Pengertian Biaya Penyusutan dan 3 Metode Penghitungannya
Biaya penyusutan merupakan unsur yang harus Anda hitung dalam penentuan nilai aktiva tetap. Penghitungan biaya ini berguna untuk memperkirakan apakah sebuah aktiva tetap masih bisa dimanfaatkan atau sudah waktunya diganti. Selain itu, penghitungan ini juga merupakan langkah untuk menjaga kewajaran laporan keuangan.
Apa Itu Biaya Penyusutan?
Secara umum, penyusutan dapat diartikan sebagai pengalokasian harga suatu aktiva tetap selama masa kegunaannya dengan metode tertentu. Jadi, timbulnya biaya penyusutan ini diakibatkan oleh berkurangnya manfaat suatu aktiva dari waktu ke waktu. Penyusutan tidak berlaku terhadap aktiva tanah karena harganya yang terus naik setiap tahun.
Pada akhir periode (satu tahun), akun aktiva tetap harus dicatat dalam jurnal penyesuaian akibat adanya penyusutan ini. Biayanya dihitung menggunakan metode tertentu. Tetapi sebelum menentukan metode, faktor mendasar dalam penghitungan tersebut perlu dipahami terlebih dulu.
Dalam penghitungan biaya penyusutan, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi. Ketiganya adalah harga perolehan, umur ekonomis aktiva, dan nilai residu. Dengan mengetahui nilai dari ketiga faktor ini, metode apapun akan dapat digunakan.
Baca juga: Apa Itu Biaya Variabel Berikut Pengertian dan Perbedaannya
Harga Perolehan
Dalam setiap perolehan aktiva tetap, selalu ada harga yang dialokasikan untuk mendapatkannya. Harga perolehan ini menjadi salah satu faktor yang menentukan seberapa besar pengalokasian nilai penyusutan dalam setiap periode. Penghitungan harga perolehan tidak hanya melihat harga pembelian, tetapi juga ditambahkan dengan biaya lain yang ditimbulkan dari perolehan aktiva tersebut.
Umur Ekonomis Aktiva
Faktor kedua adalah umur ekonomis, yaitu perkiraan sampai mana aktiva tersebut dapat berkontribusi sebelum mengalami aus. Umur ekonomis tidak hanya berupa waktu, tetapi bisa juga dalam bentuk hasil produksi dan jam kerja.
Penentuan umur ekonomis juga dilihat dari sisi fisik dan fungsional. Suatu aktiva tetap bisa saja masih baik secara fisik, namun dari sisi fungsional sudah tidak dapat digunakan. Misalnya mesin yang masih bisa beroperasi dengan normal tetapi sudah tidak mendukung sistem kerja yang baru.
Nilai Residu
Sementara nilai residu adalah nilai sisa dari sebuah aktiva di akhir umur ekonomisnya setelah dikurang dengan nilai penyusutannya. Nilai residu bisa diperoleh jika aktiva yang habis umur ekonomisnya ini dijual. Jika tidak, maka aktiva tersebut tidak memiliki nilai residu alias nol.
Baca juga: Mengenal Pengertian dan Perbedaan Hutang Piutang dalam Akuntansi
Metode Penghitungan Biaya Penyusutan
Dalam penghitungannya, biaya penyusutan memiliki beberapa metode yang dapat digunakan. Penggunaan metode ini disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Namun, perlu diingat, hendaknya metode yang dipakai setiap tahunnya konsisten alias tidak berubah-ubah, karena ini akan berpengaruh pada laporan keuangan Anda nantinya. Nah, berikut 3 metode yang bisa dipilih.
1. Metode Garis Lurus
Pada metode garis lurus, beban penyusutan suatu aktiva bernilai sama di setiap periode hingga akhir umur ekonomisnya. Dengan melihat 3 faktor yang mempengaruhi penentuan biaya penyusutan di atas, maka didapatkan rumus sederhana. Nilai penyusutan dihitung dari selisih harga perolehan dan nilai residu yang kemudian dibagi dengan umur ekonomis.
Rumus ini akan lebih mudah dipahami dengan menggunakan contoh.
Misalnya harga perolehan suatu aktiva tetap adalah Rp20.000.000,- dengan umur ekonomis selama 10 tahun. Di periode terakhir, aktiva ini diperkirakan memiliki nilai residu sebesar Rp4.000.000,-.
Jika dimasukkan ke rumus, maka didapatkan perhitungan nilai penyusutan = (20.000.000 – 4.000.000)/10. Hasil perhitungan dari rumus tersebut adalah 1.600.000. Itu artinya, biaya penyusutan yang dikeluarkan setiap periode (satu tahun) adalah sebesar Rp1.600.000,-.
Metode ini seringkali disukai karena kesederhanaannya itu. Penekanan dalam metode garis lurus lebih menitikberatkan aspek waktu, sehingga nilai penyusutannya bisa sama setiap periode. Sementara sisi fungsi tidak menjadi perhatian utama.
Aktiva tetap berupa bangunan dan furniture merupakan jenis yang cocok dengan metode penyusutan ini. Karena, jika dilihat dari fungsinya kedua jenis aktiva tetap ini tidak memberikan dampak langsung berupa hasil produksi.
Baca juga: Punya banyak Unit Bisnis, Departemen, dan Proyek? Coba Fitur Cost and Profit Center
2. Metode Saldo Menurun Ganda
Dalam metode saldo menurun ganda, ada anggapan bahwa masa awal penggunaan suatu aktiva tetap adalah masa yang paling maksimal. Beberapa tahun selanjutnya, kinerja dan manfaat aktiva tetap akan terus menurun. Karenanya, penyusutannya pun semakin menurun pula.
Untuk lebih jelasnya, ambil saja contoh yang sama dengan hitungan aktiva tetap pada metode garis lurus di atas. Harga perolehan = Rp20.000.000,- dan umur ekonomis = 10 tahun. Metode saldo menurun ganda tidak menggunakan nilai residu.
Perhitungan ini menggunakan nilai buku yang terus menurun setiap periode sebagai patokannya. Untuk mendapatkan nilai buku, diawali dengan mengetahui harga perolehan. Kemudian perlu menghitung penyusutan untuk mengetahui nilai buku selanjutnya.
Agar lebih mudah, umur ekonomis dihitung dengan persentase, yaitu 100% : 10 = 10%. Rumusnya adalah (persentase umur ekonomis x 2) x nilai buku. Di tahun pertama, nilai buku didapatkan dari harga perolehan. Maka operasi hitungnya (10% x 2) x 20.000.000 = 4.000.000. Jadi, penyusutannya adalah Rp4.000.000,-.
Untuk tahun berikutnya, nilai buku menurun karena dikurangi dengan penyusutan tahun sebelumnya. Jadi, operasi hitungnya adalah (10% x 2) x (20.000.000 – 4.000.000). Hasilnya yaitu 20% x 16.000.000 = 3.200.000. Pada tahun kedua, penyusutannya adalah Rp3.200.000,-.
Untuk tahun ketiga, penghitungannya adalah (10% x 2) x (20.000.000 – 4.000.000 – 3.200.000). Atau bisa juga langsung (10% x 2) x (16.000.000 – 3.200.000) karena nilai buku tahun sebelumnya sudah diketahui, yaitu 16.000.000.
Maka, penyusutan di tahun ketiga adalah 20% x 12.800.000 = 2.560.000. Jadi di tahun ketiga besaran penyusutannya adalah Rp2.560.000,-. Begitu seterusnya hingga tahun kesepuluh.
Metode saldo menurun ganda ini lebih rumit daripada metode garis lurus. Namun, beban pemeliharaan lebih dapat disesuaikan dengan kondisi aktiva tetap dan nilai manfaatnya. Dengan begitu, biaya yang dikeluarkan justru lebih hemat.
Baca juga: Pengertian Cashflow, Contoh, Metode, dan Cara Membuatnya
3. Metode Hasil Produksi
Sebagaimana namanya, metode ini menetapkan penyusutan dengan melihat jumlah hasil produksi sebuah aktiva tetap. Jika pada metode garis lurus menekankan aspek waktu, maka pada metode hasil produksi lebih ditekankan faktor kegunaan.Karena itu, satuan umur ekonomisnya bukanlah tahun, melainkan satuan unit produksi.
Metode ini menggunakan 2 langkah dalam penghitungannya. Pertama, menghitung tarif penyusutan dengan rumus (harga perolehan – nilai residu) / taksiran jumlah produksi. Kemudian dalam menghitung penyusutan digunakan rumus jumlah produksi 1 tahun x tarif penyusutan.
Untuk taksiran jumlah produksi, tidak ada rumus tertentu dan Anda bisa meminta spekulasi dari ahli. Dan dalam menaksir, perlu untuk mengetahui harga perolehan sehingga beban penyusutannya dapat diperkirakan. Jadi, sebagai contoh, di bawah ini hanyalah perkiraan kasar untuk taksiran jumlah produksi per tahunnya.
Anggaplah harga perolehan suatu aktiva tetap adalah Rp155.000.000,- dengan nilai residu Rp15.000.000,-. Kemudian aktiva tetap ini diperkirakan mampu beroperasi selama 7 tahun Sementara perkiraan jumlah produksi dalam jangka waktu tersebut adalah 100.000 unit.
Rinciannya adalah 20.000 unit di tahun pertama, lalu 18.000 di tahun kedua. Selanjutnya berturut-turut dari tahun ketiga hingga ketujuh adalah 16.000, 14.500, 12.000, 10.500, dan 9.000 unit.
Pertama, hitung tarif penyusutan dengan rumus di atas. Didapatkan operasi hitung (155.000.000 – 15.000.000) / 100.000 = 1.400. Maka, tarif penyusutannya adalh Rp1.400,- per tahun.
Sekarang, gunakan rumus kedua untuk menghitung penyusutan tahun pertama. Angka yang diperoleh adalah 20.000 x 1.400 = 28.000.000. Selanjutnya di tahun kedua, 18.000 x 1.400 = 25.200.000. Dan tahun ketiga, 16.000 x 1.400 = 22.400.00. Begitu seterusnya hingga tahun ke tujuh.
Demikian pengertian biaya penyusutan beserta 3 metode penghitunganya. Pemilihan metode merupakan hak dan kebebasan perusahaan. Dan hendaknya, pemilihan itu disesuaikan dengan kebutuhan dan pertimbangan yang cermat untuk mengkalkulasi biaya penyusutan setiap aset Anda.
Jika Anda bingung untuk menentukan metode dan sulit menghitung biaya penyusutan dari usaha yang sedang Anda bangun, Anda bisa mencoba menggunakan software akuntansi yang memiliki fitur penghitungan aset seperti Accurate Online.
Accurate Online memiliki fitur pengelolaan aset tetap seperti disposisi aset tetap, penghitungan aset tetap pajak, pengelolaan aset per lokasi dan masih banyak lagi.
Untuk lebih jelasnya Anda bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini: