Perbandingan akuntansi syariah dan konvensional menjadi topik trending di kalangan pebisnis, mahasiswa, serta praktisi keuangan.
Anda mungkin sering bertanya-tanya, apa saja perbedaan fundamental antara kedua sistem tersebut?
Nah, artikel berikut membahas perbedaan akuntansi syariah vs konvensional secara detail, mulai dari prinsip dasar, proses pencatatan, hingga implikasi reporting dalam dunia bisnis.
Pastikan Anda membaca artikel ini hingga selesai agar tidak melewatkan informasi insightful seputar perbandingan akuntansi syariah dan konvensional yang dapat memperluas pengetahuan serta mendukung pengambilan keputusan keuangan Anda.
5 Perbedaan mendasar akuntansi syariah vs konvensional
1. Landasan filosofis dan prinsip dasar
Perbandingan akuntansi syariah VS konvensional selalu dimulai dari landasan filosofis.
Akuntansi syariah berpegang pada prinsip Islamic law yang melarang riba, maysir, dan gharar, serta menekankan keadilan, keseimbangan, dan tanggung jawab sosial.
Anda akan menemukan bahwa setiap transaksi harus sesuai dengan syariah dan tidak boleh melibatkan aktivitas haram seperti judi atau spekulasi berlebihan.
Sebaliknya, akuntansi konvensional berlandaskan pada prinsip ekonomi umum dan sekuler, memprioritaskan maksimalisasi keuntungan serta kebebasan transaksi tanpa batasan agama.
2. Tujuan dan orientasi laporan
Dalam perbandingan akuntansi syariah VS konvensional, tujuan laporan menjadi pembeda utama.
Akuntansi syariah mengedepankan keberkahan dan kesejahteraan umat, bukan sekadar profit maksimal.
Laporan keuangan syariah harus mencerminkan kepatuhan pada prinsip syariah, transparansi, serta tanggung jawab sosial.
Akuntansi konvensional, di sisi lain, lebih fokus pada penyajian informasi keuangan yang akurat bagi pemangku kepentingan dengan tujuan utama memaksimalkan laba dan pertumbuhan ekonomi.
3. Pengakuan dan pencatatan transaksi
Perbedaan mendasar berikutnya terlihat pada proses recording atau pencatatan transaksi.
Dalam akuntansi syariah, pencatatan hanya dilakukan untuk transaksi yang halal dan sesuai syariah, misalnya mudharabah atau murabahah.
Akuntansi konvensional menerima semua jenis transaksi asalkan sesuai standar akuntansi yang berlaku, termasuk transaksi berbasis bunga atau interest yang dilarang dalam syariah.
4. Pengelolaan modal dan aset
Konsep modal juga menjadi pembeda dalam perbandingan akuntansi syariah VS konvensional.
Akuntansi syariah membagi modal menjadi harta uang dan harta barang, serta membedakan antara barang milik dan barang dagang.
Akuntansi konvensional membagi modal menjadi modal tetap (fixed asset) dan modal beredar (current asset), lebih menekankan aspek likuiditas dan profitabilitas.
5. Penyajian dan struktur laporan keuangan
Struktur laporan keuangan syariah mengintegrasikan aspek finansial dan non-finansial, termasuk tanggung jawab sosial dan kepatuhan syariah.
Dewan Pengawas Syariah berperan penting dalam memastikan seluruh aktivitas perusahaan sesuai prinsip syariah.
Laporan keuangan konvensional hanya memisahkan aspek finansial dan non-finansial, serta mengikuti standar pelaporan keuangan umum tanpa pengawasan khusus berbasis agama.
Tabel perbandingan akuntansi syariah VS konvensional
Baca juga: Pencatatan Akuntansi IMBT Sesuai PSAK Syariah & Jurnal IMBT
Apakah bisnis Anda lebih cocok pakai sistem syariah? Jawab pertanyaan ini!
1. Apakah produk dan jasa bisnis Anda sudah halal?
Pertanyaan pertama yang perlu Anda jawab dalam perbandingan akuntansi syariah VS konvensional adalah apakah seluruh produk dan jasa yang ditawarkan sudah memenuhi standar halal menurut syariah.
Sistem syariah hanya mengizinkan transaksi atas barang dan jasa yang tidak mengandung unsur haram seperti alkohol, babi, atau produk ilegal.
Jika bisnis Anda bergerak di bidang produk halal dan ingin menonjolkan aspek etika serta kepatuhan agama, sistem syariah bisa menjadi pilihan tepat.
2. Apakah transaksi bisnis Anda bebas dari unsur riba, gharar, dan maysir?
Sistem syariah melarang keras praktik riba (bunga), gharar (ketidakpastian berlebihan), dan maysir (perjudian).
Jika Anda ingin menghindari seluruh bentuk transaksi yang mengandung bunga atau spekulasi, sistem syariah menawarkan solusi dengan akad yang jelas dan transparan, seperti mudharabah atau musyarakah.
