Mengenal Value Based Pricing dan 4 Komponen Penting di Dalamnya untuk Strategi Penetapan Harga
Dari sekian banyaknya strategi penetapan harga, salah satu strategi yang bisa jadi menguntungkan namun bisa juga jadi bumerang pada saat yang bersamaan adalah value based pricing.
Kenapa? Karena terdapat banyak sekali komponen dan faktor yang harus dipertimbangkan di dalamnya. Anda tidak bisa menetapkan harga yang tinggi begitu saja, karena Anda juga harus mempertimbangkan calon pelanggan dan juga segmen pasar yang Anda targetkan.
Nah, agar bisa menekan terjadinya kesalahan, kami sudah menyiapkan rangkuman tentang value based pricing dan komponen pentingnya di bawah ini.
Daftar Isi
Apa itu Value Based Pricing?
Berdasarkan laman Investopedia, value based pricing adalah sebuah strategi penetapan harga yang didasarkan pada pendapat para pelanggan terkait berapa nilai yang mereka tentukan pada suatu produk barang atau jasa.
Jadi, strategi penetapan harga ini lebih cenderung fokus pada nilai produk, bukan pada biaya produksi dan pengeluaran lainnya untuk membuat produk.
Contoh sederhana dari strategi value based pricing bisa ditemukan pada toko yang menerapkan prinsip ethical fashion.
Saat mereka akan menentukan harga, mereka tidak hanya mempertimbangkan biaya pekerja, bahan, dan logistik. Terdapat faktor nilai dan keunikan yang dimiliki oleh bisnis tersebut.
Dalam contoh tersebut mereka harus memikirkan bahan yang akan digunakan agar bisa membuat produk ramah lingkungan, pemberian upah yang layak, dan barang yang dihasilkan telah diproduksi secara terbatas.
Nilai inilah yang akan membuat suatu harga dipatok lebih tinggi, karena memang berbeda dari perusahaan lain yang kemungkinan menjual barang dengan model yang sama.
Namun, perlu digaris bawahi bahwa strategi ini tidak harus berujung pada harga akhir yang mahal. Akhirnya bisa saja kemungkinan murah, namun nilainya sesuai dengan apa yang para pelanggan inginkan.
Baca juga: Bagaimana Cara Menghadapi Perang Harga?
Contoh Brand yang Menggunakan Value Based Pricing
Apple adalah salah satu perusahaan besar yang menerapkan strategi value based pricing.
Seperti yang kita ketahui bersama, saat kita membicarakan gadget, maka Apple adalah salah satu brand yang terkenal dengan harga tingginya. Walaupun demikian, masih banyak sekali orang yang tidak berhenti membeli dan antusias menunggu peluncuran produk terbaru Apple.
Dirangkum dari laman The Product Company, hal tersebut terjadi karena mereka mempunyai sistem operasi yang didesain sangat ramah untuk pengguna dari beragam kalangan dan juga karena desainnya yang lebih modern dan elegan.
Walaupun diluar sana ada produk kompetitor yang lebih bagus, namun mereka yang telah terbiasa menggunakan Apple kemungkinan akan melihat nilai lebih di dalamnya dan mereka tetap setia dalam membeli produk.
Baca juga: Process Costing, Metode Penting Untuk Membiayai Suatu Produk
Komponen dalam Value Based Pricing
Terdapat beberapa hal yang harus Anda pertimbangkan saat ingin menggunakan value based pricing. Laman Harvard Business School menyebutnya dengan “value stick”.
Keempat komponen tersebut adalah willingness to pay (WTP), harga, biaya yang dikeluarkan, serta willingness to sell (WTS). Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Willingness to Pay (WTP)
Di dalam value based pricing, WTP atau willingness to pay adalah harga tertinggi sebuah produk atau jasa dalam batas wajar pelanggan, sehingga kemungkinan besar mereka nantinya akan tetap membeli.
Namin, di antara WTP dan harga, sebenarnya yang dikeluarkan oleh pelanggan adalah “customer delight”. Sensasi ini bisa mereka rasakan setelah membeli produk atau jasa, karena mereka merasa bahwa nilai yang diperoleh akan sepadan atau lebih dari apa yang mereka telah bayarkan.
Bila mereka sudah puas, maka brand loyalty pun akan terbentuk secara otomatis. Untuk itu, sangat penting sekali untuk memikirkan WTP agar bisa merasakan dampak jangka panjangnya.
2. Harga
Selanjutnya, terdapat harga akhir yang ditetapkan pada suatu produk ataupun jasa. Idealnya, penentuan harga ini berada di tengah-tengah, antara komponen WTP dan juga biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh perusahaan.
Penentuan harga ini menjadi indikator kepuasan pelanggan dan nantinya perusahaan tetap memperoleh keuntungan yang telah diinginkan.
3. Biaya yang Dikeluarkan
Dalam menentukan harga di dalam value based pricing, biaya yang dikeluarkan adalah komponen yang tidak boleh untuk dilewatkan. Biaya ini mencakup semua komponen barang atau jasa, dari mulai yang terlihat pada produk akhir, hingga yang tidak terlihat.
4. Willingness to Sell (WTS)
Willingness to sell (WTS) adalah komponen yang berhubungan dengan supplier, yakni harga paling rendah yang bisa dibayarkan oleh suatu perusahaan pada pemasoknya.
Baca juga: Technopreneur: Pengertian, Contoh, Tujuan, dan Cara Menjadi Technopreneur
Penutup
Demikianlah penjelasan dari kami tentang value based pricing. Jadi, saat ingin menggunakan strategi ini, Anda harus mengetahui apa perbedaan produk Anda dari produk lainnya.
Selain itu, jangan lupa juga untuk mempertimbangkan berbagai jenis komponen dan faktor, agar strategi yang Anda jalankan bisa optimal dan tidak menyerang balik Anda.
Namun dalam menentukan harga ini, tentu Anda harus mengetahui kondisi keuangan Anda terlebih dahulu lewat laporan keuangan. Nah, Anda bisa lebih mudah dan #lebihbaik dalam membuat laporan keuangan menggunakan software akuntansi dan bisnis dari Accurate Online.
Aplikasi ini mampu menyajikan lebih dari 200 jenis laporan keuangan pada Anda secara otomatis, cepat, dan akurat. Laporan tersebut juga bisa Anda akses di mana saja dan kapan saja Anda butuhkan. Sehingga, Anda bisa membuat keputusan yang tepat terkait penentuan harga produk.
Masih ragu dengan Accurate Online? Silahkan membuktikannya sendiri dengan klik tautan gambar di bawah ini.