Pengertian Perang Dagang dan Pengaruhnya Dalam Dunia Ekonomi Mancanegara
Saat kita membahas tentang ekonomi, setiap negara tentunya mempunyai kedaulatan untuk membuat kebijakannya sendiri-sendiri. Walaupun begitu, bukan berarti kebijakan tersebut bisa dibuat dengan asal-asalan. Karena, kebijakan ekonomi tersebut akan berdampak juga pada negara lain, dan jika tidak tepat tentu akan menyebabkan perang dagang antar negara.
Seperti yang beberapa tahun terakhir tengah terjadi antara perang dagang Amerika Serikat dengan China. Presiden Amerika kala itu menerapkan kebijakan ekonomi yang sangat kontroversial. Trump meningkatkan tarif bea masuk impor pada lebih dari 1.300 produk yang berasal dari China sampai 25%.
Kebijakan ini ditempuh sebagai suatu upaya demi memangkas defisit neraca perdagangan AS pada China yang mempunyai kesenjangan sampai US$ 300 miliar dari tahun 2014 lalu.
Selain itu, kebijakan ini juga sebagai upaya balas dendam AS yang menganggap China sudah melakukan pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual milik perusahaan AS yang sedang berekspansi di China.
Lantas, China pun tidak diam saja dengan kebijakan ekonomi yang ditetapkan AS. China membalasnya dengan mengeluarkan kebijakan ekonomi yang juga sama, yaitu dengan meningkatkan bea tarif impor terhadap lebih dari 106 produk asal AS dari 15 – 25%. Kebijakan yang ditempuh oleh kedua negara inilah yang memicu adanya perang dagang.
Daftar Isi
Apa itu Perang Dagang?
Perang merujuk pada terjadinya permusuhan ataupun ketegangan antar kedua belah pihak. Perang ini tidak melulu harus menggunakan senjata, perang juga bisa terjadi dalam upaya mempertahankan dan menjaga stabilitas ekonomi di suatu negara.
Untuk itu, perang dagang adalah suatu ketegangan ekonomi yang terjadi antar dua negara yang sebelumnya sudah saling bekerjasama dan terikat dalam hubungan dagang.
Dalam kamus ekonomi dijelaskan bahwa perang dagang adalah suatu konflik ekonomi yang dilakukan dengan memberlakukan kebijakan pembatasan impor pada dua negara yang terlibat.
Pembatasan impor ini mencakup meningkatkan harga bea masuk barang, melarang barang tertentu untuk dapat diimpor, membuat standar barang yang masuk menjadi sangat tinggi, barang yang sudah masuk harus dilakukan pengujian ulang serta memperoleh sertifikasi tambahan, dan masih banyak lagi.
Tujuan dari dilakukannya perang dagang adalah demi merugikan perdagangan negara yang satu dengan yang lainnya.
Nah, pernyataan Presiden Donald Trump beberapa tahun lalu terkait eskalasi bea masuk tarif impor untuk berbagai produk dari China, khususnya aluminium dan baja ini memicu adanya perang dagang dengan negara China.
Kenapa begitu? Karena AS adalah pasar produk baja dan alumunium terbesar dari China. Sederhananya, China adalah supplier baja di pasar AS.
China pun memberikan reaksi yang sama, negara tersebut meningkatkan bea masuk tarif impor untuk berbagai produk AS, khususnya kedelai, minuman anggur, dan juga buah. Untuk AS, China adalah pasar yang paling besar, sehingga AS menjadi negara pemasok paling besar bagi produk-produk tersebut di China.
Baca juga: Hiperinflasi: Pengertian, Faktor dan Contoh Negara yang Terkena Hiperinflasi
Pengaruhnya Bagi Perekonomian Suatu Negara
Perang dagang yang dilakukan antara AS dan China ini malah menyandera perdagangan kedua negara. Selain merugikan negara lawannya, pembatasan impor ini juga merugikan perekonomian di dalam negeri.
Kenapa? Karena dengan meningkatnya tarif masuk bea impor aluminium dan baja dari China, maka jumlah impor atas kedua produk ini pasti akan berkurang. Selain itu, kedua jenis produk ini menjadi lebih sulit ditemukan di pasar AS.
Hal tersebut tentunya menghambat proses produksi berbagai perusahaan di As yang menggunakan bahan baku alumunium dan juga baja.
Walaupun ada, harganya pasti sangat mahal. Meningkatnya harga bahan baku tersebut jelas akan mempengaruhi harga produk akhir yang siap jual. Jadi, konsumen yang memerlukan produk tersebut juga harus rela terkena dampaknya, yaitu harus membayar mahal pada produk yang diperlukannya tersebut.
Pun sama halnya dengan China, pembatasan impor untuk berbagai produk dari As, khusus minuman anggur, kedelai, buah, mobil, pesawat, dll, akan berdampak pada perekonomian dalam negeri China.
Tingkat perkembangan ekonomi dan laju inflasi yang lambat pun harus rela dialami oleh berbagai negara yang terlibat di dalam perang dagang.
Lalu, siapa yang memenangkan perang dagan ini? Seperti yang sudah kita ketahui bersama, kedua negara ini sama-sama memiliki perekonomian yang sangat kuat. Tapi jika kita bandingkan antar keduanya, maka perekonomian China jelas lebih kuat daripada AS.
Dalam beberapa tahun belakang, China mengalami perkembangan ekonomi yang sangat tinggi, yang lalu menjadikannya sebagai negara dengan ekonomi yang kuat.
Selain melakukan pembangunan ekonomi di dalam negeri, China pun melakukan investasi pada beberapa negara, seperti Hong Kong, Australia, Pakistan, Singapura, Afrika Selatan, Sri Lanka, Rusia, Kanada, dan Indonesia.