Perbandingan akuntansi syariah VS konvensional pada aspek ini sangat kentara karena akuntansi konvensional tidak membatasi jenis transaksi berdasarkan prinsip agama.
3. Apakah Anda mengutamakan keadilan dan tanggung jawab sosial dalam bisnis?
Salah satu keunggulan sistem syariah terletak pada penekanan aspek keadilan, transparansi, dan tanggung jawab sosial.
Jika Anda ingin bisnis tidak hanya berorientasi pada profit, tapi juga kesejahteraan masyarakat dan keberkahan, maka sistem syariah sangat relevan.
Akuntansi syariah mengintegrasikan aspek sosial dan kepatuhan syariah dalam pelaporan keuangan, berbeda dengan akuntansi konvensional yang lebih fokus pada keuntungan ekonomi.
4. Apakah struktur pendanaan dan investasi bisnis Anda sudah sesuai prinsip syariah?
Jika Anda menggunakan dana pinjaman berbasis bunga atau investasi pada sektor yang tidak halal, maka sistem syariah tidak dapat diterapkan sepenuhnya.
Sistem syariah mengharuskan penggunaan skema pendanaan tanpa bunga dan investasi hanya pada sektor yang halal serta berbasis real asset.
Perbandingan akuntansi syariah VS konvensional pada aspek pendanaan sangat penting untuk memastikan bisnis Anda tidak melanggar prinsip syariah.
5 Apakah Anda siap dengan pengawasan dan sertifikasi syariah?
Penerapan sistem syariah membutuhkan pengawasan dari Dewan Pengawas Syariah serta sertifikasi halal untuk produk dan jasa.
Jika Anda siap mengikuti proses sertifikasi dan audit syariah secara berkala, maka sistem syariah akan memberikan kepercayaan lebih kepada konsumen Muslim.
Akuntansi konvensional tidak mensyaratkan pengawasan agama, sehingga prosesnya lebih sederhana namun tanpa jaminan kepatuhan syariah.
Dengan menjawab kelima pertanyaan di atas, Anda dapat menilai sendiri apakah sistem syariah lebih cocok untuk bisnis Anda.
Baca juga: Aspek Perpajakan IMBT: Pajak Syariah & PPN IMBT
Bisnis yang sukses beralih ke sistem syariah
1. Transformasi Bank Syariah Mandiri menuju sistem syariah
Bank Syariah Mandiri menjadi salah satu contoh paling nyata ketika membahas perbandingan akuntansi syariah VS konvensional.
Anda dapat melihat bagaimana bank ini bertransformasi dari sistem konvensional menuju sistem syariah dengan mengedepankan prinsip Islamic law, menghindari riba, serta menerapkan akad-akad seperti murabahah dan mudharabah.
Seluruh transaksi dilakukan secara transparan dan etis, sehingga kepercayaan masyarakat semakin meningkat.
Hasilnya, Bank Syariah Mandiri berhasil memperluas jaringan cabang dan meraih berbagai penghargaan di industri perbankan syariah Indonesia.
2. Starbucks di Timur Tengah dan adaptasi prinsip syariah
Starbucks, perusahaan kopi global, juga menjadi contoh sukses dalam menerapkan prinsip syariah di pasar Timur Tengah.
Anda dapat melihat bahwa Starbucks menyesuaikan operasional mulai dari pemilihan bahan baku hingga metode pembayaran agar sesuai dengan standar halal dan syariah.
Pendekatan ini membuat Starbucks diterima di pasar yang sangat memperhatikan aspek kehalalan dan kepatuhan agama
Loyalitas pelanggan pun meningkat, yang mana hal tersebut membuktikan bahwa integrasi prinsip syariah mampu memperkuat posisi bisnis di pasar baru.
3. Sampoerna Agro dan penerapan etika syariah dalam agribisnis
Sampoerna Agro menunjukkan bagaimana prinsip syariah dapat diterapkan dalam sektor agribisnis.
Anda akan menemukan bahwa perusahaan ini menjalankan transaksi secara etis, transparan, serta mengimplementasikan tanggung jawab sosial seperti zakat dan sedekah.
Dengan pendekatan ini, Sampoerna Agro memperoleh dukungan dari masyarakat dan investor, serta membangun reputasi yang kuat di industri agribisnis nasional.
4. UMKM Karnevor.id bertahan dengan prinsip syariah
UMKM Karnevor.id menjadi bukti bahwa bisnis skala kecil pun dapat sukses dengan mengadopsi sistem syariah.
Anda dapat melihat bahwa Karnevor.id menerapkan kepercayaan, keadilan dalam penyelesaian perselisihan, serta menghindari riba dan gharar dalam setiap transaksi.
Produk yang dijual bersertifikasi halal dan modal usaha tidak menggunakan pembiayaan ribawi.
Dengan konsistensi pada prinsip syariah, Karnevor.id mampu bertahan dan berkembang selama lebih dari tiga tahun sejak berdiri.
5. Rumah Sakit Islam Pondok Kopi dan layanan berbasis syariah
Rumah Sakit Islam Pondok Kopi menjadi contoh institusi layanan kesehatan yang sukses dengan sistem syariah.
Anda dapat melihat bahwa rumah sakit ini melayani lebih dari satu juta pasien dengan menerapkan transparansi, keadilan, serta mengutamakan kesejahteraan pasien sesuai prinsip syariah.
Kepercayaan masyarakat pun tumbuh seiring dengan reputasi rumah sakit sebagai pelopor layanan kesehatan berbasis syariah di Indonesia.
Baca juga:
Langkah awal memulai transisi ke akuntansi syariah
1. Evaluasi kesiapan bisnis Anda untuk transisi
Langkah awalnya adalah mengevaluasi kesiapan bisnis Anda. Anda perlu memastikan seluruh transaksi bisnis tidak melibatkan unsur riba, gharar, atau maysir.
Sistem syariah akan selalu menuntut setiap aktivitas keuangan berjalan sesuai prinsip halal dan etis.
Jika bisnis Anda sudah berorientasi pada produk halal dan menghindari transaksi berbasis bunga, proses transisi akan lebih mudah dilakukan.
2. Pelajari prinsip dasar dan standar akuntansi syariah
Anda perlu memahami prinsip dasar akuntansi syariah seperti keadilan, transparansi, amanah, dan akuntabilitas.
Prinsip-prinsip tersebut menjadi fondasi dalam setiap proses pencatatan, pengukuran, dan pelaporan keuangan.
Anda juga perlu mempelajari standar akuntansi keuangan syariah yang berlaku di Indonesia, seperti PSAK Syariah nomor 101 hingga 107, agar pencatatan transaksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Bentuk tim khusus dan konsultasi dengan ahli syariah
Tim keuangan Anda perlu dibekali pengetahuan tentang perbandingan akuntansi syariah VS konvensional.
Anda dapat membentuk tim khusus atau menunjuk konsultan syariah yang memahami standar dan praktik akuntansi syariah.
Kehadiran Dewan Pengawas Syariah sangat diperlukan untuk memastikan seluruh proses keuangan berjalan sesuai prinsip syariah dan memberikan rekomendasi perbaikan jika ditemukan pelanggaran.
4. Uji coba pencatatan dan pelaporan transaksi syariah
Anda dapat memulai uji coba pencatatan transaksi bisnis menggunakan sistem syariah, seperti akad mudharabah, murabahah, atau ijarah.
Proses ini akan membantu tim keuangan Anda terbiasa dengan pengakuan dan pengukuran transaksi berbasis syariah.
Laporan keuangan syariah wajib memuat informasi kepatuhan syariah, tidak hanya aspek finansial, namun juga tanggung jawab sosial perusahaan.
5. Lakukan audit syariah secara berkala
Audit syariah menjadi tahap penting untuk memastikan seluruh proses transisi berjalan sesuai prinsip syariah.
Anda dapat melibatkan auditor syariah eksternal untuk menilai kepatuhan transaksi dan pelaporan keuangan.
Audit ini juga memberikan rekomendasi agar praktik bisnis Anda tetap berada dalam koridor syariah dan mendapatkan kepercayaan dari seluruh pemangku kepentingan.
Baca juga: Ini Perbedaan Lengkap IMBT vs Leasing Konvensional
Penutup
Perbandingan akuntansi syariah dan konvensional selalu menjadi topik penting bagi Anda yang ingin memilih sistem keuangan paling sesuai dengan karakter bisnis.
Akuntansi syariah berlandaskan Islamic law dengan menekankan keadilan, transparansi, dan tanggung jawab sosial, serta melarang praktik riba, gharar, dan maysir.
Setiap transaksi harus halal dan sesuai prinsip syariah, sementara akuntansi konvensional lebih fleksibel, berfokus pada maksimalisasi profit, dan tidak membatasi jenis transaksi berdasarkan hukum agama.
Akuntansi syariah juga mengintegrasikan aspek sosial dan kepatuhan syariah dalam laporan keuangannya, berbeda dengan akuntansi konvensional yang memisahkan aspek finansial dan non-finansial.
Dalam praktiknya, transisi ke sistem syariah membutuhkan dukungan perangkat lunak yang mampu mengakomodasi kebutuhan pencatatan sesuai standar syariah.
Accurate Online hadir sebagai solusi software accounting dan business application yang mendukung pencatatan akuntansi berbasis syariah di Indonesia.
Dengan fitur lengkap, mulai dari pencatatan transaksi halal, pengelolaan stok, laporan keuangan, hingga integrasi perpajakan, Accurate Online membantu Anda menjalankan bisnis sesuai prinsip syariah maupun konvensional secara efisien dan aman.
Sudah saatnya Anda mencoba Accurate Online untuk mendukung proses pencatatan akuntansi syariah maupun konvensional dalam bisnis Anda.
Nikmati kemudahan dan fitur terbaik Accurate Online secara gratis sekarang juga dengan klik tautan gambar di bawah.
Referensi: