Pengertian Debt Burden Ratio dan 10 Faktor yang Memengaruhinya

oleh | Apr 26, 2024

source envato.

Pengertian Debt Burden Ratio dan 10 Faktor yang Memengaruhinya

Perekonomian sebuah negara adalah landasan vital yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakatnya.

Dalam konteks ini, debt burden ratio, atau rasio beban utang, menjadi salah satu indikator kunci yang sangat penting untuk dipahami dan dimonitor secara cermat.

Rasio ini bukan hanya mencerminkan tingkat utang suatu negara, tetapi juga dapat memberikan wawasan mendalam tentang kestabilan ekonomi dan kemampuan negara untuk mengelola utangnya.

Debt burden ratio adalah ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara total utang suatu negara dengan produk domestik bruto (PDB) atau pendapatan nasional.

Rasio ini mengindikasikan sejauh mana pemerintah atau sektor swasta telah terbebani oleh utang, dan apakah tingkat utang tersebut berada dalam batas yang dapat diterima atau sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang debt burden ratio, mengapa penting untuk mengawasinya, serta dampaknya terhadap perekonomian suatu negara.

Selain itu, kita juga akan melihat bagaimana rasio ini dapat berubah seiring waktu dan faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhinya.

Pengertian Debt Burden Ratio

Pengertian Debt Burden Ratio

ilustrasi debt burden ratio. source envato

Berdasarkan laman Emirates NBD, debt burden ratio, atau rasio beban utang, adalah rasio yang membandingkan beban hutang yang dimiliki suatu entitas dengan pendapatan laba bersihnya.

Rasio ini membantu dalam mengukur kemampuan untuk membayar utang atau mempertahankan kestabilan keuangan.

Dalam konteks pemerintah, debt burden ratio mengacu pada perbandingan antara total utang pemerintah dengan produk domestik bruto (PDB) atau pendapatan nasional.

Hal ini menggambarkan sejauh mana utang pemerintah mengonsumsi pendapatan yang dihasilkan oleh negara tersebut.

Rasio ini sering digunakan sebagai indikator penting untuk mengevaluasi kesehatan fiskal suatu negara dan kemampuan pemerintah untuk mengelola utangnya.

Secara umum, semakin tinggi debt burden ratio, semakin besar beban utangnya dalam hubungannya dengan sumber daya yang tersedia.

Hal ini dapat menjadi sinyal peringatan bahwa terlalu banyak pendapatan digunakan untuk membayar utang, yang bisa menghambat kemampuan untuk menginvestasikan dana dalam pembangunan infrastruktur, layanan publik, atau program lain yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Perlu digaris bawahi bahwa debt burden ratio dapat dihitung dengan beberapa variasi, seperti menggunakan berbagai jenis utang atau pendapatan.

Oleh karena itu, definisi dan penggunaannya dapat bervariasi tergantung pada konteks dan tujuan analisis ekonomi atau keuangan.

Baca juga: Pengertian Debt to Service Ratio dan 3 Cara Mudah Menghitungnya

Perbedaan Debt Burden Ratio (DBR) dengan Debt Service Ratio (DSR)

Debt Burden Ratio (DBR) dan Debt Service Ratio (DSR) adalah dua metrik yang digunakan dalam analisis keuangan untuk mengukur kemampuan seseorang atau rumah tangga dalam membayar utang.

Meskipun keduanya sering kali digunakan secara bergantian, ada perbedaan mendasar antara keduanya:

Debt Burden Ratio (DBR):

DBR mengukur seberapa besar total pembayaran utang dibandingkan dengan pendapatan bersih bulanan. Pembayaran utang termasuk cicilan kredit, pinjaman, dan hutang lainnya.

DBR sering digunakan dalam konteks KPR (Kredit Pemilikan Rumah) untuk menilai kemampuan seseorang atau rumah tangga dalam membayar cicilan KPR.

Debt Service Ratio (DSR):

DSR juga mengukur kemampuan seseorang atau rumah tangga dalam membayar utang, tetapi fokusnya lebih spesifik pada pembayaran utang tertentu, terutama cicilan pinjaman.

DSR biasanya digunakan untuk menilai kemampuan membayar pinjaman, baik itu pinjaman pribadi, pinjaman mobil, atau pinjaman lainnya.

DSR juga dapat mempertimbangkan tingkat suku bunga dan jangka waktu pinjaman.

Jadi, perbedaan utama antara DBR dan DSR terletak pada cakupan pembayaran utang yang dianalisis.

DBR mencakup semua pembayaran utang, sedangkan DSR fokus pada pembayaran utang tertentu, terutama cicilan pinjaman.

Baca juga: Debt to Equity Ratio (DER): Pengertian dan Rumusnya

Peran Penting Debt Burden Ratio

Peran Penting Debt burden ratio

ilustrasi debt burden ratio. source envato

Debt burden ratio memiliki peran penting dalam konteks ekonomi dan keuangan suatu entitas, terutama ketika digunakan dalam konteks pemerintah atau organisasi besar.

Berikut adalah beberapa peran penting dari debt burden ratio:

1. Evaluasi Kesehatan Fiskal

Debt burden ratio membantu dalam mengevaluasi kesehatan fiskal suatu negara atau organisasi.

Hal ini akan memberikan gambaran tentang sejauh mana entitas tersebut terbebani oleh utangnya dalam kaitannya dengan sumber daya yang dimilikinya.

Dengan mengevaluasi rasio ini, pemerintah atau perusahaan dapat mengidentifikasi potensi risiko keuangan dan mengambil langkah-langkah yang tepat.

2. Penilaian Kemampuan Bayar

Jika Debt burden ratio sangat tinggi, itu bisa menjadi indikasi bahwa entitas tersebut menghadapi kesulitan dalam membayar bunga dan pokok utangnya.

Hal ini bisa berdampak negatif pada kredibilitas dan peringkat kredit.

3. Perencanaan Anggaran

Dengan memahami berapa besar beban utang dalam hubungannya dengan pendapatan atau PDB.

Pemerintah dapat merencanakan pengeluaran dan proyeksi utang untuk menghindari ketidakseimbangan fiskal.

4. Pengambilan Keputusan Kebijakan

Informasi yang diberikan dalam debt burden ratio dapat membantu dalam pengambilan keputusan kebijakan.

Pemerintah atau entitas lain dapat menggunakan rasio ini untuk menentukan apakah mereka perlu mengurangi utang, meningkatkan pendapatan, atau mengubah kebijakan fiskal lainnya untuk mempertahankan stabilitas ekonomi.

5. Peringkat Kredit

Rasio ini juga digunakan oleh lembaga peringkat kredit untuk menilai risiko kredit suatu negara atau perusahaan.

Semakin tinggi rasio beban utang, semakin tinggi risiko kredit yang mungkin diberikan oleh lembaga peringkat.

Hal ini dapat berdampak pada suku bunga yang harus dibayar oleh entitas tersebut ketika mereka meminjamkan uang atau menerbitkan obligasi.

6. Transparansi Keuangan

Dengan mempublikasikan rasio ini secara teratur, pemerintah atau perusahaan dapat memberikan informasi jelas kepada pemangku kepentingan tentang keadaan keuangan.

Dengan memahami dan mengawasi debt burden ratio dengan cermat, pemerintah dan organisasi dapat:

  1. mengelola utang mereka dengan lebih efektif,
  2. menjaga stabilitas keuangan, dan
  3. mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghindari masalah keuangan yang lebih besar di masa depan.

Baca juga: Pengertian Credit Score dan 10 Cara Mudah Meningkatkannya

Cara Menghitung Debt Burden Ratio

Untuk menghitung Debt Burden Ratio (DBR), Anda perlu membagi total pembayaran utang bulanan dengan total pendapatan bulanan bersih, kemudian dikalikan dengan 100 untuk mendapatkan persentase.

Berikut rumusnya:

Rumus DBR = (Total Pembayaran Utang Bulanan ÷ Total Pendapatan Bulanan Bersih)× 100

Di sini, “Total Pembayaran Utang Bulanan” adalah jumlah semua pembayaran utang bulanan, termasuk cicilan pinjaman, kartu kredit, dan tagihan utang lainnya.

“Total Pendapatan Bulanan Bersih” adalah jumlah pendapatan bulanan setelah dipotong dengan pajak penghasilan dan potongan lainnya.

Setelah Anda memiliki kedua total tersebut, bagi jumlah pembayaran utang bulanan dengan total pendapatan bulanan bersih, lalu kalikan hasilnya dengan 100 untuk mendapatkan persentase DBR.

Gunakan Aplikasi Akuntansi untuk memudahkan Anda dalam mengetahui rasio ini dengan mudah dan akurat.

Dengan Fitur Laporan Rasio Keuangan, seluruh rasio keuangan bisnis dapat Anda ketahui dan bandingkan secara langsung.

