Risiko Keuangan: Pengertian dan Cara Mengelolanya
Pada dasarnya, risiko keuangan adalah bentuk kerugian atau kehilangan uang atau barang berharga lainnya milik perusahaan.
Hal ini sangat berhubungan dengan manajemen bisnis, yang mana didalamnya terdapat proses yang disebut dengan perkiraan atau forecasting atas adanya pengambilan keputusan yang akan Anda lakukan di masa yang akan datang.
Dalam proses pengambilan keputusan tersebut, tentunya terdapat yang hal sifatnya mampu merugikan keuangan bisnis Anda, hal tersebut dikenal dengan risiko keuangan.
Nah dalam kesempatan kali ini kami akan menjelaskan lebih dalam tentang risiko keuangan dan cara mengelolanya.
Daftar Isi
Pengertian Risiko Keuangan
Risiko keuangan atau Risiko Finansial (financial risk) adalah berbagai bentuk keputusan yang berhubungan dengan keuangan yang bisa menyebabkan kerugian.
Risiko keuangan akan sangat berhubungan dengan keuangan, seperti dampak transaksi di dalam neraca keuangan, kewajiban kontrak kerja, tanggal jatuh tempo pembayaran utang, risiko likuiditas perusahaan, dan berbagai hal lain yang mampu mengurangi fleksibilitas perusahaan.
Identifikasi dari pengelolaan risiko finansial disebut dengan manajemen risiko, yang mana tidak hanya identifikasi saja, melainkan analisa respon risiko secara konsisten, formal dan juga komprehensif, sehingga akan tercipta manfaat yang bisa diraih.
Baca juga: Pengertian Manajemen Risiko dan 5 Tujuan Utamanya
Jenis-jenis Risiko Keuangan
Risiko keuangan adalah kemungkinan bahwa suatu perusahaan akan mengalami kerugian keuangan.
Berikut adalah jenis-jenis risiko finansialyang umum dihadapi oleh perusahaan:
1. Risiko Pasar (Market Risk)
Risiko ini terkait dengan perubahan harga pasar yang dapat mempengaruhi nilai aset atau liabilitas perusahaan.
Contoh:
- Risiko Suku Bunga: Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi nilai investasi yang berbasis bunga seperti obligasi.
- Risiko Valuta Asing: Perubahan nilai tukar mata uang dapat mempengaruhi perusahaan yang beroperasi secara internasional.
2. Risiko Kredit (Credit Risk)
Risiko ini terjadi ketika pihak ketiga gagal memenuhi kewajibannya, seperti tidak membayar hutang atau tidak memenuhi kontrak lainnya.
Contoh:
- Risiko Default: Peminjam gagal membayar pinjaman atau bunga yang jatuh tempo.
- Risiko Konsentrasi: Terlalu banyak eksposur pada satu peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait.
3. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko ini terjadi ketika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya karena tidak memiliki aset likuid yang cukup.
Contoh:
- Risiko Pendanaan: Kesulitan memperoleh dana untuk memenuhi kebutuhan operasional atau investasi.
- Risiko Likuiditas Pasar: Tidak dapat menjual aset dengan cepat tanpa menurunkan harga secara signifikan.
4. Risiko Operasional (Operational Risk)
Risiko ini terkait dengan kegagalan internal dalam proses, sistem, atau kebijakan yang dapat menyebabkan kerugian keuangan.
Contoh:
- Risiko Sistem: Kegagalan sistem teknologi informasi yang mengganggu operasi bisnis.
- Risiko Karyawan: Kesalahan atau tindakan tidak etis oleh karyawan yang merugikan perusahaan.
5. Risiko Hukum dan Regulasi (Legal and Regulatory Risk)
Risiko ini terjadi ketika perusahaan menghadapi masalah hukum atau tidak mematuhi peraturan dan regulasi yang berlaku.
Contoh:
- Perubahan Regulasi: Peraturan baru yang mempengaruhi operasi bisnis atau profitabilitas.
- Litigasi: Tuntutan hukum yang mengakibatkan biaya yang signifikan.
6. Risiko Strategis (Strategic Risk)
Risiko ini terkait dengan keputusan strategis yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup atau pertumbuhan perusahaan.
Contoh:
- Risiko M&A: Akuisisi atau merger yang gagal memberikan nilai yang diharapkan.
- Risiko Persaingan: Kehilangan pangsa pasar karena strategi kompetitor yang lebih baik.
7. Risiko Reputasi (Reputational Risk)
Risiko ini terkait dengan kerusakan reputasi perusahaan yang dapat mempengaruhi kepercayaan pelanggan, investor, atau pemangku kepentingan lainnya.
Contoh:
- Krisis PR: Publisitas negatif karena produk cacat atau skandal perusahaan.
- Ketidakpuasan Pelanggan: Keluhan pelanggan yang meluas dan merusak citra perusahaan.
8. Risiko Sistemik (Systemic Risk)
Risiko ini terkait dengan keruntuhan pasar atau ekonomi secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi semua pemain di industri.
Contoh:
- Krisis Keuangan Global: Resesi global yang menyebabkan penurunan drastis dalam permintaan dan pendapatan.
Baca juga: 7 Tahapan Proses Manajemen Risiko dan Strateginya
Langkah-langkah Cara Mengatasi Risiko Keuangan
Adapun berbagai langkah yang bisa dilakukan dalam melakukan manajemen risiko finansial agar risiko keuangan bisa dikelola secara baik adalah sebagai berikut:
1. Mulailah dengan Identifikasi Risiko
Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mengetahui dan memahami agar bisa menemukan berbagai risiko yang mungkin akan timbul di dalam bisnis Anda.
Anda juga bisa mengetahui gambaran prediksi yang bisa terjadi di masa depan, sehingga proses pengambilan keputusan bisa dilakukan secara cepat dan terarah.
Metode dalam mengidentifikasi risiko ini mencakup:
- Menentukan unit risiko perusahaan
- Mengetahui proses yang terjadi di dalam bisnis
- Menentukan barang dan individu yang terlibat di dalam kegiatan tersebut
- Menentukan kerugian apa saja yang bisa terjadi
- Menentukan penyebab terjadinya risiko keuangan
- Dan membuat daftar risiko
2. Membuat Indikator Penilaian dari Setiap Risiko
Anda bisa membuat penilaian indikator tingkat kerugian yang akan terjadi dan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.
Dalam hal ini, diperlukan tingkat ketelitian yang mendalam untuk memberikan penilaian dari setiap risiko yang sudah diidentifikasi dan pengetahuan yang mendalam pada penilai, sehingga tujuan bisa tercapai dengan baik.
3. Tanggapan Risiko Keuangan
Anda akan diminta untuk bisa memilih dan juga menerapkan berbagai langkah yang tepat dalam mengelola risiko karena suatu tantangan yang besar untuk pebisnis dalam menentukan keputusan strategi yang akan dilakukan dengan berdasarkan respon yang sudah diidentifikasi.
Nah, respon dari risiko tersebut adalah sebagai berikut:
- Risk Avoidance, mengambil tindakan agar bisa menghentikan kegiatan yang bisa menimbulkan risiko
- Risk Reduction, mengambil tindakan agar bisa meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko
- Risk Sharing, mengambil tindakan untuk bisa membagikan beberapa risiko yang ada
- Risk Acceptance, memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun demi menanggulangi risiko dan menerima risiko tersebut.
4. Buatlah Tabel Rencana Manajemen Risiko
Membuat tabel rencana manajemen risiko akan membantu Anda dalam mengatasi risiko yang terjadi dan juga memberikan gambaran risiko yang nantinya mungkin terjadi.
Anda harus meminta respon dan izin dari pimpinan perusahaan terlebih dulu dalam membuat tabel manajemen risiko.
Berikut ini adalah contoh tabel manajemen risiko yang bisa Anda tiru:
5. Action Implementation
Dalam proses pelaksanaannya, Anda harus konsisten dalam melakukan metode yang sudah disepakati dan direncanakan sedari awal, sehingga bisa menekan risiko kerugian.
Terlebih lagi terkait pelaksanaannya akan sangat mungkin terjadi kesalahan fatal jika Anda tidak mengerti dan paham dari maksud tujuan dari dilakukannya manajemen risiko.
Untuk itu, diperlukan pemahaman yang sangat mendalam sebelum dilakukannya manajemen risiko.
6. Monitoring, Evaluate dan Review
Monitoring, evaluate dan review adalah langkah akhir dalam melakukan manajemen risiko, sehingga diperlukan sistematik secara struktural dari awal sisi perencanaan, evaluasi, dan memberikan catatan dari risiko yang sudah dicermati.
Bila memang terjadi perubahan rencana manajemen risiko yang sudah dibuat dan direncanakan, maka harus segera dibuat penggantinya secara langsung.
Untuk itu, diperlukan perubahan rencana agar bisa mengurangi atau menanggulangi risiko yang nanti mungkin terjadi.
Selain hal di atas, salah satu cara mencegah risiko keuangan adalah dengan melakukan pencatatan keuangan dengan baik.
Gunakan Aplikasi Akuntansi Accurate Online, Anda akan mendapatkan lebih dari 200 jenis laporan keuangan yang akan memudahkan Anda dalam mengelola keuangan.
