Kebijakan moneter ekspansif menjadi salah satu instrumen utama bank sentral dalam mengendalikan perekonomian negara dengan menambahkan jumlah uang beredar.
Sebagai pelaku ekonomi, Anda perlu mengetahui bagaimana kebijakan ini dapat mempengaruhi daya beli masyarakat dan aktivitas bisnis secara keseluruhan.
Melalui pendekatan expansionary monetary policy, bank sentral berupaya untuk menciptakan kondisi market yang lebih dinamis dengan menurunkan suku bunga dan meningkatkan kemudahan akses kredit.
Mari simak pembahasan lengkap tentang mekanisme, dampak, serta manfaat kebijakan moneter ekspansif bagi perekonomian nasional di bawah ini.
Apa itu kebijakan moneter ekspansif?
Kebijakan moneter ekspansif adalah serangkaian tindakan bank sentral untuk menambah jumlah uang beredar dalam sistem perekonomian. Tujuannya adalah menciptakan stimulus ekonomi dengan menurunkan suku bunga acuan.
Saat bank sentral menerapkan kebijakan moneter ekspansif, Anda sebagai pelaku ekonomi akan merasakan dampak langsung berupa kemudahan mengakses kredit dengan bunga yang lebih rendah.
Kondisi tersebut akan menciptakan multiplier effect pada aktivitas ekonomi karena masyarakat memiliki lebih banyak uang untuk kebutuhan konsumsi dan investasi.
Dalam konteks ekonomi makro, kebijakan moneter ekspansif menjadi solusi ketika perekonomian mengalami slowdown atau resesi.
Bank sentral bisa menggunakan beberapa instrumen seperti open market operation, menurunkan reserve requirement, serta penyesuaian discount rate untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Kebijakan Moneter yang Pernah Diterapkan di Indonesia
Jenis dan contoh kebijakan moneter ekspansif
1. Operasi pasar terbuka (open market operations)
Bank sentral melakukan pembelian surat berharga pemerintah dari pasar sekunder. Ketika bank sentral membeli obligasi, jumlah uang beredar akan bertambah. Contohnya: Bank Indonesia membeli Surat Utang Negara sebesar Rp 500 miliar, maka uang sebesar nominal tersebut akan mengalir ke sistem perbankan.
2. Menurunkan suku bunga acuan (interest rate)
Kebijakan moneter ekspansif ditandai dengan diturunkannya suku bunga acuan oleh bank sentral. Misalnya, Bank Indonesia menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate dari 6% menjadi 5,75%. Penurunan tersebut membuat biaya pinjaman menjadi lebih murah bagi Anda sebagai pelaku usaha maupun konsumen.
3.Mengurangi giro wajib minimum (reserve requirement)
Bank sentral bisa mengurangi kewajiban perbankan dalam menyimpan cadangan minimumnya. Sebagai contoh: Penurunan GWM dari 5% menjadi 3% akan memberikan ruang bagi bank untuk menyalurkan kredit lebih banyak kepada masyarakat.
4. Kebijakan diskonto (discount policy)
Penurunan suku bunga diskonto akan membuat bank umum lebih mudah untuk meminjam dana dari bank sentral. Contohnya: Bank sentral menurunkan suku bunga diskonto dari 7% ke 6%, sehingga bank komersial dapat memperoleh tambahan likuiditas dengan biaya yang lebih rendah.
5. Quantitative easing (QE)
QE adalah program pembelian aset dalam skala besar oleh bank sentral untuk meningkatkan likuiditas. Contoh penerapannya adalah bank sentral membeli obligasi pemerintah dan instrumen keuangan lainnya senilai Rp 100 triliun untuk menambah jumlah uang beredar.
Melalui kombinasi kebijakan moneter ekspansif tersebut, bank sentral berupaya untuk menciptakan kondisi ekonomi yang lebih kondusif bagi pertumbuhan bisnis dan kesejahteraan masyarakat.
Baca juga: Kebijakan Moneter: Pengertian dan 8 Dampaknya Pada Bisnis
Waktu terbaik dalam menerapkan kebijakan moneter ekspansif
1. Fase economic recession
Kebijakan moneter ekspansif sangat tepat diterapkan saat perekonomian mengalami resesi. Bank sentral bisa menurunkan suku bunga acuan ketika aktivitas bisnis melambat dan tingkat pengangguran meningkat.
Contohnya seperti periode tahun 2008-2009, dimana banyak negara mengeluarkan stimulus moneter untuk memulihkan ekonomi.