Baca juga : Cara Mudah Menghitung Seluruh Rasio Keuangan di Aplikasi Akuntansi

Berbagai Faktor yang Memengaruhi Debt Burden Ratio

Berbagai Faktor yang Memengaruhi Debt Burden Ratio

ilustrasi debt burden ratio. source envato

Debt burden ratio, atau rasio beban utang, dipengaruhi oleh sejumlah faktor ekonomi dan keuangan yang dapat berubah seiring waktu.

Faktor-faktor ini dapat memengaruhi sejauh mana utang suatu entitas (seperti pemerintah, perusahaan, atau individu) terbebani dalam hubungannya dengan pendapatan atau sumber daya yang dimilikinya. Berikut adalah beberapa faktor yang memengaruhi debt burden ratio:

1. Jumlah Utang

Faktor utama yang memengaruhi debt burden ratio adalah jumlah total utang yang dimiliki oleh entitas tersebut. Semakin tinggi jumlah utang, semakin tinggi rasio beban utangnya.

2. Pendapatan atau PDB

Pendapatan atau produk domestik bruto (PDB) merupakan penyebut dalam perhitungan debt burden ratio.

Ketika pendapatan atau PDB meningkat, rasio ini cenderung menurun, mengindikasikan bahwa entitas memiliki lebih banyak sumber daya relatif untuk membayar utangnya.

3. Suku Bunga

Tingkat suku bunga yang harus dibayar oleh entitas atas utangnya memiliki dampak signifikan pada rasio beban utang.

Ketika suku bunga naik, biaya bunga utang meningkat, yang dapat meningkatkan rasio beban utang.

4. Kondisi Ekonomi Makro

Keadaan ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan tingkat pengangguran, dapat memengaruhi debt burden ratio.

Ekonomi yang kuat cenderung menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan lebih baik dalam mengelola utang.

Baca juga: Pengertian Rasio Solvabilitas dan 5 Cara Mudah Menghitungnya

5. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah, seperti tingkat pajak, pengeluaran publik, dan kebijakan anggaran, dapat memengaruhi rasio beban utang.

Perubahan dalam kebijakan ini bisa mengubah pendapatan dan pengeluaran entitas, sehingga memengaruhi rasio ini.

6. Pengelolaan Utang

Jika mereka mengadopsi strategi pengelolaan utang yang efisien, seperti restrukturisasi utang atau refinancing dengan suku bunga yang lebih rendah, mereka dapat mengurangi rasio beban utang.

7. Keadaan Eksternal

Peristiwa eksternal, seperti krisis ekonomi global atau perubahan dalam pasar keuangan internasional, dapat memengaruhi suku bunga, likuiditas, dan kondisi peminjaman, yang semuanya dapat memengaruhi debt burden ratio.

8. Perubahan dalam Struktur Utang

Komposisi utang juga berperan penting. Jika entitas memiliki lebih banyak utang jangka panjang daripada utang jangka pendek, maka hal ini dapat mengurangi tekanan pembayaran utang sekarang dan mengubah rasio beban utang.

9. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Penggunaan dana yang dihasilkan dari utang untuk investasi yang produktif dan pertumbuhan ekonomi dapat membantu meningkatkan pendapatan entitas, sehingga memengaruhi rasio beban utang.

10. Krisis Keuangan atau Kebijakan Negara

Kejadian tak terduga, seperti krisis keuangan atau perubahan dalam kebijakan fiskal oleh pemerintah, dapat memiliki dampak signifikan pada Debt burden ratio dalam waktu singkat.

Penting untuk dipahami bahwa setiap entitas dapat memiliki faktor-faktor yang berbeda yang memengaruhi debt burden ratio mereka, dan faktor-faktor ini dapat saling berinteraksi.

Oleh karena itu, manajemen utang yang bijak dan pemantauan yang cermat terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan adalah kunci untuk menjaga stabilitas keuangan dalam konteks rasio beban utang.

Baca juga: Rasio Utang: Pengertian, Rumus, Contoh dan Fungsinya

Peran Debt Burden Ratio terhadap Pengajuan KPR

Debt Burden Ratio adalah rasio yang mengukur seberapa besar total pembayaran utang, termasuk cicilan kredit, dibandingkan dengan pendapatan bersih bulanan.

Khususnya untuk KPR (Kredit Pemilikan Rumah), Debt Burden Ratio digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan seseorang atau rumah tangga dalam membayar cicilan kredit rumah secara berkala.

Rasio ini memperhitungkan total utang yang harus dibayarkan per bulan, termasuk cicilan KPR, dibandingkan dengan pendapatan bersih bulanan.

Dengan kata lain, semakin rendah Debt Burden Ratio, semakin mudah bagi individu atau keluarga untuk memenuhi kewajiban pembayaran cicilan KPR dan mempertahankan kestabilan keuangan.

Baca juga: Pengertian Debt to Service Ratio dan 3 Cara Mudah Menghitungnya

Berapa Nilai DBR yang Ideal?

Nilai Debt Burden Ratio (DBR) yang ideal bervariasi tergantung pada kebijakan bank atau lembaga keuangan yang memberikan pinjaman.

Secara umum, semakin rendah DBR, semakin baik, karena menunjukkan bahwa pendapatan bersih bulanan seseorang atau rumah tangga memiliki kapasitas yang cukup untuk membayar utang.

Namun, beberapa lembaga keuangan mungkin memiliki batasan maksimum DBR yang diperbolehkan untuk memberikan pinjaman.

Sebagai panduan umum, DBR yang dianggap baik biasanya berada di kisaran 30-40%. Ini berarti bahwa pembayaran utang bulanan tidak boleh melebihi 30-40% dari pendapatan bersih bulanan.

Namun, penting untuk diingat bahwa nilai DBR yang ideal dapat bervariasi tergantung pada situasi finansial individu atau rumah tangga, termasuk faktor seperti pengeluaran tetap lainnya, kebutuhan hidup, dan faktor ekonomi lainnya.

Jadi, sebelum mengambil keputusan berdasarkan nilai DBR, penting untuk berkonsultasi dengan penasihat keuangan atau ahli keuangan untuk menilai situasi secara keseluruhan.

Baca juga: Rasio Keuangan: Pengertian, Fungsi, dan Berbagai Jenisnya

Penutup

Jadi, debt burden ratio merupakan indikator penting yang membantu mengukur sejauh mana utang suatu entitas mempengaruhi kesehatan keuangan dan ekonomi.

Faktor-faktor yang memengaruhi rasio ini sangat beragam dan mencakup jumlah utang, pendapatan, suku bunga, dan banyak aspek lainnya.

Memahami debt burden ratio dengan baik adalah kunci untuk pengambilan keputusan keuangan yang bijak dan perencanaan yang efektif.

Seiring perubahan dalam ekonomi dan kebijakan, rasio beban utang dapat berfluktuasi. Oleh karena itu, penting untuk terus memantau dan mengevaluasi rasio ini secara berkala.

Hal ini memungkinkan entitas, baik itu pemerintah, perusahaan, atau individu, untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengelola utang, menjaga stabilitas keuangan, dan menghindari potensi risiko keuangan.

Penggunaan debt burden ratio bukan hanya penting dalam konteks keuangan, tetapi juga dalam pengambilan keputusan kebijakan yang dapat memengaruhi kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang faktor-faktor yang memengaruhi rasio ini merupakan aset berharga dalam menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan suatu entitas.

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut dan menggunakan data debt burden ratio dengan bijak, kita dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencapai keseimbangan keuangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Namun, untuk lebih mudah lagi dalam mengelola utang ataupun piutang dalam bisnis, Anda bisa menggunakan software akuntansi dan bisnis dari Accurate Online.

Aplikasi bisnis yang sudah dipercaya oleh ratusan ribu pebisnis ini mampu memudahkan Anda dalam mengelola keuangan, termasuk utang dan piutang Anda.

Aplikasi ini akan memberikan notifikasi terkait utang dan piutang Anda serta menyajikan lebih dari 200 jenis laporan keuangan secara akurat.

Lebih dari itu, Accurate Online juga akan membantu Anda dalam mengelola bisnis secara menyeluruh melalui berbagai fitur di dalamnya yang sudah saling terintegrasi.

Buktikan sendiri manfaatnya dengan mencoba Accurate Online selama 30 hari gratis melalui tautan gambar di bawah ini.

ekonomikeuanganbanner

Efisiensi Bisnis dengan Satu Aplikasi Praktis!

Konsultasikan kebutuhan bisnismu dengan tim kami.

Jadwalkan Konsultasi

artikel-sidebar

Ibnu
Lulusan S1 Ekonomi dan Keuangan yang menyukai dunia penulisan serta senang membagikan berbagai ilmunya tentang ekonomi, keuangan, investasi, dan perpajakan di Indonesia

Artikel Terkait