Micromanage: Gaya Kepemimpinan yang Ingin Mengontrol Semuanya

oleh | Jul 25, 2022

source envato.

Micromanage: Gaya Kepemimpinan yang Ingin Mengontrol Semuanya

Akhir-akhir ini, micromanage menjadi suatu sistem kepemimpinan yang dianggap bisa memberikan dampak buruk pada performa karyawan. Metode yang fokus pada kontrol berlebihan dari atasan ini bisa menghambat produktivitas dan moral karyawan.

Lalu, apa itu micromanage? Kenapa saat ini sistem tersebut sudah tidak efektif lagi? Ayo simak jawabannya pada artikel tentang micromanage di bawah ini hingga selesai.

Pengertian Micromanage

Berdasarkan penjelasan yang tertulis di dalam International Journal of Business and Management Invention, micromanage adalah suatu gaya kepemimpinan yang mana seorang atasan akan melakukan pengamatan yang berlebihan atas performa bawahannya.

Gaya kepemimpinan yang satu ini akan menunjukkan bahwa atasan mempunyai kontrol berlebih dan menuntut detail terkecil atas semua pekerjaan dari setiap anggotanya.

Contohnya, katakanlah pada suatu hari Anda diberikan satu tugas dari atasan. Biasanya, atasan Anda akan menjelaskan detail pekerjaan tersebut dan akan memberikan waktu pada Anda untuk menyelesaikan tugas. Idealnya, atasan Anda akan pergi agar membiarkan Anda bekerja dan memudahkan Anda jika sewaktu-waktu Anda memerlukan saran.

Tapi bila atasan Anda hanya memerhatikan detail pekerjaan dan menuntut perkembangan pekerjaan yang lebih detail tanpa adanya bantuan, maka atasan Anda termasuk micromanager.

Baca juga: Kepemimpinan Otokratis Adalah Gaya Kepemimpinan yang Efektif, Benarkah?

Ciri-Ciri Micromanage

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sistem micromanage adalah suatu perilaku yang bisa menurunkan performa kerja dan juga moral karyawan. Namun, banyak sekali karyawan yang tidak sadar bahwa atasan mereka adalah seorang micromanager.

Untuk itu, setiap karyawan harus mengetahui ciri-ciri dari sistem micromanagement. Nah, ciri-ciri dari sistem micromanage adalah berikut ini:

1. Tidak Pernah Puas Dengan Hasil Kerjamu

Micromanage adalah suatu gaya kepemimpinan yang mana atasan tidak akan memberikan umpan balik atau feedback. Mereka akan lebih cenderung memberikan kritik yang tidak solutif. Bentuk kritik ini akan menjatuhkan mental dan juga semangat karyawan. Untuk itu, wajar jika produktivitas karyawan menjadi terhambat.

Jenis budaya kerja seperti ini bisa dibilang budaya kerja toxic. Tidak hanya bisa mengurangi angka produktivitas, micromanage juga mampu menyebabkan gosip di sesama karyawan.

2. Emosi Yang Berlebihan

Selain kritik kosong, biasanya perkataan micromanage sangat menyinggung dan bisa merusak suasana kantor. Seorang micromanager tidak akan sungkan untuk meluapkan emosinya. Bila dirinya frustasi pada hasil kerja Anda, umumnya micromanager akan meluapkan emosinya dan akan melupakan batas etika profesional.

Mereka tidak peduli pada perasaan dan psikis pekerjanya, serta akan selalu menuntut hasil yang sempurna.

3. Fokus Berlebih Pada Progres Pekerjaan

Micromanage adalah suatu gaya kepemimpinan yang mendorong atasan untuk fokus pada proses pelaksanaan tugas, bukan memberikan detail dan deskripsi tugas yang memadai.

Mereka tidak peduli dari cara kerja tim dan akan memberikan perintah untuk bekerja sesuai dengan standarnya. Selain itu, mereka juga akan memberikan opini pada setiap tahap pekerjaan. Terlebih lagi, atasan juga akan memberikan hukuman jika detail pekerjaan Anda tidak sesuai dengan rencana kerja yang sudah dibuat.

