Cost Plus Pricing, Strategi Penetapan Biaya dengan Banyak Kelebihan
Jika Anda sering merasa kebingungan saat menentukan harga jual, maka mark up atau cost plus pricing adalah solusi ampuh yang bisa Anda lakukan. Selain memang praktis, strategi ini juga bisa diterapkan secara cepat. Selain itu, metode ini juga masih memiliki kelebihan lainnya.
Lalu, bagaimana cara menerapkan strategi cost plus pricing? Apa saja kelebihannya? Temukan jawabannya dengan membaca artikel tentang cost plus pricing ini hingga selesai.
Daftar Isi
Pengertian Cost Plus Pricing
Cost plus pricing atau strategi penetapan harga biaya plus atau yang juga sering disebut dengan markup harga adalah suatu praktek yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara menambah persentase tertentu di atas harga yang berguna untuk menentukan harga jual.
Cost plus pricing adalah suatu strategi yang amat sangat sederhana dalam menentukan harga barang produk dan jasa. Dalam menetapkan harga biaya plus ini, perusahaan bisa menambahkan biaya material langsung, biaya overhead, sampai dengan biaya tenaga kerja. Nah, persentase dari markup tersebut nantinya akan diambil sebagai laba.
Baca juga: Apa itu Harga? Berikut Pengertian Lengkap dan Fungsinya
3 Tahapan dalam Menetapkan Cost Plus Pricing
Dalam menetapkan strategi cost plus pricing, Anda tidak bisa melakukannya begitu saja tanpa disertai dengan perhitungan yang baik. Terdapat tiga tahapan yang harus Anda lakukan dalam menetapkan cost plus pricing.
Pertama, Anda harus menentukan total biaya produk dan juga layanannya terlebih dahulu. Dalam menentukan biaya ini, Anda bisa menjumlahkannya dari biaya tetap dan juga biaya variabel.
Kedua, Anda harus membagi total biaya dengan jumlah unitnya agar Anda bisa memperoleh hasil untuk bisa menjumlahkan biaya unit. Terakhir, kalikan biaya unit dengan persentase markup Agar anda bisa memperoleh biaya penjualan dan juga margin keuntungan produk.
Contoh Penetapan Cost Plus Pricing
Katakanlah ada suatu perusahaan yang membuat suatu produk makanan. Untuk bisa membuat sebungkus makanan ini, maka rinciannya adalah sebagai berikut:
- direct material cost: Rp 5.000,-
- direct labor cost: Rp 2.000,-
- overhead cost: Rp 3.000,-
- total cost: Rp 10.000,-
Sehingga, Agar Bisa Membuat Satu Bungkus Makanan Diperlukan Biaya Sebesar Rp 10.000. Harga Ini Mencakup Seluruh Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Membuat Makanan Sampai Memasarkan Produk.
Lalu, perusahaan bisa menambahkan persentase atas harga jual sebagai satu bagian dari biaya plus. Contohnya, perusahaan menentukan markup harganya adalah 30, maka harga jual untuk satu bungkus makanan tersebut adalah 130% x Rp 10.000,- = Rp 13.000,-
Penentuan Persentase Markup
Porsi yang terdapat pada presentasi ini akan masuk ke dalam laba perusahaan. Persentase peningkatan harga nantinya bisa ditetapkan dengan cara melihat kondisi pasar dan juga kondisi ekonomi yang terjadi pada saat ini. Bila ternyata tingkat permintaan menurun, maka turunkanlah persentase markup lebih rendah agar bisa meningkatkan daya beli konsumen.
Di lain hal, bila memang tingkat permintaan produk dan juga kondisi ekonomi negara sedang baik, maka perusahaan bisa meningkatkan persentase markup. Karena, perusahaan bisa menuntut harga yang lebih tinggi agar bisa menyikapi kondisi seperti itu.
Mekanisme dalam menghitung harga biaya plus ini pun sangat mudah. Pihak pemasok hanya perlu menghitung seluruh biaya, termasuk di dalamnya biaya tetap dan juga biaya variabel yang sudah atau akan digunakan dalam membuat produk. Lalu, dari penetapan itulah persentase markup nantinya bisa diperkirakan.
Strategi cost plus pricing ini tidak hanya bisa ditentukan oleh pemasok saja, tapi juga bisa dilakukan oleh pembeli. Misalnya, saat terjadi kontrak pembelian dengan pihak pemerintah. Pihak perusahaan bisa menerapkan sistem harga biaya plus mulai dari 5% sampai dengan 800% banyaknya.
Keuntungan Menerapkan Cost Plus Pricing
Terdapat berbagai keuntungan yang bisa Anda peroleh dari strategi penetapan cost plus pricing, yaitu:
1. Sederhana
Metode penetapan harga ini sangat mudah untuk diterapkan. Walaupun begitu, Anda harus mempunyai metode yang konsisten dalam mengalokasikan biaya overhead pada tiap periode akuntansinya. Tujuannya tentu saja agar bisa menjaga integritas dari masalah penumpukan biaya.
Bila kompetitor utama yang ada di dalam pasar ternyata menggunakan harga biaya plus, maka tingkat harga pun akan lebih stabil. Jumlah risiko terkait dengan keputusan penetapan harga pun bisa diturunkan.
Tapi, perusahaan akan cenderung terlibat di dalam perang harga bila mereka membuat dasar harga pada biaya, alih-alih melihat bagaimana harga kompetitornya.
2. Mengunci Pendapatan dengan Kontrak
Seluruh produsen ataupun pemasok pasti ingin mempunyai kontrak dengan harga harga biaya plus. Pada dasarnya, penetapan harga ini mampu menjamin penjual dengan tingkat persentase keuntungan tertentu. Nilai keuntungan ini pun sudah mencakup seluruh biaya produksi dengan risiko tingkat kerugian yang sangat minim.
