Cara Membuat Jurnal PPN Masukan dan Keluaran

oleh | Agu 16, 2024

source envato.

Apa itu Jurnal PPN? Ini Pengertian dan Cara Membuatnya!

Dalam kegiatan akuntansi pajak, Anda memerlukan pemahaman yang mendalam tentang perpajakan agar nantinya tidak terjadi kesalahan dalam pencatatan jurnal.

Salah satunya yang perlu anda kuasai adalah PPN atau Pajak Pertambahan Nilai.

Nah, untuk itu Anda harus memahami cara membuat jurnal PPN Masukan dan keluar.

Pada kesempatan kali ini, mari kita bahas bersama tentang jurnal PPN dan cara Membuatnya dengan Mudah.

Apa itu Jurnal Pajak Pertambahan Nilai?

Secara singkat, Jurnal PPN adalah pencatatan akuntansi atas PPN yang melekat dalam sebuah jurnal transaksi umum, baik itu pada transaksi penjualan ataupun pembelian.

Perlu Anda ketahui bahwa pihak yang akan dikenakan kewajiban untuk memungut PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah PKP atau Pengusaha Kena Pajak.

PKP akan diwajibkan untuk menarik PPN saat melakukan kegiatan penjualan barang atau jasa.

Pun sama halnya ketika PKP membeli barang atau jasa dari penyedia atau pemasok, PKP akan ditarik PPN oleh mereka.

PPN yang dibayar saat membeli barang atau jasa ini dikenal dengan pajak masukan.

Dalam kurun waktu satu bulan, semua pajak keluaran akan dikurangi dengan semua pajak masukan.

Bila selisihnya positif, yang mana pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan, maka PKP harus menyetorkan jumlah tersebut pada kas negara dengan menggunakan SSP atau Surat Setoran Pajak.

Namun bila selisihnya negatif, maka nantinya akan terjadi lebih bayar. Pihak PKP dapat menghitung kelebihan bayar ini dengan perhitungan di bulan selanjutnya.

Proses tersebut dikenal dengan kompensasi. Pihak PKP pun bisa meminta kembali kelebihan bayar tersebut dan prosesnya dikenal dengan restitusi pajak.

Bila PKP menjual barang atau jasa kena pajaknya, maka PKP memiliki hak untuk menarik PPN yang mana dalam hal ini dikenal dengan pajak keluaran.

Pun begitu juga sebaliknya, bila PKP melakukan kegiatan transaksi pembelian atau menerima barang atau jasa kena pajak, maka PKP akan ditarik pajak masukan.

Pembuatan jurnal PPN masukan atau keluaran memiliki peran yang penting dalam semua transaksi pembelian atau penjualan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP)

Hal tersebut akan sangat dibutuhkan sebagai fungsi analisis agar bisa menentukan perkiraan yang bisa di debit dan perkiraan yang akan dikredit, lengkap dengan jumlah masing-masingnya.

Pembuatan jurnal PPN juga dilakukan sebagai pencatatan pada seluruh kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan PPN.

Baca juga: Cara Mencatat 4 Jenis Jurnal Pembelian & Contohnya

Cara Membuat Jurnal PPN Keluaran

Ketika terjadi penarikan PPN oleh pihak PKP, maka pajak keluaran yang ditarik tersebut adalah milik negara, sehingga pajak keluaran tersebut memiliki status utang bagi pihak PKP.

Sebagai contoh, pada tanggal 05 Mei 2020, PT ABC menjual produknya seharga Rp 200.000.

Nah, pajak keluaran yang dipungut pada saat itu adalah Rp 20.000 atau 10% dari harga jual. Tarif tersebut ditarik sebelum diberlakukannya tarif PPN baru, yaitu 11% di tahun 2022.

Untuk jurnal PPN pada saat penjualan tersebut adalah sebagai berikut:

jurnal PPN

Berdasarkan gambar di atas, bisa kita lihat bahwa kas yang diterima adalah sebesar Rp 220.000, yakni harga jual dan PPN yang ditarik.

Nilai penjualannya adalah seharga Rp 200.000, sedangkan utang pajak keluarannya adalah Rp 20.000.

Bila penjualannya dilakukan secara kredit, maka akun kas harus diganti dengan akun piutang dagang.

Baca juga: Subjek PPN: Klasifikasi dan Kewajibannya dalam Perpajakan

Cara Membuat Jurnal PPN Masukan

Jurnal PPN masukan memiliki status piutang, pasalnya PPN yang sudah dibayar bisa diklaim ke negara.

Akun pajak masukan ini bisa dilihat di dalam bagian kredit dalam jurnal akuntansi.

Contohnya, di tanggal 10 November 2020, PT ABC melakukan transaksi pembelian barang untuk persediaan barang dagangannya dari PT XYZ.