Selain itu, Accurate Online juga telah dilengkapi dengan berbagai fitur bisnis yang akan memudahkan Anda dalam melakukan penjualan dan pembelian, mengelola persediaan di gudang, menyelesaikan administrasi perpajakan bisnis, dan masih banyak lagi.
Baca juga: Langkah Awal Menggunakan Accurate Online untuk Pembukuan Bisnis
Contoh Kasus Risiko Keuangan yang Umum Terjadi di Indonesia
Berikut adalah beberapa contoh risiko keuangan yang sering terjadi di Indonesia:
1. Risiko Pasar (Market Risk)
Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah:
Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, terutama Dolar AS, sering mengalami fluktuasi yang signifikan.
Perubahan ini dapat berdampak pada biaya impor dan pendapatan ekspor perusahaan.
Volatilitas Harga Komoditas:
Indonesia sebagai salah satu negara penghasil komoditas seperti minyak kelapa sawit dan batu bara menghadapi risiko perubahan harga komoditas global yang dapat mempengaruhi pendapatan.
2. Risiko Kredit (Credit Risk)
Non-performing Loans (NPLs):
Tingginya jumlah kredit macet di sektor perbankan, terutama dari sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), sering menjadi isu.
Krisis Kredit di Perbankan:
Adanya peningkatan kredit macet pada sektor tertentu seperti properti atau konsumsi bisa memengaruhi stabilitas sektor perbankan.
3. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Krisis Likuiditas di Perusahaan:
Beberapa perusahaan, terutama yang bergantung pada pendanaan jangka pendek, menghadapi kesulitan likuiditas saat kondisi ekonomi memburuk.
Pasar Modal yang Terbatas:
Ketergantungan yang tinggi pada perbankan untuk pendanaan, dengan pasar modal yang masih dalam tahap berkembang, membuat likuiditas menjadi isu bagi banyak perusahaan.
4. Risiko Operasional (Operational Risk)
Kegagalan Sistem IT:
Seiring dengan meningkatnya digitalisasi, risiko kegagalan sistem teknologi informasi atau serangan siber menjadi perhatian utama bagi perusahaan di Indonesia.
Korupsi dan Fraud:
Tingkat korupsi yang tinggi dalam beberapa sektor dapat menyebabkan kerugian finansial dan operasional bagi perusahaan.
5. Risiko Hukum dan Regulasi (Legal and Regulatory Risk)
Perubahan Kebijakan Pemerintah:
Perubahan mendadak dalam kebijakan pemerintah, seperti perubahan regulasi perpajakan atau peraturan lingkungan, dapat mempengaruhi operasi bisnis dan profitabilitas.
Isu Kepatuhan:
Kewajiban untuk mematuhi berbagai regulasi yang terus berubah, seperti aturan terkait perlindungan data dan keamanan informasi.
6. Risiko Strategis (Strategic Risk)
Persaingan yang Ketat:
Persaingan dari perusahaan asing dan lokal yang semakin ketat di berbagai sektor seperti e-commerce, manufaktur, dan jasa.
Ketergantungan pada Sumber Daya Alam:
Ketergantungan yang tinggi pada sektor sumber daya alam membuat ekonomi rentan terhadap fluktuasi harga komoditas global.
7. Risiko Reputasi (Reputational Risk)
Skandal Perusahaan:
Skandal yang terkait dengan manajemen atau produk perusahaan dapat merusak reputasi dan kepercayaan pelanggan.
Keluhan Pelanggan:
Adanya keluhan atau ulasan negatif dari pelanggan yang meluas di media sosial dapat mempengaruhi citra perusahaan.
8. Risiko Sistemik (Systemic Risk)
Krisis Ekonomi Global:
Dampak dari krisis ekonomi global yang dapat mempengaruhi ekonomi Indonesia, seperti penurunan permintaan ekspor atau aliran modal asing yang keluar.
Ketidakstabilan Politik:
Ketidakstabilan politik yang dapat menyebabkan ketidakpastian ekonomi dan investasi.
Baca juga: NPL: Pengertian, Faktor Penyebab, dan Masalah yang Bisa Ditimbulkan
Penutup
Demikianlah penjelasan dari kami tentang risiko keuangan, lengkap dengan pengertian dan cara mengelolanya agar Anda bisa terhindar dari risiko keuangan.
Jangan lupa untuk gunakan Aplikasi Akuntansi guna memudahkan Anda dalam mengawasi keadaan keuangan perusahaan.
Penasaran dengan Accurate Online? Klik tautan gambar di bawah ini untuk langsung menggunakannya selama 30 hari, Gratis!