3. Kewajiban dan waktu pembayaran
Pada zakat perusahaan, kewajiban membayar zakat muncul ketika aset perusahaan telah mencapai nisab setara 85 gram emas dan telah dimiliki selama satu tahun hijriah.
Pembayaran dilakukan secara kolektif oleh manajemen perusahaan, lalu didistribusikan kepada pihak yang berhak.
Sedangkan zakat pribadi wajib Anda bayarkan jika harta pribadi Anda sudah memenuhi syarat nisab dan haul, dan pembayaran dilakukan secara individu sesuai jenis zakat yang berlaku, seperti zakat mal atau zakat penghasilan.
4. Tujuan dan manfaat dalam keuangan syariah simpel
Menunaikan zakat perusahaan maupun zakat pribadi sama-sama bertujuan menjaga keberkahan usaha dan harta Anda.
Dengan menunaikan zakat secara tepat, Anda bisa menciptakan ekosistem bisnis berkah, menjaga sirkulasi harta, dan memastikan bisnis berjalan bebas riba.
Prinsip keuangan syariah yang simpel memudahkan Anda dalam mengelola kewajiban zakat tanpa harus bingung membedakan antara harta perusahaan dan harta pribadi.
Baca juga: Beda Akuntansi Syariah vs Konvensional: Prinsip & Praktiknya
Cara mencatat zakat dalam laporan keuangan
Pencatatan zakat dalam laporan keuangan menjadi bagian penting agar keuangan usaha Anda tetap transparan dan sesuai prinsip keuangan syariah simpel.
Zakat yang sudah Anda hitung dari laba usaha atau aset lancar perlu dicatat secara sistematis, mulai dari penerimaan, pengeluaran, hingga pelaporan.
Anda wajib mengidentifikasi semua transaksi terkait zakat, seperti pembayaran kepada lembaga amil zakat, dan mencatatnya dalam jurnal khusus pengeluaran kas.
Setiap transaksi harus diklasifikasikan ke dalam akun yang tepat, apakah sebagai pengeluaran, kewajiban, atau aset, sehingga laporan keuangan Anda tetap akurat dan mudah diaudit.
Contoh pencatatan zakat pada laporan keuangan
Sebagai contoh, Anda menjalankan bisnis penjualan baju muslim dengan modal Rp10.000.000, laba bersih bulanan Rp3.000.000, piutang Rp5.000.000, dan utang Rp3.000.000 setelah satu tahun.
Rumus hitung zakat bisnis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Zakat = 2,5% × (Modal+Keuntungan+Piutang−Utang)
Maka perhitungannya adalah sebagai berikut :
Zakat = 2,5% × (Rp10.000.000+Rp36.000.000+Rp5.000.000−Rp3.000.000) = 2,5% × Rp48.000.000 = Rp1.200.000
Pencatatan pada jurnal pengeluaran kas akan terlihat seperti berikut:
Tanggal: 10 Januari 2025
Keterangan: Pembayaran zakat ke LAZ
Debit: Pengeluaran zakat Rp1.200.000
Kredit: Kas Rp1.200.000
Pada neraca, zakat yang belum dibayarkan dapat dicatat sebagai kewajiban jangka pendek. Setelah pembayaran, akun kas berkurang dan kewajiban zakat juga berkurang.
Anda juga perlu melampirkan catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement) yang berisi rincian pembayaran zakat, agar laporan semakin informatif dan mudah dipertanggungjawabkan.
Baca juga: Pencatatan Akuntansi IMBT Sesuai PSAK Syariah & Jurnal IMBT
Penutup
Menghitung zakat bisnis memang membutuhkan ketelitian, mulai dari menjumlahkan modal, keuntungan, piutang, lalu menguranginya dengan utang jangka pendek, hingga akhirnya dikalikan 2,5% sesuai ketentuan syariah.
Rumus hitung zakat bisnis seperti [Modal + Keuntungan + Piutang] – [Utang + Kerugian] x 2,5% sudah banyak digunakan oleh pelaku usaha di Indonesia dan direkomendasikan oleh lembaga zakat resmi seperti BAZNAS.
Dengan cara ini, Anda bisa memastikan bisnis tetap bebas riba dan semakin dekat dengan konsep bisnis berkah.
Pencatatan zakat yang rapi dan akurat sangat penting dalam menjaga transparansi serta akuntabilitas keuangan usaha Anda.
Di era digital, Anda tidak perlu repot mencatat manual, karena sudah ada software akuntansi seperti Accurate Online yang mendukung pencatatan keuangan berbasis syariah.
Accurate Online akan memudahkan Anda dalam mengelola laporan keuangan, menghitung zakat, hingga pelaporan pajak secara otomatis dan terintegrasi. Semua fitur ini membantu Anda menjalankan bisnis dengan konsep keuangan syariah simpel, efisien, dan tetap taat aturan.
Jika Anda ingin merasakan kemudahan pencatatan zakat dan keuangan bisnis yang terintegrasi, coba Accurate Online sekarang juga.
Klik tautan gambar di bawah untuk mencoba Accurate Online secara gratis dan buktikan sendiri manfaatnya bagi bisnis Anda!
Referensi: