Pengertian Capital Budgeting, 4 Metode, Tahapannya

oleh | Sep 20, 2024

source envato.

Capital Budgeting: Pengertian, Manfaat, Metode, dan Prinsip Dasar

Capital budgeting merupakan salah satu proses penting dalam dunia bisnis, terutama bagi perusahaan yang ingin mengambil keputusan terkait investasi jangka panjang.

Apakah itu pembelian aset tetap, perluasan kapasitas produksi, atau pengembangan proyek baru, keputusan tersebut tidak bisa diambil secara sembarangan.

Capital budgeting berperan sebagai alat bantu analisis untuk menilai kelayakan proyek investasi dengan mempertimbangkan potensi keuntungan di masa depan dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan saat ini.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam pengertian capital budgeting, manfaatnya bagi perusahaan, berbagai metode yang digunakan dalam proses ini, serta prinsip-prinsip dasar yang mendasari pengambilan keputusan investasi yang cerdas.

Apa itu Capital Budgeting?

Capital budgeting pada dasarnya adalah suatu proses yang lengkap untuk menganalisa proyek dan untuk bisa menentukan proyek yang termasuk dalam suatu anggaran modal.

Hal ini bisa juga sebagai suatu proses perencanaan serta pengambilan keputusan terkait pembayaran dana dimana periode pengembalian dana tersebut sudah lebih dari satu tahun.

Batasan pada satu tahun sendiri tidak terlalu mutlak. Kategori pengeluaran ini termasuk di dalamnya biaya untuk pembelian pada setiap aset tetap, yakni tanah, bangunan, mesin, dan alat lainnya.

Biaya untuk dana iklan jangka panjang, proyek penelitian dan juga pengembangan pun turut termasuk dalam kategori investasi.

Sebagai gantinya, perusahaan memerlukan suatu prosedur tertentu untuk bisa menganalisa dan juga menyeleksi beberapa alternatif investasi yang tersedia.

Keputusan akan investasi ini akan menjadi sulit untuk dikerjakan karena memerlukan penilaian tentang situasi pada masa yang akan datang.

Sehingga memerlukan berbagai asumsi yang mendasari suatu estimasi pada situasi yang paling mendekati ataupun yang mungkin tidak akan terjadi, baik itu karena adanya faktor internal ataupun faktor eksternal.

Nilai investasi tersebut harus bisa dihitung sesuai dengan aliran arus kas perusahaan dan harus merupakan suatu keputusan yang paling tepat agar bisa menghindari berbagai risiko kerugian atas nilai investasi tersebut.

Umumnya, perusahaan akan membuat berbagai alternatif atau variasi investasi agar bisa berinvestasi dalam jangka waktu yang panjang, yakni berupa penambahan aset tetap seperti halnya tanah.

Aset tersebut adalah aset yang berpotensi yang merupakan sumber pendapatan yang potensial dan bisa dilihat dari suatu perusahaan.

Nah, capital budgeting dan keputusan keuangan ini harus diperlakukan secara terpisah.

Jika investasi yang diajukan sudah ditentukan untuk bisa diterima, maka manajer keuangan kemudian memilih cara pembayaran yang paling baik.

  • Anggaran (budget) adalah adalah suatu rencana rinci yang sudah memproyeksikan cash flow masuk dan keluar selama beberapa waktu pada waktu yang akan datang.
  • Sebuah rencana rinci yang memproyeksikan aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama beberapa periode pada saat yang akan datang.
  • Capital budget adalah suatu garis besar rencana pengeluaran pada aktiva tetap.
  • Capital budgeting juga bisa diartikan sebagai proses menyeluruh untuk menganalisis berbagai proyek dan menentukan hal apa saja yang akan dimasukkan di dalam anggaran modal.
  • Proses mengumpulkan, menyeleksi, mengevaluasi, dan menentukan alternatif cara penanaman modal yang nanti akan memberikan penghasilan untuk perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.

Baca juga: Budgeting: Pengertian, Tujuan, Proses dan Prinsipnya

Manfaat Capital Budgeting

Manfaat utama dari penganggaran modal atau capital budgeting adalah untuk bisa mengetahui keperluan dana secara lebih detail.

Hal ini karena dana bisa terikat jangka waktu yang lebih dari setahun. Sehingga akan meminimalisir adanya over investment atau under investment.

Selain itu, capital budgeting juga dilakukan agar bisa mencegah terjadinya kesalahan dalam hal decision making.

