Pengertian Job Costing, Manfaat, dan Cara Penerapannya Dalam Bisnis
Banyak masyarakat yang belum mengenal istilah job costing dalam dunia kerja.
Padahal hal tersebut merupakan hal yang penting dan memberikan banyak manfaat apabila diterapkan dengan baik.
Karenanya kali ini hal tersebut akan dibahas secara lengkap sehingga bisa memberikan gambaran terhadap para pelaku usaha yang ingin menerapkan hal ini pada usahanya.
Daftar Isi
Pengertian Job Costing
Job Costing merupakan suatu metode perhitungan dimana biaya produksi yang dikumpulkan nantinya akan dibebankan dan menjadi biaya ke unit produksi. Biaya ini bisa dikatakan sebagai biaya berdasarkan pesanan.
Dilansir dari Netsuite, Job Costing adalah metode akuntansi yang dirancang untuk membantu Anda melacak biaya masing-masing proyek dan pekerjaan.
Hal ini melibatkan pertimbangan biaya langsung dan tidak langsung, dan biasanya dibagi menjadi tiga kategori spesifik: tenaga kerja, bahan baku, dan overhead.
Kunci dari perhitungan biaya ini adalah biaya harus dipisah antara suatu pekerjaan yang berbeda dari pekerjaan lainnya, dan menyebabkan pemisahannya jelas, jadi bisa ditelusuri dengan baik.
Baca juga: Apa itu Job Order Costing? Berikut Pengertian dan Contohnya
Manfaat Job Costing
Pemisahan biaya secara jelas tentu saja memberikan banyak manfaat dalam perusahaan. Bagaimana perhitungannya akan dipisah dan menyebabkan tidak akan tercampurnya biaya antara satu dengan lainnya.
Sehingga penelusuran biaya juga akan mudah untuk dilakukan, selain itu manfaat lain dari job costing ini diantaranya adalah :
1. Menentukan Harga Jual
Pertama adalah perusahaan bisa menentukan harga jual berapa yang sesuai. Karena dari awal biaya produksinya sudah ketahuan dengan jelas.
Jadi, biaya produksi bisa digunakan sebagai acuan penentuan harga jual. Sehingga keuntungan yang didapatkan bisa disesuaikan dengan biaya produksi tersebut.
Selain itu juga bisa menghindari persaingan dengan mematok harga sesuai harga pasaran.
2. Bahan Pertimbangan Menerima dan Menolak Pesanan
Biaya ini akan mengetahui berapa besar biaya produksi yang dihasilkan dari besarnya biaya pesanan.
Dengan begitu, perusahaan akan mengetahui berapa biaya produksi yang dibutuhkan apakah modal yang tersedia sudah mencukupi.
Apabila modal dirasa terlalu jauh, dan tidak bisa mengcover pesanan yang dibutuhkan maka pengusaha bisa menentukan apakah ingin menerima dan menolak pesanan tersebut namun berdasarkan pertimbangan yang matang.
Baca juga: Process Costing, Metode Penting Untuk Membiayai Suatu Produk
3. Memantau Penerapan Biaya Produksi
Pengusaha juga bisa memantau biaya produksi melalui tracking yang jelas berdasarkan pesanan yang ingin dibuat.
Nantinya jika dirasa ada biaya produksi yang tidak sesuai dengan perhitungan, maka bisa langsung dicari apa kesalahannya.
Penerapan biaya produksi yang baik juga akan membantu pengusaha dalam perhitungan hal lain seperti keefektifan waktu kerja.
4. Pemisahan Keuntungan yang Jelas
Ketika hasil penjual sudah didapatkan, pengusaha bisa langsung mengelompokkannya menjadi laba.
Namun sebelum itu ada baiknya untuk memisahkan dulu, dengan cara mengurangi keuntungan yang didapat dengan biaya produksi yang sebelumnya sudah dibuat.
Dengan begitu pemisahan keuntungan menjadi lebih jelas, dan bisa menjadi tolak ukur apakah pesanan yang didapat sudah memberikan keuntungan atau belum.
5. Dapat Membandingkan Laba Setiap Penyelesaian Pekerjaan
Seperti pembahasan sebelumnya, terkait dengan pemisahan keuntungan yang jelas bisa menjadi tolak ukur.
Dengan begitu, pengusaha bisa membandingkan setiap penyelesaian pekerjaannya berapa keuntungan yang didapat.
Sehingga dengan begitu menjadi tolak ukur juga apakah perusahaan mengalami peningkatan atau justru mengalami penurunan. Jadi, sekalian sebagai laporan keuangan secara tidak langsung.
Baca juga: Rencana Anggaran Biaya: Pengertian, Contoh Sederhananya
6. Mempermudah Mengetahui Kesalahan yang Terjadi Pada Proses Pekerjaan
Pada saat pencatatan berapa biaya produksi yang dibutuhkan, pengusaha bisa dengan cepat mengetahui kesalahan apa yang terjadi dalam proses pekerjaannya.
Termasuk apabila terjadi pembengkakan biaya yang dirasa tidak normal, maka bisa diketahui dengan cepat dan bisa diperbaiki.
Setiap kesalahan kecil terkait biaya produksi akan diketahui dan dengan cepat bisa diperbaiki sehingga permasalahan tersebut tidak berlarut-larut.
7. Menentukan Beban Produksi
Beban produksi juga bisa diketahui, karena berdasarkan pesanan. Jadi saat pengusaha menerima pesanan, pengusaha bisa langsung memprediksi apa saja yang menjadi kesulitannya.
Dengan begitu pengusaha bisa menjadikan hal itu sebagai hipotesis, nantinya hipotesis akan ditentukan melalui perencanaan produksi beserta biayanya yang dibuat.
8. Membandingkan Biaya Aktual
Biaya aktual yang terjadi dibandingkan dengan biaya yang telah ditentukan. Dengan cara ini, tindakan dapat diambil untuk mengendalikan overhead berlebihan yang terjadi.
Sama seperti pembahasan sebelumnya, terkait pengusaha yang memiliki hipotesis awal terhadap pesanan yang ingin diambil.
Apakah sudah sesuai atau belum, nanti jika terjadi kesalahan bisa menjadi patokan penentuan hipotesis tersebut.
9. Menyiapkan Analisis Tren
Analisis tren dapat disiapkan melalui kompilasi biaya historis atau biaya yang sebelumnya sudah pernah terjadi dan diterapkan sebagai penentuan biaya pekerjaan.
Dengan begitu, penentuan biaya selanjutnya menjadi lebih mudah dan realistis untuk pekerjaan selanjutnya. Sehingga meminimalisir terjadinya kesayangan hitungan pada pesanan yang selanjutnya.
Baca juga : Process Costing: Pengertian, Jenis, dan Cara Hitung
Cara Penerapan Job Costing
Agar bisa mendapatkan semua manfaat job costing diatas pengusaha perlu menetapkan cara penerapan yang baik.
Dalam hal ini pengusaha bisa menerapkan hitungan, produk atau jasa manakah yang sesuai dengan biaya produksi yang digunakan.
Dengan begitu pengusaha bisa menganalisis dan menerapkan apakah biayanya sudah sesuai atau belum.
Melalui cara penerapan seperti itu bisa membantu pengusaha terhindar dari kerugian.
Langkah penerapan selanjutnya adalah dengan memilih dasar alokasi biaya yang digunakan pada pengalokasian biaya tidak langsung ke pekerjaan atau disebut juga dengan biaya manufaktur tidak langsung.
Dengan begitu ada identifikasi atau rekognisi dana-dana tidak langsung yang terkait dengan setiap dasar alokasi biaya.
Penerapan lanjutan juga bisa dihitung dengan hitung tarif per unit dari setiap dasar distribusi setiap dana yang ada.
Dana ini digunakan untuk membagi biaya tersebut ke biaya lain yang tidak langsung terkait dengan pekerjaan.
Terakhir tentu dengan mengenali atau mengidentifikasi biaya langsung yang dibutuhkan dalam biaya produksinya.
Itulah tadi pembahasan seputar job costing yang secara sederhananya merupakan metode perhitungan dengan menghitung biaya pesanan dan membebaskannya ke produksi.
Dengan begitu pemisahan keuntungan dan modal akan menjadi lebih jelas. Sehingga sekarang penting untuk mulai menerapkan metode ini agar pengusaha bisa lebih teratur dalam hal pengaturan dana.
Baca juga : Laporan Keuangan: Pengertian, Contoh, dan Fungsinya Untuk Bisnis Anda
Kesimpulan
Penghitungan job costing sangatlah penting dalam proses bisnis, maka dari itu Anda wajib mengetahui apa itu job costing dan cara penerapannya untuk bisnis Anda.
Karena jika Anda tidak mengerti dan tidak tahu cara penerapannya bisa saja bisnis Anda akan rugi.
Untuk memudahkan Anda dalam melakukan penghitungan job costing, Anda bisa menggunakan software akuntansi yang memiliki fitur job costing seperti Accurate Online.
Software Akuntansi dan Bisnis Accurate Online adalah salah satu software terbaik di indonesia, dengan memiliki fitur yang lengkap dan dapat di akses dimana saja. Karena sudah berbasis online dan bisa di pantau melalui smartphone Anda.
Anda bisa langsung mencoba free trial secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini :