Apa itu GMV? Bagaimana Cara Menghitungnya?
Sebagai seorang pebisnis, menilai dan mengukur perkembangan bisnis adalah suatu hal yang penting dan harus Anda lakukan, khususnya jika Anda menjalankan jenis usaha startup. Nah, salah satu tolak ukur untuk mengukur perkembangan bisnis yang banyak digunakan perusahaan startup adalah GMV.
Istilah GMV ini mungkin sudah sangat asing di telinga sebagian orang, khususnya untuk mereka yang bukan berasal dari dunia startup. Tapi bila Anda adalah seseorang yang bergerak dalam dunia startup, maka Anda harus bisa mengetahui dan memahami istilah ini dengan baik.
Pada dasarnya, GMV adalah singkatan dari Gross Merchandise Value. Sederhananya, GMV adalah nilai total penjualan dari suatu jasa atau barang dalam kurun waktu tertentu melalui aplikasi online atau situs website tertentu.
Nah, bila Anda penasaran dan ingin mengetahui lebih dalam tentang GMV, cara menghitungnya dengan baik, aspek negatif GMV, sampai rekomendasi metrik keuangan yang lainnya, Anda bisa terus membaca artikel tentang GMV di bawah ini hingga selesai.
Daftar Isi
Apa itu GMV?
Berdasarkan laman Investopedia, GMV adalah suatu nilai total barang dagangan yang terjual dalam kurun periode waktu tertentu melalui situs pertukaran ke berbagai pelanggan. Tujuannya adalah agar bisa menilai perkembangan ataupun valuasi dari suatu bisnis.
Jadi, GMV adalah total pembelian barang ataupun jasa yang terjadi dalam situs ataupun website dalam kurun periode waktu tertentu. Periode waktu yang dimaksud tersebut adalah satu bulan ataupun satu tahun.
Metrik keuangan yang satu ini sering kali digunakan oleh para pebisnis agar bisa menilai kesehatan keuangan bisnis di situs ataupun website ecommerce. Fungsi utamanya tentu agar bisa mengukur nilai keuangan kuartal dari waktu ke waktunya.
Gross merchandise value juga digunakan untuk mengukur nilai total barang yang sudah terjual. Untuk itu, tidak semua perusahaan startup bisa menggunakan tolak ukur jenis GMV yang satu ini dan matrik ini lebih cocok untuk digunakan pada perusahaan startup dengan jenis ecommerce.
Baca juga: Pasar Bisnis dan Perbedaannya dengan Pasar Konsumen
Bagaimana Cara Menghitung GMV?
Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk bisa menghitung gross merchandise value. Salah satunya adalah dengan cara menghitung semua barang yang terjual, lalu dikalikan dengan harga jualnya dengan periode waktu tertentu. Berikut ini adalah rumus perhitungannya:
Rumus GMV = Harga jual barang X Jumlah barang terjual.
Sebagai contoh, katakanlah terdapat ecommerce baju yang menerapkan komisi penjualan sebanyak 10%. E-commerce baju ini lalu berhasil menjual 1000 item baju dengan harga per bajunya adalah 100 ribu rupiah. Nah, nilai GMV dari ecommerce ini adalah 100 juta rupiah.
Baca juga: Tantangan dalam Bisnis di Era Digital yang Harus Diketahui Pebisnis
Aspek Negatif dari GMV
Gross merchandise value adalah nilai total pendapatan dari penjualan produk barang atau layanan jasa di suatu situs ataupun website. Untuk itu, hal tersebut bisa dijadikan sebagai salah satu metrik yang mampu membantu menilai perkembangan bisnis.
Tapi, gross merchandise value belum bisa menjadi matrik yang mampu menilai perkembangan bisnis secara akurat. kenapa? karena jenis matrik ini adalah matrik keuangan yang kurang detail.
Itu artinya, GMV tidak bisa mempertimbangkan berbagai hal lain, seperti iklan, pengeluaran produksi, sampai dengan tenaga kerja. Untuk itu, hasil dari gross merchandise value ini tidak bisa menampilkan seluruh total keuangan bersih dari bisnis yang terjual.
Sebagai seorang pebisnis, Anda harus bisa menggunakan lebih dari satu matrik keuangan dalam menilai perkembangan bisnis. Bila Anda hanya memanfaatkan gross merchandise value saja, maka akan lebih baik bila Anda menjadikan perhitungan tersebut sebagai perkiraan dalam memprediksi keuntungan perusahaan di masa depan dan juga menggunakan matrik keuangan lainnya.
Baca juga: Apa itu Ticketing? Ini Pengertian, Manfaat dan Cara Kerjanya!
Rekomendasi Metrik Keuangan Lain untuk Bisnis Startup
Seperti yang telah dijelaskan di atas, kami menyarankan pada Anda untuk menggunakan matrik keuangan lainnya secara bersamaan. Selain menggunakan gross merchandise value, terdapat beberapa matrik keuangan lainnya yang bisa Anda gunakan untuk mengukur perkembangan perusahaan startup Anda, yaitu CAC, CLV, dan NMV, berikut ini adalah penjelasan lengkapnya:
1. Customer Lifetime Value (CLV)
CLV merupakan salah satu metrik keuangan yang penting agar bisa menilai perkembangan perusahaan. berdasarkan laman Crazy Egg, customer lifetime value adalah nilai rata-rata dari uang yang dikeluarkan oleh pelanggan untuk bisnis Anda sepanjang hubungannya dengan bisnis Anda.