Metode Analisis Capital Budgeting

metode capital budgeting

ilustrasi capital budgeting. source envato

Di tahun 2006 lalu, terdapat salah satu survei yang dilakukan oleh Graham.

Hasilnya, para CFO dari berbagai perusahaan yang melakukan analisa kelayakan investasi dari suatu proyek dengan menggunakan cara capital budgeting.

Para CFO melakukannya berdasarkan pada beberapa karakteristik tertentu, mulai dari perusahaan, P/E rasio, tingkat kredit, leverage, kebijakan dividen hingga perusahaannya sendiri.

Sementara itu, penilaian yang seringkali dilakukan untuk membuat keputusan adalah dengan Net Present Value (NPV) dan juga Internal Rate of Return (IRR).

Hal ini dilakukan untuk melengkapi analisis kelayakan usaha yang dilakukan dengan memperhitungkan Profitability Index (PI) dan Discounted Payback Period (DPP).

Berikut adalah beberapa metode yang digunakan untuk capital budgeting:

  • Net Present Value (NPV)

Berdasarkan definisinya, Net Present Value adalah salah satu cara dalam capital budgeting yang berfungsi untuk bisa mengukur nilai profitabilitas rencana investasi proyek dengan menggunakan suatu faktor nilai waktu dan juga uang.

Artinya, NPV adalah suatu selisih antara present value yang diperoleh dari nilai investasi yang ditanamkan pada aset saat ini dari penerimaan arus kas yang masuk di masa depan.

Perlu Anda garis bawahi bahwa aturan dasar pada investasi adalah menerima proyek bila nilai NPV nya adalah di atas angka nol. Hal ini sering disebut dengan NPV Rule.

Para ahli dan pakar berpendapat ada kelebihan dan juga kelemahan pada penggunaan keuntungan pada metode NPV seperti ini.

Bukan hanya penggunaannya yang sederhana saja, namun juga penggunaan nilai uang dalam menghitung nilai sesuai dengan arus kas yang didapatkan di masa depan.

Sehingga, terdapat suatu gambaran yang jelas tentang profitabilitas proyek yang lebih riil.

Adanya kekuatan dari cara evaluasi proyek ini adalah suatu penggunaan suku bunga kredit yang dipinjam oleh investor untuk bisa membiayai proyek sebagai suatu faktor pendiskontoan.

Hal tersebut akan mengakibatkan penggunaan metode NPV dianggap sangat terbatas.

  • Internal Rate of Return (IRR)

Para pakar dan ahli berpendapat bahwa IRR adalah suatu cara lain yang bisa digunakan untuk bisa mengevaluasi  profitabilitas rencana investasi dengan cara menghitung nilai waktu uang.

Berdasarkan pengertiannya, IRR adalah discount rate atau faktor pendiskontoan lain yang digunakan untuk mendiskonto seluruh cash inflows dan juga salvage value yang jelas menghasilkan banyak jumlah present value yang sama dalam jumlah investasi yang ada.

Jadi, dalam hal ini IRR mampu menggambarkan persentase keuntungan serealistis mungkin untuk bisa mendapatkan investasi barang ataupun modal proyek yang sudah direncanakan sebelumnya. Untuk rumusnya sendiri sama dengan rumus NPV.

Seperti yang sudah kita ketahui, di dalam NP, nilai yang dicari adalah nilai akhir, yaitu dengan menggunakan discount rateyang mana discount rate tersebut bisa didapatkan dari cost capital bila perusahaan menggunakan equity dan WACC terdapat debt.

Sementara itu, di dalam IRR yang dicari adalah nilai discount rate yang mampu memberikan nilai NPV sama dengan nol.

Apabila perhitungan pada IRR lebih besar daripada cost of capital, maka return yang dihasilkan pun jelas akan lebih besar daripada yang diharapkan.

Dengan adanya nilai return yang besar, maka proyek investasi tersebut pun akan bisa diterima.

Sebaliknya, bila nilai IRR lebih rendah daripada cost of capital, maka perkiraan return yang dihasilkan dari usulan investasi akan lebih kecil daripada yang diharapkan, sehingga proyek investasi tersebut akan menjadi tidak layak.

Ada beberapa kelebihan tertentu dari perhitungan IRR ini, diantaranya adalah dampak investasi yang akan bisa dilihat secara secara lebih jelas dalam suatu perhitungan.

Mulai dari menghitung seluruh arus kas masuk, hingga menghitung konsep time value of money serta resiko investasi yang nantinya akan bisa terjadi di masa depan.

Untuk kelemahannya sendiri, IRR menilai kebutuhan berdasarkan cost of capital, sehingga tidak bisa memberikan hasil yang maksimal pada pemilihan proyek berupa rasio, dan kurang mampu memberikan keputusan yang tepat untuk proyek mutually exclusive.

Baca juga: Apa itu Internal Rate of Return? Ini Pengertian dan Cara Menghitungnya Untuk Investasi

  • Profitability Index (PI)

Profitability Index adalah rasio dari present value dan cash flow setelah dilakukan kegiatan investasi awal pada tahun ke 0 dengan jumlah investasi pada awal tahun ke 0.

Sementara itu, jika nilai PI lebih kecil dari 1, maka proyek tersebut harus bisa ditolak.

  • Discounted Payback Period (PP)

PP atau Payback period adalah waktu yang diperlukan oleh suatu proyek investasi untuk bisa mengembalikan semua dana yang sudah diinvestasikan dalam proyek tersebut.

Cara ini adalah salah satu cara yang paling sederhana untuk melakukan evaluasi pantas atau tidaknya suatu proyek dilakukan.

Perhitungan yang digunakan di dalamnya juga cenderung sangat cepat karena berdasarkan intuisi umum yang biasa digunakan dalam dunia bisnis.

Suatu proyek dengan nilai PP yang kecil besar kemungkinan akan dipilih oleh perusahaan agar bisa dijalankan.

Karena, semakin kecil nilai pp pada suatu proyek, maka akan semakin kecil juga risiko yang dihadapi terkait kondisi yang tidak menentu di masa depan.

Baca juga: Budget Management: Metode, Manfaat, Strategi, Tipsnya

Tahapan Proses Capital Budgeting

Tahapan dalam capital budgeting adalah proses sistematis yang digunakan perusahaan untuk mengevaluasi, memilih, dan mengelola proyek investasi jangka panjang.

Setiap tahapan penting untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil tepat dan akan memberikan manfaat ekonomi di masa depan.

Berikut adalah tahapan utama dalam capital budgeting:

1. Identifikasi Proyek atau Peluang Investasi

Langkah pertama dalam capital budgeting adalah mengidentifikasi berbagai proyek atau peluang investasi potensial.

Hal ini bisa berupa proyek pengembangan produk baru, perluasan kapasitas produksi, pembelian aset tetap, atau proyek infrastruktur.

Contoh: Perusahaan mungkin perlu memutuskan apakah akan berinvestasi dalam pembelian mesin baru, membangun fasilitas produksi tambahan, atau masuk ke pasar baru.

2. Estimasi Arus Kas Proyek

Setelah proyek diidentifikasi, langkah berikutnya adalah memperkirakan arus kas masuk dan keluar (cash inflows and outflows) yang diharapkan dari proyek tersebut.

Hal ini melibatkan analisis biaya awal proyek (capital expenditures), serta proyeksi pendapatan dan biaya operasional selama masa manfaat aset atau proyek.

Contoh: Jika perusahaan membeli mesin baru, mereka harus memperkirakan biaya mesin, biaya operasional, serta penghematan atau peningkatan produktivitas yang dihasilkan dari penggunaan mesin tersebut.

3. Penentuan Biaya Modal (Cost of Capital)

Biaya modal adalah tingkat pengembalian minimum yang diharapkan oleh investor atas investasi mereka.

Hal ini juga dikenal sebagai tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang bersih (Net Present Value/NPV) dari arus kas proyek.

Biaya modal harus memperhitungkan baik ekuitas (equity) maupun utang (debt).

Contoh: Jika perusahaan mendanai proyek dengan pinjaman dan modal sendiri, mereka perlu menghitung rata-rata tertimbang dari biaya pinjaman dan modal ekuitas.

4. Evaluasi dan Analisis Proyek

Dalam tahap ini, perusahaan menggunakan berbagai teknik evaluasi capital budgeting.

Seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period, dan Profitability Index (PI) untuk menentukan kelayakan finansial proyek.

Metode Evaluasi:

  • NPV menghitung selisih antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan investasi awal.
  • IRR adalah tingkat pengembalian yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol.
  • Payback Period mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi awal.
  • Profitability Index menghitung rasio antara nilai sekarang dari arus kas dengan biaya investasi.

Contoh: Sebuah proyek dengan NPV positif dan IRR lebih tinggi dari biaya modal biasanya dianggap layak untuk diambil.

5. Pemilihan Proyek

Berdasarkan hasil dari evaluasi proyek, manajemen akan memilih proyek yang memberikan nilai tambah terbesar bagi perusahaan.

Proyek yang memberikan return tertinggi dengan risiko yang bisa dikelola biasanya menjadi prioritas.

Contoh: Jika perusahaan memiliki beberapa proyek yang layak secara finansial, mereka mungkin memilih proyek dengan NPV tertinggi atau IRR tertinggi, tergantung pada strategi bisnis perusahaan.

6. Pendanaan Proyek

Setelah proyek dipilih, langkah berikutnya adalah menentukan cara membiayai proyek tersebut.

Perusahaan bisa menggunakan sumber pendanaan internal seperti laba ditahan, atau sumber eksternal seperti penerbitan saham atau utang.

Contoh: Jika proyek membutuhkan pendanaan besar, perusahaan mungkin memilih untuk mengeluarkan obligasi atau memperoleh pinjaman dari bank untuk mendanai investasi tersebut.

7. Pelaksanaan Proyek

Setelah proyek dibiayai, perusahaan melanjutkan ke tahap pelaksanaan atau implementasi.

Pada tahap ini, perusahaan harus memastikan bahwa semua sumber daya, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan peralatan, tersedia untuk mendukung kelancaran pelaksanaan proyek.

Contoh: Dalam proyek perluasan fasilitas produksi, perusahaan harus memastikan kontraktor dan pemasok terlibat, serta timeline proyek dikelola dengan baik agar tidak ada penundaan atau pembengkakan biaya.

8. Pemantauan dan Pengawasan

Pemantauan secara berkelanjutan dilakukan untuk memastikan bahwa proyek berjalan sesuai rencana dan anggaran.

Setiap penyimpangan dari rencana awal harus diidentifikasi dan ditangani secepat mungkin untuk menghindari masalah di masa depan.

Contoh: Jika biaya operasional proyek lebih tinggi dari perkiraan awal, perusahaan harus menilai penyebabnya dan melakukan penyesuaian.

9. Evaluasi Pasca-Proyek

Setelah proyek selesai atau mencapai tahap operasional, perusahaan melakukan evaluasi untuk menilai kinerja finansial proyek.

Hal ini melibatkan perbandingan antara hasil aktual dengan proyeksi awal.

Tahap ini membantu perusahaan belajar dari proyek tersebut untuk pengambilan keputusan di masa depan.

Contoh: Jika hasil dari investasi tidak sesuai dengan proyeksi, perusahaan dapat menganalisis penyebabnya, seperti perubahan kondisi pasar atau perkiraan yang tidak akurat, untuk mencegah kesalahan serupa di proyek mendatang.

Baca juga: Zero Based Budgeting: Pengertian dan Perbedaannya Dengan Metode Anggaran Lain

Penutup

Demikianlah penjelasan dari kami tentang capital budgeting.

Jadi, bisa kita simpulkan bahwa Capital budgeting adalah proses lengkap untuk menganalisa proyek dan untuk bisa menentukan proyek yang termasuk dalam suatu anggaran modal.

Nah, agar lebih mudah lagi dalam menyusun budget perusahaan, Anda bisa menggunakan aplikasi akuntansi dari Accurate Online.

Aplikasi ini mampu membantu Anda dalam membuat berbagai jenis laporan keuangan, seperti laporan arus kas dan laporan laba rugi.

Selain itu, fitur di dalamnya juga akan lebih memudahkan Anda dalam melakukan kegiatan bisnis. Beberapa fitur tersebut adalah fitur persediaan, perpajakan, perbankan, dll.

Tertarik? Anda bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini:

bisnisukmbanner

Efisiensi Bisnis dengan Satu Aplikasi Praktis!

konsultasikan kebutuhan bisnismu dengan tim kami.

Jadwalkan Konsultasi

artikel-sidebar

Natalia
Wanita lulusan S1 Bisnis Manajemen yang sering membagikan berbagai ilmunya dalam bidang bisnis secara menyeluruh kepada masyarakat, mulai dari tips, ide bisnis, dan masih banyak lagi.

Artikel Terkait