Pengertian Lengkap Biaya Tetap Dan Perbedaannya Dengan Biaya Variabel
Biaya semi variabel, biaya variabel, serta biaya tetap merupakan tiga kategori biaya berdasarkan variabilitas.
Ketika mencari BEP atau break event point, ada dua jenis biaya yang harus dimengerti perbedaannya, yaitu biaya variabel dan tetap.
Pelajari perbedaan fixed cost dan variable cost dan contoh biaya tetap dan biaya variabel di artikel ini! Baca hingga selesai!
Daftar Isi
Pengertian Biaya Tetap
Mengutip dari Investopedia, Biaya tetap mengacu pada biaya pengeluaran bisnis yang tidak berubah meskipun terjadi peningkatan atau penurunan jumlah barang dan jasa yang diproduksi atau dijual.
Meskipun terdapat perubahan dalam sektor jumlah jasa dan barang yang dihasilkan, biaya tetap menjadi biaya yang bersifat statis.
Setiap saat akan terus ada biaya walaupun tidak melakukan aktivitas apapun.
Contoh mudahnya adalah ketika proses produksi, maka perusahaan harus membayar biaya yang sesuai dengan produksi yang dihasilkan.
Ketika biaya tetap ini disejajarkan dengan jumlah produksi, keduanya malah menghasilkan gagasan yang berbeda.
Apabila produksi yang dihasilkan tinggi tentu biaya akan semakin menurun dan begitu juga sebaliknya.
Baca juga: Mengenal Fixed Cost dan Bedanya Dengan Variable Cost
Jenis-jenis Biaya Tetap
Ada dua jenis fixed cost yang mengacu pada pengertian yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Jenis yang pertama adalah biaya yang sudah ditentukan atau yang juga bisa disebut dengan commited fixed cost.
Biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan dalam menjaga kestabilan dari perusahaan itu sendiri.
Kemudian untuk jenis yang kedua adalah biaya diskresioner atau discretionary fixed cost.
Biaya tersebut merupakan pengeluaran biaya pada saat-saat tertentu saja yang dikurangi atau dihilangkan tanpa berdampak pada laba yang dihasilkan.
Hal tersebut membuat manajemen harus mengurangi biaya diskresioner saat perusahaan dilanda kekurangan kas jangka pendek. Contoh dari kasus ini adalah gaji pegawai.
Berikut adalah contoh biaya tetap:
1. Biaya Sewa (Rent Expense)
Biaya yang harus dibayar oleh perusahaan untuk menyewa ruang kantor, pabrik, gudang, atau peralatan lainnya. Biaya ini biasanya tetap selama jangka waktu kontrak sewa.
Contoh: Sewa gedung kantor Rp10.000.000 per bulan.
2. Gaji Karyawan Tetap (Salaries)
Gaji yang dibayarkan kepada karyawan tetap, termasuk manajemen dan staf administrasi, yang jumlahnya tetap setiap bulan, tidak terpengaruh oleh volume produksi atau penjualan.
Contoh: Gaji direktur keuangan Rp20.000.000 per bulan.
3. Biaya Asuransi (Insurance Premiums)
Pembayaran premi asuransi yang harus dilakukan secara berkala (bulanan, triwulanan, atau tahunan) untuk melindungi aset perusahaan dari risiko tertentu. Jumlah premi tetap selama periode polis.
Contoh: Premi asuransi gedung pabrik Rp5.000.000 per tahun.
4. Biaya Penyusutan (Depreciation)
Alokasi biaya untuk penyusutan aset tetap seperti bangunan, mesin, dan peralatan yang dihitung secara sistematis setiap periode akuntansi.
Meskipun ini adalah biaya non-tunai, biaya ini tetap dan diakui setiap periode.
Contoh: Penyusutan mesin produksi Rp2.000.000 per bulan.
5. Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (Property Taxes)
Pajak yang dibayar oleh perusahaan atas kepemilikan properti seperti tanah dan bangunan. Pajak ini biasanya tetap selama periode tertentu berdasarkan nilai properti.
Contoh: Pajak bangunan pabrik Rp12.000.000 per tahun.
6. Biaya Utilitas Tetap (Fixed Utilities)
Sebagian dari biaya utilitas seperti listrik, air, dan gas yang tidak berubah dengan volume produksi atau aktivitas bisnis. Ini mungkin mencakup biaya minimum atau langganan tetap.
Contoh: Biaya minimum listrik untuk kantor Rp1.000.000 per bulan.
7. Biaya Amortisasi (Amortization)
Biaya yang dialokasikan untuk pengurangan nilai aset tak berwujud seperti paten, hak cipta, atau goodwill selama masa manfaat aset tersebut. Seperti penyusutan, biaya ini tetap setiap periode.
Contoh: Amortisasi paten Rp500.000 per bulan.
8. Biaya Administrasi Tetap (Fixed Administrative Expenses)
Biaya yang berkaitan dengan aktivitas administrasi yang tidak berubah dengan volume aktivitas bisnis, seperti biaya peralatan kantor dan langganan software.
Contoh: Biaya langganan software akuntansi Rp300.000 per bulan.
9. Biaya Bunga Tetap (Fixed Interest Expenses)
Biaya bunga yang harus dibayar atas pinjaman atau obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, yang biasanya tetap selama periode pinjaman.
Contoh: Bunga tetap atas obligasi Rp4.000.000 per bulan.
10. Biaya Penelitian dan Pengembangan (R&D) Tetap (Fixed R&D Expenses)
Sebagian biaya R&D yang bersifat tetap, seperti gaji staf R&D tetap, biaya sewa laboratorium, dan langganan jurnal ilmiah.
Contoh: Gaji kepala penelitian Rp15.000.000 per bulan.
Baca juga : Pengertian Semi Variable Cost, dan 6 Cara Mudah dalam Menghitungnya
Pengertian Biaya Variabel
Jika sudah mempelajari tentang biaya tetap, saatnya untuk mengetahui pengertian dari variabel beserta dengan jenis dan contohnya.
Biaya variabel merupakan biaya yang berbanding lurus terhadap jenis yang diproduksi oleh perusahaan.
Saat ada peningkatan dalam sektor produksi, biaya variabel juga akan meningkat dengan persentase yang sama dan berlaku sebaliknya.
Biaya variabel bisa juga naik dan turun tergantung dari produk yang dihasilkan. Hal tersebut tentu berbeda dengan biaya tetap yang mana tidak berubah dan tidak terpengaruh pada produk yang dihasilkan.
Biaya variabel bisa dihitung menjadi jumlah marginal cost atau biaya marginal dari produk yang dihasilkan maupun biaya yang berkaitan dengan produksi.
Jenis-jenis Biaya Tidak Tetap
Sama seperti fixed cost, variable cost atau biaya variabel juga memiliki jenisnya, yaitu direct cost, variable overhead cost, dan semi variable cost.
Direct cost atau yang juga disebut dengan biaya langsung merupakan biaya yang langsung terkait dengan produksi.
Ketentuan dari biaya langsung ini adalah biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi, misal untuk bahan baku atau bahan bakar.
Variable overhead cost yang mana merupakan biaya yang berkaitan dengan intensitas perusahaan dalam proses produksi.
Misal biaya asuransi untuk tenaga kerja yang sakit atau kecelakaan ketika sedang memproduksi. Sedangkan untuk semi variable cost adalah biaya yang bisa menjadi variable cost dan juga bisa menjadi fixed cost.
Terkadang juga biaya semi variabel ini bisa disebut dengan biaya campuran.
Awalnya biaya ini menjadi biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan tanpa ada intervensi, namun sekarang berubah menjadi biaya variabel saat produksi meningkat.
Dalam meningkatkan banyaknya produksi, perusahaan harus menambahkan biaya dengan tujuan memenuhi kebutuhan dalam produksi.
Untuk contoh dari biaya variabel sendiri adalah sebagai berikut, sebuah perusahaan smartphone memproduksi satu buah smartphone.
Setiap smartphone yang diproduksi setidaknya memiliki layar touchscreen yang harganya Rp. 800.000.
Saat perusahaan memproduksi smartphone sebesar 100 buah, maka biaya untuk pembelian touchscreen juga naik menjadi Rp. 80.000.000.
Berikut adalah contoh biaya variabel:
1. Biaya Bahan Baku (Raw Material Costs)
Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi. Biaya ini bervariasi sesuai dengan jumlah produksi.
Contoh: Biaya pembelian kayu untuk pembuatan furnitur.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Costs)
Biaya yang dikeluarkan untuk upah pekerja yang terlibat langsung dalam proses produksi. Biaya ini bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi.
Contoh: Upah buruh per jam dalam pabrik manufaktur.
3. Biaya Komisi Penjualan (Sales Commissions)
Biaya yang dibayarkan kepada tenaga penjualan berdasarkan jumlah penjualan yang mereka hasilkan. Besarnya komisi biasanya berupa persentase dari penjualan.
Contoh: Komisi 5% dari total penjualan produk.
4. Biaya Pengemasan (Packaging Costs)
Biaya yang dikeluarkan untuk pengemasan produk sebelum dikirim ke pelanggan. Biaya ini bervariasi sesuai dengan jumlah produk yang diproduksi dan dijual.
Contoh: Biaya pembelian kardus dan plastik pembungkus.
5. Biaya Pengiriman (Shipping Costs)
Biaya yang dikeluarkan untuk mengirim produk kepada pelanggan. Biaya ini berubah berdasarkan volume dan jarak pengiriman.
Contoh: Biaya kirim produk menggunakan jasa kurir per unit produk.
6. Biaya Utilitas Produksi (Production Utilities Costs)
Biaya utilitas seperti listrik, gas, dan air yang digunakan dalam proses produksi. Meskipun ada komponen tetap, sebagian besar biaya ini bervariasi sesuai dengan volume produksi.
Contoh: Biaya listrik untuk menjalankan mesin produksi.
7. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan (Maintenance and Repair Costs)
Biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi. Biaya ini cenderung meningkat seiring dengan intensitas penggunaan peralatan.
Contoh: Biaya perawatan mesin pabrik.
8. Biaya Penyimpanan (Storage Costs)
Biaya yang terkait dengan penyimpanan barang jadi sebelum dijual. Biaya ini dapat bervariasi berdasarkan volume barang yang disimpan.
Contoh: Biaya sewa gudang berdasarkan jumlah barang yang disimpan.
9. Biaya Bahan Penolong (Indirect Materials Costs)
Biaya untuk bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi tetapi tidak menjadi bagian utama dari produk akhir.
Contoh: Biaya pembelian pelumas untuk mesin produksi.
10. Biaya Pengujian dan Kualitas (Testing and Quality Control Costs)
Biaya yang dikeluarkan untuk memastikan bahwa produk memenuhi standar kualitas sebelum dijual. Biaya ini bervariasi dengan volume produksi.
Contoh: Biaya pengujian produk di laboratorium kualitas.
Baca juga : Pengertian Variable Costing dan Cara Mudah Menghitungnya
Perbedaan Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Dari pengertian yang sudah dijelaskan di atas, tentu bisa ditarik kesimpulan mengenai perbedaan antara kedua jenis biaya tersebut.
Walaupun dua jenis biaya ini sama namun keduanya memiliki perbedaan dan berikut di bawah ini adalah perbedaan antara biaya tetap dan biaya variabel.
1. Definisi:
Biaya Tetap (Fixed Costs):
Biaya yang jumlahnya tetap dan tidak berubah dalam jangka waktu tertentu, terlepas dari tingkat produksi atau penjualan.
Biaya tetap harus dibayar meskipun tidak ada produksi atau penjualan yang terjadi.
Biaya Variabel (Variable Costs):
Biaya yang berubah-ubah secara langsung sebanding dengan tingkat produksi atau penjualan.
Biaya variabel akan meningkat seiring dengan peningkatan produksi dan akan menurun jika produksi menurun.
2. Contoh:
Biaya Tetap:
- Sewa Bangunan: Pembayaran sewa bulanan atau tahunan yang tetap.
- Gaji Karyawan Tetap: Gaji yang dibayarkan kepada karyawan tetap yang tidak bergantung pada jumlah produksi.
- Asuransi: Premi asuransi yang dibayar secara tetap.
- Penyusutan: Alokasi biaya penyusutan aset tetap seperti mesin dan bangunan.
Biaya Variabel:
- Bahan Baku: Biaya pembelian bahan baku yang digunakan dalam produksi.
- Upah Tenaga Kerja Langsung: Upah yang dibayarkan kepada pekerja yang bekerja berdasarkan jumlah unit yang diproduksi.
- Biaya Pengemasan: Biaya untuk pengemasan produk yang bervariasi sesuai jumlah produk yang diproduksi.
- Biaya Pengiriman: Biaya pengiriman produk kepada pelanggan yang bervariasi berdasarkan jumlah produk yang dikirim.
3. Karakteristik:
Biaya Tetap:
- Tidak dipengaruhi oleh volume produksi atau penjualan.
- Bersifat jangka panjang.
- Membentuk dasar untuk biaya operasi bisnis. Contoh: Biaya sewa, gaji tetap, dan utilitas dasar.
Biaya Variabel:
- Berubah secara langsung dengan volume produksi atau penjualan.
- Bersifat jangka pendek.
- Fleksibel dan dapat disesuaikan dengan perubahan produksi. Contoh: Biaya bahan baku, upah tenaga kerja langsung, dan biaya pengemasan.
4. Pengaruh terhadap Laba:
Biaya Tetap:
Biaya tetap tetap konstan, sehingga laba akan meningkat lebih cepat setelah biaya tetap tertutupi oleh pendapatan.
Biaya Variabel:
Biaya variabel berubah sesuai dengan produksi, sehingga laba bersih akan tergantung pada kontrol biaya variabel per unit produk.
5. Pengendalian dan Manajemen:
Biaya Tetap:
Lebih sulit untuk diubah dalam jangka pendek.
Memerlukan perencanaan strategis dan keputusan jangka panjang.
Biaya Variabel:
Dapat dikendalikan lebih mudah dalam jangka pendek.
Fleksibel dan dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan produksi dan permintaan pasar.
Biaya tetap dan biaya variabel merupakan sesuatu yang berbeda, dan kedua-duanya harus dikeluarkan di dalam produksi sebuah perusahaan.
Baca juga: Siklus Akuntansi Biaya: Tujuan, Fungsi, Tahapan, Jenis
Rumus dan Contoh Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Rumus Biaya Tetap:
Total Biaya Tetap = Biaya Tetap Individu 1 + Biaya Tetap Individu 2 +…+ Biaya Tetap Individu n
Contoh Perhitungan:
Misalkan sebuah perusahaan memiliki biaya tetap berikut:
Sewa gedung: Rp 10.000.000 per bulan
Gaji karyawan tetap: Rp 15.000.000 per bulan
Asuransi: Rp 2.000.000 per bulan
Total Biaya Tetap: Rp10.000.000+Rp15.000.000+Rp2.000.000=Rp27.000.000 perbulan
Rumus Biaya Variabel:
Total Biaya Variabel = Biaya Variabel per Unit × Jumlah Unit yang Diproduksi
Contoh Perhitungan:
Misalkan biaya variabel untuk memproduksi satu unit produk adalah Rp 5.000 dan perusahaan memproduksi 1.000 unit produk dalam satu bulan.
Total Biaya Variabel: Rp5.000×1.000 = Rp5.000.000 perbulan
Dengan memahami biaya tetap dan biaya variabel, bisnis dapat lebih baik dalam mengelola anggaran dan membuat keputusan strategis yang tepat.
Anda dapat menggunakan Aplikasi Akuntansi untuk memudahkan perhitungan biaya tetap dan variabel.
Baca juga : Cara Mudah Membuat Laporan Keuangan dengan Aplikasi Akuntansi
Kesimpulan
Sejauh ini apakah Anda sudah mengerti perbedaan biaya tetap dan biaya variabel?
Karena jika Anda ingin memulai usaha, Anda harus bisa membedakan biaya tetap dan biaya variabel agar usaha Anda dapat berjalan lancar dan sukses.
Agar usaha Anda lebih berkembang, Anda bisa menggunakan software akuntansi yang dapat mengatur stok penjualan, sistem penggajian karyawan Anda, multi cabang, dan masih banyak lagi fitur yang akan memudahkan proses pembukuan Anda.
Software Akuntansi dan Bisnis Accurate Online adalah software akuntansi yang pasti bisa membantu usaha Anda mengatur keuangan perusahaan serta pembukuan yang baik dan rapi.
Penasaran? yuk coba gratis Accurate Online selama 30 hari dengan klik gambar di bawah!