Pada dasarnya, jenis metrik keuangan ini bisa digunakan agar bisa memberikan informasi tentang seberapa bagus bisnis Anda dalam mempertahankan pelanggan sebelumnya.
Sebelum bisa menghitung CLV, terdapat suatu rumus yang bisa Anda gunakan secara mudah. Rumus tersebut adalah sebagai berikut:
CLV = Rata-rata nilai transaksi x (Jumlah transaksi dalam satu tahun x waktu retensi)
Sebagai contoh, katakanlah Ayana mempunyai bisnis usaha makanan. Menunya berada di kisaran harga 10 ribu hingga 20 ribu rupiah. Lalu, pelanggan bernama Alina selalu membeli menu burger dengan harga 15 ribu rupiah dan dirinya selalu membeli menu tersebut setiap satu minggu sekali selama dua tahun.
Lantas, berapakah customer lifetime value dari pelanggan yang bernama Alina tersebut?
CLV = Rata-rata nilai transaksi x (Jumlah transaksi dalam satu tahun x Waktu retensi)
= Rp15.000 x (52 x 2)
= Rp15.000 x 104 = Rp1.560.000
2. Customer Acquisition Cost (CAC)
Jenis matrik keuangan ini akan melakukan perhitungan dengan cara membagi semua biaya yang Anda habiskan agar bisa menarik hati para pelanggan dengan total jumlah pelanggan dan dalam kurun waktu tertentu.
Customer acquisition cost adalah salah satu metrik tepat yang bisa Anda gunakan agar bisa mengetahui tingkat keefektifitasan konsep marketing yang sudah Anda terapkan.
Sebagai contoh, Perusahaan Fashion A menghabiskan dana sebanyak 40 juta rupiah untuk memproduksi iklan, talent, dan lain sebagainya dalam kurun waktu satu bulan dan berhasil memperoleh sebanyak 400 pelanggan baru. Nah, jumlah customer acquisition cost dari perusahaan fashion A adalah sebanyak 200 ribu rupiah.
3. Net Merchandise Value (NMV)
Net Merchandise Value atau NMV adalah suatu matrik keuangan yang lebih realistis bila kita bandingkan dengan gross merchandise value. Hal tersebut terjadi karena NMV atau net merchandise value ini akan menghitung semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, dari mulai marketing, pengembalian dana, refund, diskon dan lain sebagainya.
Untuk bisa menghitung net merchandise value, Anda bisa menggunakan rumus di bawah ini:
NMV: GMV – semua biaya (marketing, refund, dan payment gateway)
Sebagai contoh, perusahaan Ecommerce ABC mempunyai nilai GMV sebanyak 100 juta rupiah. Lalu, perusahaan ecommerce ABC menghabiskan biaya diskon, iklan, dan lain sebagainya sebanyak 10 juta rupiah. Nah, nilai net merchandise value dari perusahaan ecommerce ABC adalah sebesar 90 juta rupiah.
Baca juga: Perbedaan Merger dan Akuisisi yang Harus Anda Ketahui
Penutup
Berdasarkan penjelasan yang sudah kami sampaikan di atas, bisa kita simpulkan bahwa GM adalah total pembelian pelanggan di dalam suatu situs ataupun website dengan periode waktu tertentu.
Tidak semua perusahaan startup bisa menggunakan matrik keuangan jenis GMV ini. Pasalnya, GMV tidak bisa menghitung secara akurat tentang pengeluaran yang dibutuhkan untuk kegiatan marketing, memberikan diskon dan lain sebagainya.
Itu artinya, sebagai pebisnis, Anda bisa mempertimbangkan matrik keuangan lain dalam waktu yang bersamaan agar bisa menilai perkembangan bisnis.
Terdapat tiga rekomendasi matrik keuangan lain yang bisa Anda aplikasikan untuk mengukur perkembangan bisnis, yaitu CLV, CAC, dan juga NMV. Jenis matrik tersebut tidak hanya akan mengukur total penjualan di dalam suatu situs website saja, tapi juga menghitung total pengeluaran ketika membuat suatu produk.
Jadi, Anda bisa mempertimbangkan matrik keuangan CLV, CAC atau NMV dengan tetap sambil menggunakan matrik GMV yang banyak digunakan di perusahaan startup.
Namun bila Anda masih pusing dan kesulitan untuk mengukur perkembangan bisnis, Anda bisa mempertimbangkan penggunaan aplikasi bisnis dan akuntansi dari Accurate Online. Kenapa? Karena aplikasi ini akan menyajikan laporan penjualan yang tepat dengan tampilan dashboard yang sederhana yang bisa Anda gunakan untuk mengukur perkembangan bisnis.
Selain itu, Accurate Online juga sudah dilengkapi dengan berbagai fitur bisnis lainnya yang akan membantu Anda dalam melakukan penjualan, mengelola persediaan, menyelesaikan perpajakan bisnis, dan lain sebagainya. Seluruh fitur tersebut sudah terintegrasi dengan fitur laporan keuangan dan Anda bisa mendapatkan lebih dari 200 jenis laporan keuangan secara akurat.
Penasaran ingin menggunakan Accurate Online? Anda bisa mencobanya lebih dulu selama 30 hari dengan klik tautan gambar di bawah ini.