3. Senjata Pemasok untuk Membenarkan serta Menjelaskan Kenaikan Harga
Menetapkan cost plus pricing akan memudahkan pihak pemasok dalam meningkatkan harga tanpa adanya banyak pertentangan. Karena, perusahaan akan lebih mudah dalam memberitahu pihak klien terkait peningkatan biaya produksi.
4. Mengubah Perilaku Konsumen
Menetapkan cost plus pricing mampu mendorong konsumen untuk melakukan pembelian. Umumnya, faktor harga menjadi faktor utama yang memicu perilaku konsumen untuk melakukan pembelian. Tapi, harga biaya plus pun mampu mendorong para konsumen untuk membeli dengan faktor harga lain selain harga.
Kekurangan Metode Cost Plus Pricing
Menggunakan metode cost plus pricing dalam situasi dan juga kondisi tertentu memang masuk akal. Seperti dalam perjanjian kontrak penjualan antara produsen dan konsumen. Tapi, akan bisa menyebabkan masalah keuangan yang besar bila digunakan dalam menetapkan harga lainnya.
Kekurangan dari cost plus pricing adalah sebagai berikut:
1. Tidak Mempertimbangkan Persaingan
Saat menetapkan cost plus pricing, suatu produk bisa saja dibandrol dengan harga yang terlalu mahal. Hal ini bisa menyebabkan masalah tersendiri, yaitu perusahaan merugi karena kehilangan penjualan dan juga pangsa pasarnya.
Hal tersebut juga berlaku bila harga yang ditetapkan sudah sangat rendah. Karena, pihak perusahaan pun akan mengalami potensi kehilangan keuntungan.
2. Insentif yang Dimiliki Pemasok Sedikit untuk Mengendalikan hingga Mengurangi Biaya
Saat sudah berhasil masuk pada penetapan harga biaya plus, pada akhirnya perusahaan akan menghasilkan apa yang diinginkannya. Tapi, apa yang perusahaan lain inginkan akan terlepas dari berapa biaya produksi sampai bagaimana cara menjualnya di pasar.
3. Tidak Adanya Pertimbangan Biaya Penggantian Baru
Metode dalam menetapkan harga biaya plus ini hanya didasarkan pada biaya historis saja. Dasar dari penetapan ini tidak memperhitungkan perubahan terbaru, sehingga Anda akan kesulitan dalam menentukan biaya terkini untuk bisa dikeluarkan. Efeknya, pemasok pun tidak mendapatkan pertimbangan biaya penggantian baru.
4. Tidak Memperhitungkan Nilai Produk
Walaupun harga smartphone Apple memang mahal, namun produk Apple ini tidak pernah kehilangan peminat. Hal ini bisa terjadi karena mereka mampu menawarkan nilai yang lebih. Produk dari iPhone mempunyai nilai prestisius sendiri. Terlebih lagi, smartphone ini juga dikenal aman dan juga mempunyai kualitas kamera yang sangat baik.
Berbagai nilai tersebut tentunya tak bisa dijual bila menggunakan strategi cost plus pricing. Karena di dalamnya Anda hanya memperhitungkan laba perusahaan saja.
Untuk itu, strategi harga biaya plus akan kurang maksimal bila diterapkan pada industri SaaS. Karena, dalam industri ini barang yang dijual mempunyai nilai lebih besar daripada biaya produksinya.
Beberapa Hal yang Bisa Dipertimbangan dalam Penetapan Harga Biaya Plus
Dalam menetapkan strategi harga biaya plus memang tidak melakukan pertimbangan pada ukuran permintaan pada produk barang atau layanan jasa. Itu artinya, penetapan harga ini tidak mengindahkan apakah calon pelanggan memang sudah benar-benar akan membeli produk dengan harga terkait.
Oleh sebab itu, agar bisa mengimbanginya, maka beberapa pemilik bisnis harus coba menerapkan prinsip elastisitas harga dalam menerapkan strategi tersebut. Karena, umumnya orang hanya akan memperhatikan faktor trend, penawaran yang kompetitif, dan juga persaingan dalam hal menentukan harga jual.
Untuk itu, sebagai alternatifnya, Anda bisa menggunakan sistem penetapan harga yang berbasis pada nilai. Penetapan ini adalah suatu proses menentukan harga jual produk ataupun jasa dengan manfaat yang diberikan pada konsumen sebagai dasarnya.
Penetapan harga berbasis nilai ini juga bisa digunakan bila bisnis Anda menawarkan suatu produk khusus dengan fitur tertentu.
Baca juga: Belanja Modal Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitungnya
Penutup
Demikianlah penjelasan dari kami tentang cost plus pricing. Jadi, cost plus pricing atau strategi penetapan harga biaya plus atau yang juga sering disebut dengan markup harga adalah suatu praktek yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara menambah persentase tertentu di atas harga yang berguna untuk menentukan harga jual.
Namun, Anda harus bisa menghitungnya dengan tepat. Karena hal ini akan berimbas pada kondisi kesehatan keuangan perusahaan. Bila Anda kesulitan dalam menghitungnya, Anda bisa menggunakan software akuntansi dari Accurate Online.
Kenapa? Karena selain mampu membantu Anda dalam mendapatkan lebih dari 200 jenis laporan keuangan, software akuntansi ini juga mampu membantu Anda dalam menetapkan harga produk.
Selain itu, Accurate Online juga sudah dilengkapi dengan fitur lainnya yang tentu akan memudahkan pebisnis seperti Anda dalam menjalankan urusan bisnis.
Anda bisa langsung mencoba fitur dan keunggulan menarik dari Accurate Online secara gratis selama 30 hari dengan klik tautan gambar di bawah ini.