2. Periode deflation risk
Ketika harga-harga cenderung turun secara terus menerus, bank sentral perlu menerapkan kebijakan moneter ekspansif.
Deflasi dapat menyebabkan masyarakat menunda konsumsi karena berharap harga akan semakin murah. Bank sentral biasanya akan merespons hal ini dengan menambah jumlah uang beredar melalui quantitative easing.
3. Masa credit crunch
Saat institusi keuangan mengurangi penyaluran kredit secara drastis, kebijakan moneter ekspansif diperlukan untuk melancarkan aliran dana ke sektor riil.
Bank sentral dapat menurunkan giro wajib minimum agar perbankan memiliki lebih banyak dana untuk dipinjamkan kepada Anda sebagai pelaku usaha.
4. Fase investment slowdown
Menurunnya investasi swasta menjadi indikator perlunya kebijakan moneter ekspansif. Penurunan suku bunga acuan akan membuat biaya modal lebih terjangkau, sehingga Anda sebagai pengusaha lebih tertarik untuk berinvestasi dan mengembangkan bisnis.
5. Periode low consumer confidence
Bank sentral menerapkan kebijakan moneter ekspansif ketika kepercayaan konsumen menurun tajam. Stimulus moneter bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat melalui kredit murah dan meningkatkan likuiditas di sistem keuangan.
6. Masa supply chain disruption
Gangguan rantai pasok global dapat menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga. Kebijakan moneter ekspansif ini akan membantu perusahaan Anda untuk memperoleh pendanaan demi mengatasi hambatan produksi dan distribusi.
Baca juga: Berbagai Instrumen Kebijakan Moneter dan Tujuannya
Lantas, apa perbedaan kebijakan ekonomi moneter ekspansif dan ekonomi moneter kontraktif
1. Kebijakan moneter ekspansif
- Bertujuan merangsang pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan jumlah uang beredar
- Bank sentral menurunkan suku bunga acuan (interest rate)
- Meningkatkan kemudahan Anda dalam mengakses kredit (credit access)
- Menstimulasi belanja konsumen dan investasi bisnis (consumer spending)
- Cocok diterapkan saat ekonomi lesu atau resesi (recession period)
2. Kebijakan moneter kontraktif
- Bertujuan untuk mengendalikan inflasi dengan mengurangi jumlah uang yang beredar
- Bank sentral menaikkan suku bunga acuan (tight monetary policy)
- Membuat Anda lebih selektif dalam mengambil pinjaman (credit restriction)
- Mengurangi tekanan inflasi dengan menurunkan konsumsi (inflation control)
- Cocok diterapkan saat ekonomi terlalu panas (overheating economy)
3. Dampaknya terhadap bisnis
- Ekspansif: Mempermudah Anda mendapatkan modal usaha yang lebih terjangkau (cheap financing)
- Kontraktif: Membantu Anda agar lebih hemat dan efisien (cost efficiency)
4. Dampaknya terhadap konsumen
- Ekspansif: Meningkatkan daya beli konsumen (purchasing power)
- Kontraktif: Mendorong konsumen untuk lebih banyak menabung (saving habits)
Baca juga: 6 Dampak Kekuasaan Moneter Pada Bisnis dan Cara Memanfaatkannya
Penutup
Kebijakan moneter ekspansif menjadi pilihan tepat saat kondisi ekonomi membutuhkan rangsangan pertumbuhan. Melalui kebijakan tersebut, bank sentral bisa menurunkan suku bunga acuan (interest rate) untuk meningkatkan jumlah uang beredar di masyarakat.
Dengan suku bunga yang rendah, Anda sebagai pelaku bisnis akan lebih mudah mengakses kredit (credit access) untuk pengembangan usaha.
Kebijakan moneter ekspansif juga bisa menciptakan peluang Anda untuk memanfaatkan modal usaha yang terjangkau (cheap financing) serta meningkatkan daya beli konsumen (purchasing power).
Bicara tentang pengelolaan bisnis, software akuntansi dan bisnis dari Accurate Online hadir sebagai solusi lengkap untuk mencatat keuangan usaha Anda.
Terintegrasi dengan Accurate POS, Anda bisa mengelola transaksi kasir dan stok barang secara real-time. Program loyalitas pelanggan Bliss yang juga terintegrasi di dalamnya akan membantu Anda mengoptimalkan customer retention melalui sistem poin dan reward.
Di tengah momentum pertumbuhan ekonomi, mari maksimalkan peluang dengan teknologi tepat guna. Mulai transformasi digital bisnis Anda sekarang!
Coba gratis Accurate Online selama 30 hari dengan klik gambar di bawah:
Referensi: