Pengertian Rasio Likuiditas, Jenis-jenis Rasio, dan Cara Menghitungnya

oleh | Mar 25, 2024

source envato.

Pengertian Rasio Likuiditas, Jenis-jenis Rasio, dan Cara Menghitungnya

Investor dan bank menggunakan rasio likuiditas untuk menilai sebuah perusahaan.

Likuiditas merupakan kemampuan atau kapabilitas sebuah perusahaan untuk dalam memenuhi kewajiban utang jangka pendek yang ditanggungnya.

Semakin tinggi likuiditasnya, maka risikonya semakin kecil. Sebuah perusahaan dianggap likuid jika perusahaan dapat memenuhi kewajibannya.

Dalam artikel ini, kami akan membahas lebih dalam tentang apa itu rasio likuiditas, berbagai jenis rasio likuiditas, dan cara menghitungnya.

Pengertian Rasio Likuiditas

Pengertian Rasio Likuiditas

ilustrasi rasio likuiditas. source envato

Dirangkum dari laman Investopedia, rasio likuiditas merupakan perbandingan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini dapat menjadi alat atau informasi yang dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan manajemennya.

Likuiditas mencerminkan seberapa cepat perusahaan dapat mengonversi aset lancar menjadi kas atau setara kas guna membayar kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu singkat.

Rasio likuiditas merupakan indikator performa perusahaan dalam melunasi hutang-hutang atau kewajiban jangka pendeknya.

Indikator-indikator Rasio Likuiditas:

  1. Rasio Lancar / Current Ratio
  2. Rasio Cepat / Quick Ratio
  3. Rasio Kas / Cash Ratio
  4. Rasio Hutang terhadap Ekuitas / Debt to Equity Ratio

Contoh mudahnya, rasio likuiditas ditunjukkan oleh rasio kas terhadap kewajiban lancarnya, misalnya pembayaran gaji karyawan, pembayaran tagihan listrik, pelunasan biaya telepon, dan pembayaran iuran PDAM.

Rasio ini tidak hanya penting untuk membuat performa perusahaan terlihat bagus di mata investor, namun juga dapat digunakan untuk menganalisis tren, membandingkan dengan perusahaan kompetitor, dan mengukur kemajuan atau pencapaian target.

Baca juga: Mengenal Lebih Dalam Tentang Etika Profesi Akuntansi

Jenis-jenis Rasio Likuiditas

Jenis-jenis Rasio Likuiditas

ilustrasi rasio likuiditas. source envato

Rasio likuiditas terdiri dari beberapa jenis, antara lain:

1. Rasio Cepat

Rasio cepat, atau yang disebut juga quick ratio atau acid test ratio, digunakan untuk melihat likuiditas perusahaan secara cepat dengan membandingkan kewajiban utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar.

Dalam merumuskan rasio cepat, hal-hal yang diperhitungkan antara lain:

  • pinjaman jangka pendek,
  • utang dagang,
  • utang pajak penghasilan,
  • utang kartu kredit dan
  • biaya yang masih harus dibayar.

Sedangkan aset lancar yang dihitung antara lain:

  • uang tunai,
  • investasi yang likuid, dan
  • piutang.

Dalam rasio ini, investaris tidak dimasukkan ke dalam aset karena dianggap sulit untuk dikonversi menjadi uang tunai.

Rumus:

Rasio Cepat= Kas + surat berharga + piutang : liabilitas lancar

2. Rasio Kas

Rasio ini membandingkan cashflow dengan tagihan yang harus dibayar. Rasio kas sangat penting untuk mendeteksi bahaya yang mengancam perusahaan. Perputaran kas yang rendah merupakan penyebab utama kegagalan bisnis kecil.

Rasio kas dengan jumlah kurang dari satu menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya.

Rumus:

Rasio Kas= (Pendapatan Bersih + Penurunan Nilai) : Total Pinjaman

3. Margin Laba Bersih

Margin laba bersih atau net profit margin merupakan persentase sisa pendapatan setelah dikurangi biaya produksi, bunga, dan pajak. Banyak investor yang menilai perusahaan dari rasio margin laba bersihnya.

Hal ini dikarenakan net profit margin dapat menunjukkan kemmapuan perusahaan untuk memanajemen pengeluaran dan mengonversi sisa menjadi profit.

Rumus:

Net profit margin= (Pendapatan total- Pengeluaran total) : Pendapatan total.

