Memahami Cara Kerja Basis Point dan Manfaat Pentingnya Bagi Investor
Basis point adalah istilah yang mungkin masih asing diketahui oleh investor pemula. Namun, bagi investor berpengalaman ataupun analis keuangan, istilah ini banyak digunakan untuk mengetahui nilai keuntungan sebuah investasi.
Sederhananya, basis point mendeskripsikan perubahan nilai yang terjadi pada instrumen keuangan dan ekonomi. Tujuannya utamanya jelas agar tidak terjadi ambiguitas dalam investasi.
Untuk lebih memahaminya, artikel berikut ini akan menjelaskan mengenai pengertian, cara kerja, dan manfaat penting basis point dalam dunia investasi.
Daftar Isi
Apa Itu Basis Point?
Basis point atau bps adalah sebuah unit untuk mendeskripsikan suku bunga dan persentase lain di bidang keuangan. Kata “basis” dalam istilah ini berasal dari pergerakan dasar antara dua persentase atau selisih antara dua tingkat suku bunga.
Basis point sendiri sering digunakan untuk menjelaskan kenaikan atau penurunan terkecil dalam mengukur suku bunga acuan atau yield obligasi. Di mana biasanya perubahan tersebut kurang dari 1%.
Bps juga banyak digunakan untuk menghitung perubahan suku bunga, indeks ekuitas, dan hasil dari sekuritas pendapatan tetap. Tepatnya, instrumen investasi dan keuangan yang sering menggunakan istilah ini meliputi:
- Obligasi yang diterbitkan oleh negara, seperti sukuk;
- Obligasi yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan;
- Suku bunga derivatif;
- Produk-produk derivatif;
- Saham;
- KPR;
- Transaksi keuangan lain, seperti future dan forex.
Penggunaan bps dalam investasi memungkinkan investor dan analis untuk menghilangkan beberapa ambiguitas yang dapat muncul ketika berbicara tentang hal-hal terkait persentase pergerakan.
Adapun Corporate Finance Institute menyebutkan bahwa bps setara dengan satu per seratus persen. Artinya, seratus nilai bps adalah setara dengan satu persen. Lengkapnya, berikut tabel yang menunjukkan nilai bps apabila dikonversi menjadi bentuk persentase.
Baca juga: Rekomendasi Tepat Investasi untuk Pemula dan Kesalahan yang Harus Dihindari
Cara Kerja Basis Point
Untuk mempermudah pemahaman mengenai cara kerja basis point, berikut ini beberapa contoh dari penggunaannya.
- Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa akan menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI 7DRRR) sebesar 25 bps ke 4,00%. Apabila suku bunga acuan perbankan di Indonesia yang berlaku sebelumnya adalah sebesar 4,25%, maka suku bunga acuan setelah perubahan tersebut akan turun sebesar 0,25% menjadi 4,00%.
- Seorang investor senior memberitahu Anda bahwa dividen yang akan dibagikan perusahaan A kepada para pemegang sahamnya meningkat sebesar 10 bps dari tahun lalu. Apabila pada tahun sebelumnya dividen tersebut sebesar 3,00%, maka nilai dividen yang akan didapatkan investor di tahun depan adalah sebesar 3,10%.
- Customer service bank B menawarkan untuk memasukkan tabungan Anda ke dalam deposito berjangka selama satu tahun dengan suku bunga deposito sebesar 75 Pada saat itu, tabungan Anda berada dalam deposito berjangka tiga bulan dengan suku bunga deposito sebesar 5%. Maka, jika Anda memutuskan untuk memperpanjnag kontrak deposito Anda ke dalam deposito satu tahun, maka suku bunga yang bisa Anda peroleh adalah 5,75%.
Dari beberapa contoh di atas, terlihat bahwa cara kerja bps diekspresikan dengan penambahan atau pengurangan secara langsung terhadap instrumen keuangan atau ekonomi yang digunakan.
Baca juga: Investasi Jangka Panjang: Pengertian, Risiko, dan Jenis-Jenisnya
Alasan Penggunaan Basis Point dalam Investasi
Alasan investor atau analis keuangan menggunakan istilah basis point adalah karena lebih nyaman dan mampu mempercepat proses komunikasi.
Penggunaan istilah ini juga dapat membantu menghindari ambiguitas dan kesalahan perdagangan. Hal ini disebabkan karena instrumen keuangan adalah hal yang sensitif, sehingga apabila terdapat perubahan nilai dalam suku bunga acuannya, diperlukan informasi yang jelas dan mendetail.
Misalnya, ketika membahas suku bunga yang telah meningkat dari 11% menjadi 12%, beberapa orang mungkin menggunakan metode absolut yang menyatakan bahwa ada kenaikan suku bunga sebesar 1%.
Di sisi lain, terdapat pula beberapa orang yang menggunakan metode relatif yang menyatakan kenaikan sebesar 9,09% dalam tingkat bunga. Hal ini tentu membingungkan banyak pihak dan dapat menimbulkan ambiguitas.
Dalam hal ini, penggunaan istilah bps akan menghilangkan kebingungan tersebut dengan menyatakan bahwa ada kenaikan tingkat bunga sebesar 100 basis point. Sehingga, dapat dikatakan bahwa bps berperan memastikan kejelasan kepada investor.
Baca juga: Mengenal Bank Investasi dan Tipe Layanan yang Ditawarkannya
Penutup
Basis point adalah salah satu unit pengukuran yang banyak digunakan dalam dunia investasi. Beberapa instrumen keuangan dan ekonomi seperti obligasi korporasi, derivatif kredit, obligasi, hingga sekuritas ekuitas menggunakan istilah ini untuk mendeskripsikan perubahan nilai yang terjadi di dalamnya.
Hal tersebut ditujukan agar pembaca atau pendengar berita tidak salah paham mengenai nilai perubahan yang dimaksud. Tepatnya, untuk menghindari ambiguitas, khususnya pada hal yang sensitif seperti nilai instrumen keuangan dan ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk memahami istilah ini.
Investor juga perlu memahami pengelolaan keuangan sebelum terjun ke dalam dunia investasi. Sebab, apabila salah perhitungan, bukan tidak mungkin mereka akan mengalami kegagalan finansial. Dalam hal ini, Anda bisa menggunakan aplikasi bisnis dan akuntansi dari Accurate Online yang akan mempermudah proses pengelolaan dan pembuatan laporan keuangan secara lebih cepat, akurat, serta otomatis.
Accurate Online sendiri menyediakan lebih dari 200 jenis laporan keuangan dan bisnis. Berbagai fitur dan keunggulan tersedia secara lengkap, mudah untuk digunakan, dan bisa diakses secara fleksibel.
Dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, Accurate Online juga telah digunakan oleh ratusan ribu pebisnis di Indonesia dalam membantunya mencapai kesuksesan finansial. Jika Anda tertarik untuk mencobanya, silahkan klik banner di bawah ini dan nikmati Accurate Online secara gratis selama 30 hari.