Apa itu Bubble Burst? Ini Pengertian dan 3 Potensi Besarnya di Indonesia
Perlu Anda ketahui bahwa pertumbuhan ekonomi yang terlampau besar adalah salah satu indikator terjadinya bubble burst. Setiap negara di dunia, termasuk Indonesia, harus selalu waspada akan adanya fenomena ekonomi yang satu ini.
Lantas, apa sebenarnya bubble burst itu? Apakah Indonesia memiliki potensi terjadi bubble burst? Dapatkan jawabannya dengan membaca artikel tentang bubble burst di bawah ini hingga selesai.
Daftar Isi
Apa itu Bubble Burst?
Dalam sepuluh tahun terakhir ini, banyak sekali perusahaan startup yang bermunculan di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Di tahun 2018 lalu, tercatat jumlah startup digital di Indonesia sudah mencapai dua perusahaan.
Kehadiran jenis perusahaan ini tentunya membawa angin yang segar untuk perekonomian di Indonesia. Meskipun begitu, hal ini harus sangat diwaspadai.
Sebagai perusahaan rintisan, perusahaan startup harus menghadapi banyak sekali tantangan. Salah satu tantangan tersebut adalah fenomena bubble burst. Sama seperti arti katanya, fenomena yang satu ini hampir sama seperti gelembung, yang mana perkembangan ekonomi terjadi sangat tinggi.
Berdasarkan laman Investopedia, fenomena bubble burst ini sebenarnya hampir sama seperti fenomena bubble economics, dimana para investor banyak yang melakukan pembelian aset yang kala itu sedang trending. Investasi lebih diberikan pada perusahaan yang mengalami perkembangan cepat, seperti perusahaan start up.
Umumnya, bubble burst terjadi saat ada perkembangan ekonomi yang terjadi secara tidak alami. Itu artinya, perkembangan ekonomi tinggi yang tidak terlalu tinggi.
Baca juga: Pengertian Ekonomi Kreatif dan Contoh Usaha di bidang Kreatif
Potensi Terjadinya Bubble Burst di Indonesia
Potensi terjadinya bubble burst di Indonesia tentunya ada dan justru cukup tinggi. Terlebih lagi, saat ini ada banyak sekali perusahaan startup yang muncul ke permukaan. Bila Anda bisa melihat lebih jeli, sebenarnya potensi bubble burst ini bisa dilihat dari beberapa hal yang dewasa ini sudah terjadi, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Strategi Bakar Uang Perusahaan Startup
Salah satu faktor terjadinya fenomena bubble burst adalah banyaknya perusahaan startup yang membakar uang. Kegiatan promosi dan pemasaran yang besar-besaran memang sangat efektif untuk meningkatkan trafik pengguna.
Contohnya, seperti menerapkan diskon, cashback, voucher, dan juga gratis ongkos kirim. Walaupun demikian, arus kas perusahaan akan terbebani.
Pada tahun 2020 lalu, strategi bakar uang tersebut berlanjut dan mungkin masih dilakukan di tahun 2023 ini, karena perusahaan startup tidak ingin mengalami penjualan yang menurun secara drastis. Sehingga, potensi terjadinya bubble burst di tahun 2023 ini akan tetap ada.
Baca juga: Pengertian Ekonomi Manajerial, Cakupan, Fungsi dan Tujuannya
2. Pengalihan Arus Modal ke Indonesia
Perlu Anda ketahui bahwa kondisi perekonomian di Amerika Serikat pun berdampak pada perekonomian Indonesia. Beberapa perusahaan startup di Amerika Serikat tercatat tidak begitu mampu menghasilkan laba, seperti Uber dan juga WeWork.
Karena dua perusahaan tersebut pada kala itu terancam bangkrut dan membuat para investor menjadi sangat berhati-hati dalam menanamkan modalnya.
Namun, hal tersebut malah membuat investor melirik pasar Asia. Pengalihan arus modal asing dari Amerika Serikat ke pasar Asia pun turut berdampak pada bubble burst di Asia, termasuk Indonesia.
Masalahnya, bila perusahaan startup yang diberikan modal tersebut tidak bisa mendapatkan laba yang diharapkan, maka para investor akan menarik dananya secara berbondong-bondong.
Para investor tentu akan lebih memilih untuk menanamkan modalnya pada perusahaan lain yang sedang mengalami kenaikan tren, atau bisa jadi mengalihkannya ke negara lain yang memiliki potensi lebih baik.
Jika hal tersebut terjadi, maka akan mengguncang kestabilan nilai tukar atau yang umumnya dikenal dengan capital outflow.
3. Penurunan Pertumbuhan Penjualan E-commerce
Berdasarkan data yang diambil dari laman Statistika sejak tahun 2012 hingga tahun 2018 lalu, perkembangan penjualan e-commerce justru cenderung mengalami penurunan sebanyak 10-25% per tahun.
Padahal, jumlah para pengguna internet di Indonesia terus mengalami perkembangan. Digital buyers yang merupakan para konsumen e-commerce pun turut mengalami peningkatan. Dengan kondisi ini, maka para investor pun akan mempertimbangkan kembali untuk menanamkan dananya.
Baca juga: Apa itu Bubble Economy? Ini Pengertian dan Cara Mengatasinya!
Penutup
Potensi terjadinya bubble burst terus membuat investor semakin waspada dalam menanamkan modalnya, meskipun beberapa dari mereka ada juga yang masih optimis.
Para investor tidak ingin kasus Uber dan WeWork yang terjadi di Amerika menimpa mereka. Untuk itu, mereka akan lebih berhati-hati dan juga selektif dalam memilih perusahaan startup untuk menanamkan modalnya.
Untuk investor yang memang masih optimis, pasar Indonesia memang masih positif. Hal tersebut didukung dengan masih tingginya minat publik terhadap perusahaan teknologi. Untuk Anda yang memang tertarik untuk berinvestasi di perusahaan startup, maka Anda harus memikirkannya secara matang.
Dibutuhkan kerja sama yang cukup luas bagi para pelaku bisnis start up dan pemerintah Indonesia untuk bisa mengatasi masalah bubble burst ini.
Setiap pebisnis start up juga harus bisa mengembangkan inovasinya agar bisa membangun iklim bisnis yang lebih kuat. Bila hal tersebut terjadi, kemungkinan besar perusahaan startup di Indonesia bisa bersaing dengan negara lainnya.
Pihak startup pun perlu mengembangkan inovasi supaya dapat membangun iklim bisnis yang kuat. Jika hal itu terjadi, ada kemungkinan perusahaan startup Indonesia dapat bersaing dengan negara lain.
Selain itu, perusahaan startup pun harus mampu mengelola keuangannya dengan baik agar tidak setiap arus kas perusahaan bisa berjalan dengan lancar dan tidak terbebani. Nah, untuk bisa mengelola keuangan perusahaan dengan mudah, #lebihbaik Anda menggunakan software akuntansi dan bisnis dari Accurate Online.
Kenapa? Karena aplikasi ini mampu memudahkan Anda dalam mengelola keuangan lewat berbagai otomatisasi finansial di dalamnya. Selain itu, aplikasi ini pun mampu menyajikan lebih dari 200 jenis laporan keuangan yang saling terintegrasi, sehingga Anda bisa menghemat lebih banyak waktu dan bisa lebih fokus dalam mengembangkan bisnis.
Ayo buktikan sendiri keunggulan dan manfaat dari Accurate Online dengan mencobanya selama 30 hari gratis melalui tautan gambar di bawah ini.