4. Rasio Saat Ini

Jenis rasio ini, juga disebut “rasio modal kerja” atau current ratio, digunakan untuk membandingkan aset lancar perusahaan dengan kewajiban lancarnya.

Yang penting untuk diperhatikan tentang jenis rasio ini adalah memasukkan persediaan sebagai aset lancar, tidak seperti rasio cepat.

Rumus:

Curent ratio: Aktiva lancar / kewajiban lancar

5. Laba Kotor pada Penjualan Bersih

Laba kotor pada penjualan bersih atau Gross Profit on Net Sales sangat berguna untuk perusahaan yang bergerak di bidang penjualan barang.

Rasio ini dapat membantu menghitung berapa mark up rerata harga barang agar dapat menutupi biaya pengeluaran dan menghasilkan keuntungan.

Laba kotor yang lebih rendah dari margin rerata menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah, misalnya harga produk terlalu rendah.

Rasio ini sebaiknya diukur secara teratur,bisa setiap bulan atau tiga bulan sekali. Tren penurunan rasio dapat memberikan tanda bahwa ada kemungkinan masalah di masa depan.

Sebelum masalah tersebut terjadi, perusahaan dapat menganalisis faktor apa saja yang kemungkinan berpotensi menjadi masalah dan mengatasinya sedini mungkin.

Rumus:

Laba kotor dari penjualan bersih= Penjualan bersih-Harga pokok penjualan): Penjualan bersih.

6. Times Interest Earned Ratio

Jenis rasio ini, juga disebut “rasio cakupan bunga”, membandingkan pendapatan perusahaan yang tersedia dengan beban bunga di masa depan.

Terkadang rasio ini dapat digunakan sebagai rasio solvabilitas untuk mengidentifikasi ketersediaan dana jangka panjang untuk bunga berkelanjutan.

Rumus:

Laba sebelum pajak dan beban bunga : bunga

7. Days Sales Outstanding (DSO) Ratio

Rasio ini digunakan untuk mengukur jumlah waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menerima pembayaran setelah penjualan selesai. Jika perhitungan (DSO) tinggi, ini berarti perusahaan membutuhkan waktu lebih lama untuk menerima pembayaran.

Jika perhitungan (DSO) rendah, ini berarti perusahaan membutuhkan waktu yang singkat untuk menerima pembayaran.

Rumus:

Rata-rata piutang :  pendapatan per hari

8. Rasio Perputaran Persediaan

Rasio perputaran persediaan atau inventory turn over ratio  menunjukkan berapa kali persediaan atau barang  inventaris dikonversi menjadi penjualan selama periode waktu tertentu.

Investor sering menilai likuiditas perusahaan dari rasio ini karena inventaris merupakan salah satu aset terbesar yang dilaporkan di dalam neraca keuangan.

Baca juga : Mengenal lebih Dalam Apa Itu Biaya Overhead dan Pengaruhnya terhadap Bisnis

Perbedaan Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas

Perbedaan Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas

ilustrasi rasio likuiditas. source envato

Ada beberapa cara untuk membedakan antara rasio likuiditas dan rasio solvabilitas, yaitu

1. Perbedaan tujuan

Anda dapat membedakan antara rasio likuiditas dan solvabilitas dengan melihat tujuannya.

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancar, sedangkan rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjang dan operasional perusahaan.

2. Utang yang tidak dapat dikelola dan yang dapat dikelola

Perusahaan yang menggunakan rasio likuiditas telah menemukan diri mereka dalam situasi di mana mereka mungkin tidak dapat melunasi utang mereka pada saat waktunya.

Mereka menggunakan rasio likuiditas untuk melihat aset apa yang dapat mereka konversi menjadi uang tunai untuk memenuhi pembayaran mereka.

Perusahaan yang menggunakan rasio solvabilitas memiliki dana yang tersedia lebih dari cukup (tanpa menggunakan aset), untuk melunasi hutangnya.

3. Risiko rendah dan risiko tinggi

Likuiditas dipandang sebagai risiko rendah, karena bertujuan untuk menutupi semua kewajiban jangka pendek dalam kerangka waktu yang relatif kecil.

Sedangkan solvabilitas dipandang sebagai risiko tinggi karena memprediksi bahwa perusahaan akan dapat melanjutkan operasi dengan uang yang dimilikinya.

4. Rasio yang dapat digunakan

Untuk mengukur aset lancar perusahaan, kreditur atau pejabat internal perusahaan dapat menggunakan rasio lancar atau cepat. Untuk mengukur solvabilitas perusahaan atau harapan operasi jangka panjang, digunakan rasio utang-ekuitas atau kali bunga yang diperoleh.

Baca juga: Laporan Keuangan: Pengertian, Contoh, dan Fungsinya Untuk Bisnis Anda

Contoh Bisnis yang Menggunakan Rasio Likuiditas

P&P Pools and Patio telah menerima pasokan dan bahan bangunan dari vendor dengan harapan dibayar penuh setelah P&P menyelesaikan proyek klien.

Sekarang karena periode fiskal akan segera berakhir dan perusahaan hampir menyelesaikan empat proyek, mereka perlu memastikan bahwa mereka memiliki cukup uang untuk membayar kembali pinjaman yang diberikan vendor untuk material.

Mereka tahu bahwa mereka tidak memiliki cukup pendapatan untuk membayar kembali vendor mereka, jadi mereka memutuskan untuk melikuidasi beberapa aset mereka saat ini menjadi uang tunai.

Mereka memutuskan untuk menggunakan rasio cepat untuk menghitung apakah mereka dapat membayar kembali vendor mereka atau tidak.

P&P mengidentifikasi bahwa mereka memiliki $500.000 dalam kewajiban lancar. Mereka memiliki $ 100.000 tunai, $ 100.000 dalam surat berharga dan $ 300.000 dalam piutang.

Mereka menggunakan persamaan rasio cepat untuk memasukkan aset dan kewajiban lancar perusahaan mereka:

  • Kas + surat berharga + piutang/liabilitas lancar
  • 100.000 + 100.000 + 300.000/500.000
  • 500,000/500,000

Dengan menggunakan persamaan rasio cepat, P&P dapat menentukan bahwa aset lancar mereka cukup untuk dilikuidasi menjadi uang tunai untuk menyamai dan melunasi kewajiban lancar mereka.

Baca juga:  Cara Mudah Membuat Laporan Keuangan dengan Accurate Online

Cara Menghitung Rasio Likuiditas

Mari kita menggunakan contoh sederhana untuk menghitung rasio likuiditas, yaitu rasio lancar.

Bagi Anda pemilik bisnis dengan skala besar, sudah waktunya untuk melupakan cara hitung manual dan gunakan Aplikasi Akuntansi guna memberikan hasil akurat dan cepat.

Baca juga: Cara Cepat Menghitung Seluruh Rasio Keuangan dengan Aplikasi Akuntansi

Misalkan suatu perusahaan memiliki data keuangan berikut:

  • Aset Lancar: $50.000
  • Kewajiban Lancar: $30.000

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Ambil nilai aset lancar dan kewajiban lancar dari laporan keuangan perusahaan.

Hitung rasio lancar dengan membagi total aset lancar dengan total kewajiban lancar.

  • Rasio Lancar= 1,67

Jadi, rasio lancar perusahaan tersebut adalah 1,67.

Hal ini berarti perusahaan memiliki 1,67 aset lancar untuk setiap 1 kewajiban lancar.

Dalam hal ini, semakin tinggi rasio lancar, semakin likuid perusahaan tersebut.

Baca juga: Siklus Akuntansi : Pengertian dan Penjelasan yang Lengkap

Kesimpulan

Dalam menilai likuiditas perusahaan ada beberapa rasio keuangan yang digunakan oleh para investor. Rasio tersebut antara lain rasio cepat, rasio kas, margin laba bersih, rasio laba kotor pada penjualan bersih dan rasio perputaran persediaan.

Rasio ini juga merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Jika Anda kesulitan menghitung rasio likuiditas secara manual, Anda bisa menggunakan Accurate Online untuk perhitungan yang lebih cepat dan minim kesalahan.

Accurate Online adalah aplikasi akuntansi berbasis website yang memiliki fitur terlengkap seperti penghitungan aset, rasio, perpajakan, dan pemantauan stok secara real time.

Anda bisa mencoba semua fitur Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini:

akuntansibanner

Efisiensi Bisnis dengan Satu Aplikasi Praktis!

Konsultasikan kebutuhan bisnismu dengan tim kami.

Jadwalkan Konsultasi

artikel-sidebar

Download Template Pembukuan Bisnis

Template pembukuan untuk bisnismu dengan format Excel.

Khaula Senastri
Seorang lulusan S1 ilmu akuntansi yang suka membagikan istilah, rumus, dan berbagai hal yang berkaitan dengan dunia akuntansi lewat tulisan.

Artikel Terkait