Walaupun sebagian produk keperluan China ini dipasok dari AS, tapi secara kuantitas malah AS yang lebih banyak mengimpor produk keperluannya dari China. Itu artinya, ketergantungan negara AS pada China justru lebih besar. Jadi, siapakah yang memenangkan perang ini?
Dampaknya Perekonomian Negara Lain
Bila perang dagang hanya melibatkan kedua negara saja, lantas apakah akan berpengaruh pada kegiatan ekonomi negara lain? Bisa saja. Dampak yang dirasakan bisa positif dan juga negatif. Dampak positifnya adalah negara lain memiliki kesempatan yang bagus untuk menjadi pihak pemasok pada negara yang terlibat perang dagang.
Adanya kegiatan pembatasan impor yang diberlakukan oleh China dan As akan berdampak pada keterbatasan produk keperluan kedua negara. Meningkatnya harga bea masuk impor yang diberlakukan oleh AS atas China, akan mendorong China untuk mencari negara lain yang bisa menjadi pemasok produk keperluannya.
Pun sama halnya dengan AS. Oleh karena itu, perang dagang yang terjadi antara AS dan China ini memberikan peluang untuk negara lain agar bisa masuk pada pasar kedua negara yang sedang bersitegang secara ekonomi.
Dampak negatifnya, pembatasan impor produk aluminium dan baja dari China oleh AS ini membuat China mencari pasar di negara lain. Itu artinya, China akan meningkatkan penjualan produk aluminium dan baja pada beberapa negara lainnya, termasuk Indonesia.
Hal tersebut tentu akan meresahkan produsen baja dalam negeri yang sebelumnya sudah merajai pasar dalam negeri.
Lantas, bagaimana dengan nasib konsumen? Umumnya, konsumen pada negara yang tidak terlibat perang dagang tidak akan terkena dampaknya. Justru dengan masuknya produk dari AS ataupun dari China akan memberikan mereka banyak pilihan, khususnya dalam hal harga.
Apa yang Terjadi dalam Perang Dagang Sebelumnya?
Sebelum perang dagang antara AS dan China, sebelumnya juga sudah terjadi perang dagang. Perang dagang ini dikenal dengan Smoot-Hawley Act yang kala itu disahkan oleh Kongres As di tahun 1930. Kebijakan ini juga sangat sering disalahkan karena menjadi pemicu yang menyebabkan The Great Depression atau Depresi besar.
Undang-undang di dalamnya meningkatkan tarif AS dengan rata-rata sebanyak 20%. Kebijakan ini awalnya dilakukan untuk melindungi para petani di Amerika, lantas meluas dan berbagai industri lainnya pun merayu untuk bisa mendapatkan perlindungan.
Namun bila permintaan menurun, berbagai negara tersebut justru lebih memilih cadangan emasnya dengan mendevaluasi mata uang mereka atau memberlakukan lebih banyak lagi hambatan perdagangan. Sehingga, perdagangan global pun jatuh ke jurang yang sangat dalam.
Senjata Perang Dagang
Sebenarnya, masih ada banyak lagi senjata yang bisa digunakan untuk melakukan perang dagang. Menghambat jalur investasi China di Amerika, yang beberapa tahun lalu dilakukan oleh Trump, hanyalah salah satunya saja.
Meremehkan ataupun memanipulasi lebih rendah mata uang negara lain adalah salah satu senjata lainnya yang bisa digunakan dalam perang dagang.
Berbagai negara selama bertahun-tahun lamanya sudah banyak yang menggunakan cara lain guna menghindari barang asing, dan melindungi perusahaan lokal, yang merupakan suatu kegiatan yang dikenal dengan merkantilisme.
Baca juga : Ekonomi Deskriptif: Pengertian, Ciri-Ciri Dan Contohnya
Penutup
Demikianlah penjelasan lengkap kami tentang perang dagang. Jadi, bisa kita tarik kesimpulan bahwa perang dagang adalah suatu konflik ekonomi yang dilakukan dengan memberlakukan kebijakan pembatasan impor pada dua negara yang terlibat.
Ada banyak sekali senjata yang bisa digunakan untuk melakukan perang dagang. Dalam kasus perang dagang antara AS dan China, senjata yang digunakan adalah meningkatkan bea tarif masuk produk antar kedua negara. Hal ini membuat kedua negara mengalami kerugian di beberapa sektor industri.
Perang dagang yang dilakukan antar kedua negara pun bisa berdampak positif dan juga negatif pada negara lainnya. Dampak positifnya adalah negara lain bisa berpeluang menjadi pemasok atas produk yang diperlukan pada kedua negara.
Sedangkan dampak negatifnya, kedua negara akan mencari pasar pada negara lain yang membuat produsen lokal menjadi terancam.
Nah, jika Anda adalah salah satu produsen lokal yang terancam dengan adanya perang dagang yang dilakukan oleh negara lain, maka Anda harus memikirkan strategi yang lebih ampuh agar bisa bertahan. Baik itu merubah strategi pemasaran, melakukan manajemen keuangan yang lebih baik lagi, dll.
Namun, agar Anda lebih mudah dalam melakukan manajemen perusahaan, maka Anda sudah harus mengikuti perkembangan teknologi yang sudah ada saat ini dengan menggunakan teknologi software akuntansi seperti dari Accurate Online.
Accurate Online adalah software akuntansi yang mampu membantu Anda dalam melakukan manajemen keuangan dan mampu memberikan berbagai jenis laporan keuangan yang lengkap dimanapun dan kapanpun Anda berada. Berbagai fiturnya yang sangat komplit pun akan membantu Anda dalam melakukan bisnis online ataupun offline.
Tertarik? Anda bisa mencoba Accurate Online selama 30 hari secara gratis dengan klik tautan di bawah ini.