4. Bersikap Ingin Menguasai Pekerja

Di dalam konsep micromanage, atasan akan fokus untuk mengetahui dimana karyawannya berada dan tugas detail yang sedang mereka kerjakan. Mengetahui keberadaan pekerja dan detail tugas bagi mereka sangat penting untuk menerapkan kendali yang ketat.

Mereka juga tidak segan untuk memberikan tumpukan pekerjaan baru jika karyawannya sedang mempunyai banyak waktu luang. Setelahnya, mereka akan memerhatikan cara kerja karyawan untuk menuntaskan tugas barunya. Mereka akan memonitor performa pada setiap kesempatan tanpa memberikan jarak agar karyawan bisa tetap fokus.

5. Menuntut Update Secara Terus-Menerus

Katakanlah Anda diberikan deadline pekerjaan di jam 7 malam. Pekerjaan ini adalah suatu perintah yang Anda terima di jam 10 pagi sebelumnya. Agar bisa mempresentasikan hasil kerja yang baik, maka Anda dan anggota tim lain harus bekerja secara independen tanpa adanya kontrol yang berlebih. Untuk itu, sangat wajar bagi karyawan jika mereka memerlukan waktu dan ruang agar bisa bekerja secara baik.

Namun, terkadang tugas seorang atasan adalah membantu proses kerja karyawan yang terkadang cukup rumit dan memakan banyak waktu. Dalam proses ini, masukan dari atasan akan sangat berguna untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah sangat menumpuk.

Namun, seorang micromanager tidak peduli pada hal tersebut. Dalam gaya kepemimpinan ini, tugas seorang atasan adalah menantu perkembangan pekerjaan secara terus-menerus.

Awalnya hal ini mungkin tidak terasa berat, tapi seorang micromanager bisa menyebabkan rasa stres yang berlebihan.

Baca juga: Cara Menjadi Pemimpin yang Baik Untuk Keberhasilan Bisnis

Pro dan Kontra Micromanage

Jika diterapkan di waktu yang tepat, sebenarnya micromanage adalah salah satu strategi yang mampu memberikan keuntungan. Terkadang, seorang atasan harus memonitor dan juga mengendalikan kinerja dengan teliti jika anggota tim masih sedikit.

Suatu perusahaan dengan divisi yang masih terlalu muda masih memerlukan kendali dan juga kontrol yang ketat dari atasan.

Namun terlepas dari hal tersebut, ternyata gaya kepemimpinan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya.

1. Kelebihan Micromanage

Seperti yang sudah kami jelaskan sebelumnya, micromanage adalah suatu sistem manajemen yang sangat penting untuk tim baru. Walaupun masalah nantinya akan datang, namun pengamatan yang detail akan memberikan keteraturan dan akan membentuk sikap disiplin dari setiap karyawan.

Micromanagement juga sangat efektif untuk pegawai baru onboarding. Sistem ini diberlakukan agar karyawan bisa terbiasa secara cepat dengan lingkungan kerjanya yang baru. Tidak selamanya pegawai baru bisa terbiasa dengan alur kerja di perusahaan terkenal.

Nah, dalam hal ini peran micromanagement akan sangat diperlukan perusahaan. Instruksi tambahan dan juga bimbingan yang ketat akan sangat membantu karyawan baru agar konsistensi kerja mereka tetap terjaga. Itu artinya, bila dilakukan secara tidak berlebihan, micromanagement bisa dijadikan sebagai pendekatan yang bermanfaat dan juga valid.

Walaupun begitu, perlu Anda garis bawahi bahwa micromanagement tidak memberikan dampak yang baik jika terus dipertahankan pada tim yang sudah stabil dan sudah besar.

2. Kekurangan Micromanage

Sederhananya, micromanage adalah suatu gaya kepemimpinan yang bisa mengganggu setiap karyawan dalam hal fokus hingga hal psikis.

Selain itu, sistem ini tidak mempunyai indikator keberhasilan. Hal tersebut akan membuat perusahaan tidak bisa memberikan penilaian pada sistem manajemen yang satu ini. Micromanagement juga saat ini sudah tidak lagi dinilai relevan saat perusahaan sudah berada dalam tahap perkembangan dan stabil.

Kenapa? Karena karyawan yang sudah matang dan mandiri memerlukan ruang kerjanya sendiri tanpa adanya kontrol yang berlebihan. Micromanagement bahkan mempunyai peran yang sangat penting dalam angka turnover rate karyawan yang tinggi.

Hal tersebut disebabkan dari rasa tidak puas dan performa buruk pekerja karena adanya kontrol atasan yang terlalu berlebihan. Jadi, micromanage mampu menghambat kualitas kerja karyawan.

Baca juga: Sifat Pemimpin yang Baik yang Bisa Anda Terapkan

Solusi Untuk Micromanage

Dilansir dari laman  Process, Objectives and Key Results atau OKR adalah suatu konsep manajemen yang menyediakan berbagai elemen penting di dalam micromanage tanpa adanya kontrol yang berlebihan.

OKR bisa ditetapkan setiap kuartal kalender kantor dan mampu memberikan ruang untuk semua pekerja agar bisa bekerja secara matang dan bebas dari adanya kontrol yang berlebih.

Walaupun saat ini OKR bisa dilakukan dengan bantuan sistem dan aplikasi, namun yang membuatnya tetap efektif adalah persetujuan dari atasan serta karyawan terkait hak dan juga kewajiban dari setiap pihak. Sehingga, diharapkan rasa bebas dan saran yang aspiratif bisa bisa mengalir secara mudah.

Selain itu, kondisi psikis dan kondisi pekerja juga akan terjaga. Atasan pun nantinya tetap bisa memonitor pekerjanya dengan baik.

Baca juga: Bagaimana Cara Menjadi Pemimpin yang Efektif? Berikut Tipsnya

Penutup

Demikianlah penjelasan dari kami tentang micromanagement. Jadi, micromanage adalah suatu gaya kepemimpinan yang saat ini mungkin sudah tidak lagi sesuai. Setiap karyawan dan atasan harus memiliki hubungan yang sehat agar bisa terus bersinergi dengan baik.

Untuk itu, jangan ragu lagi untuk menanggapi micromanage secara lebih proaktif bersama rekan kerja Anda. Jika Anda sudah tidak lagi nyaman dengan hal ini, coba laporkanlah sistem kerja tersebut pada bagian HRD. Bila sudah, Anda bisa mencari solusi yang efektif bersama atasan. Sehingga, interaksi dan produktivitas kantor akan kembali secara lancar.

Kendati demikian, masalah manajemen akan selalu berkaitan dengan masalah keuangan. Untuk itu, hal lainnya yang tidak boleh dilupakan oleh perusahaan adalah mengelola keuangan dengan baik. Untungnya, saat ini Anda bisa langsung mencoba menggunakan aplikasi bisnis dari Accurate Online.

Kenapa harus Accurate Online? Karena aplikasi yang sudah dipercaya oleh lebih dari 377 perusahaan di Indonesia ini mampu menyajikan 200+ laporan keuangan. Sehingga, Anda bisa mengelola keuangan dengan baik dengan memerhatikan laporan keuangan yang sudah disajikan secara tepat oleh Accurate Online.

Selain itu, di dalamnya juga sudah dilengkapi dengan modul dan fitur luar biasa yang mampu membuat operasional bisnis Anda bergerak lebih efektif dan efisien.

Ayo klik tombol tautan di bawah ini untuk langsung mencoba Accurate Online selama 30 hari, Gratis!

marketingmanajemenbanner

Efisiensi Bisnis dengan Satu Aplikasi Praktis!

Konsultasikan kebutuhan bisnismu dengan tim kami.

Jadwalkan Konsultasi

artikel-sidebar

Anggi
Seorang wanita lulusan sarjana manajemen bisnis dan akuntansi yang hobi menulis blog tentang manajemen bisnis secara spesifik.

Artikel Terkait