Harga beli produk barang tersebut adalah Rp 50.000 dan PPN masukan yang harus dibayar adalah Rp 5000. Jurnal akuntansinya adalah sebagai berikut:

Berdasarkan gambar di atas, kas yang dikeluarkan oleh PT ABC adalah Rp 55.000, yang didalamnya terdiri dari harga beli seharga Rp 50.000 dan PPN masukannya adalah 10% dari harga beli, yaitu Rp 5.000.

Bila pembeliannya dilakukan secara kredit, maka akun kas harus diganti dengan utang dagang.

Baca juga: PPN Tarifnya Berubah Jadi 11%, Begini Cara Menghitungnya!

Cara Membuat Jurnal PPN Penjualan Tunai dan Kredit

Agar pencatatan PPN lebih terstruktur dan sesuai dengan aturan perpajakan, perusahaan wajib membuat jurnal PPN, baik untuk penjualan tunai maupun kredit.

Berikut kami jelaskan caranya:

Cara Membuat Jurnal PPN Penjualan Tunai

Pada penjualan tunai, penjual langsung menerima pembayaran dari pembeli saat transaksi terjadi.

Jurnal PPN untuk penjualan tunai mencatat dua hal: pendapatan dari penjualan barang atau jasa dan pajak keluaran yang harus disetorkan kepada pemerintah.

Contoh:

Misalkan perusahaan menjual barang seharga Rp 10.000.000 (belum termasuk PPN) dengan PPN 11%.

  • Nilai Penjualan: Rp 10.000.000
  • PPN (11%): Rp 1.100.000
  • Total yang diterima dari pembeli: Rp 11.100.000

Jurnal Penjualan Tunai:

Kas/Bank (debit):              Rp 11.100.000
Penjualan (kredit):       Rp 10.000.000
PPn Keluaran (kredit): Rp 1.100.000

Di sini, “Kas/Bank” didebit karena pembayaran diterima, dan “Penjualan” serta “PPN Keluaran” dikredit.

Cara Membuat Jurnal PPn Penjualan Kredit

Pada penjualan kredit, pembeli belum langsung membayar saat transaksi terjadi, sehingga piutang dagang muncul.

Contoh:

Misalkan perusahaan menjual barang secara kredit dengan harga Rp 10.000.000 (belum termasuk PPN) dengan PPN 11%.

  • Nilai Penjualan: Rp 10.000.000
  • PPN (11%): Rp 1.100.000

Total yang harus dibayar pembeli: Rp 11.100.000

Jurnal Penjualan Kredit:

Piutang Dagang (debit):                    Rp 11.100.000
Penjualan (kredit):                          Rp 10.000.000
PPN Keluaran/Utang PPN (kredit): Rp 1.100.000

Di sini, “Piutang Dagang” didebit karena belum ada pembayaran yang diterima, dan “Penjualan” serta “PPN Keluaran” dikredit.

Baca juga: Karakteristik PPN dan Ciri Khasnya yang Perlu Anda Ketahui Sebagai WP

Jurnal Akuntansi Pembayaran PPN

Baik PPN keluaran dan PPN Masukan selama satu bulan harus diperhitungkan di dalam SPT Masa PPN.

Bila pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan, maka PKP harus membayar selisihnya pada kas negara.

Berdasarkan contoh di atas, dengan asumsi bahwa tidak ada transaksi lain, maka jurnal akuntansinya adalah sebagai berikut:

Adanya selisih pajak keluaran atas pajak masukan di atas adalah Rp 15.000, sehingga PKP harus melunasinya.

Baca juga: Apa Itu Pajak Pertambahan Nilai? Mari Ketahui Secara Terperinci

Penutup

Demikianlah beberapa hal yang harus Anda pahami dari jurnal PPN Masukan dan keluaran.

Jadi, membuat jurnal adalah suatu hal yang sangat penting yang harus dilakukan oleh suatu badan usaha.

Namun, kini Anda sudah tidak perlu lagi repot-repot membuat jurnal PPN secara manual, karena Anda bisa menggunakan aplikasi bisnis dari Accurate Online.

Di dalamnya sudah dilengkapi dengan fitur perpajakan terintegrasi yang akan membantu Anda dalam membuat jurnal PPN secara otomatis, cepat dan akurat.

Dengan adanya fitur ini, Anda juga bisa menyimpan nomor faktur pajak, hingga melakukan ekspor CSV pada PPN Keluaran, PPh 23, PPh 32 dan PPN Masukan.

Jadi tunggu apa lagi? Ayo segera daftarkan bisnis Anda sekarang juga dan coba gratis Accurate selama 30 hari dengan klik banner di bawah ini.

ekonomikeuanganbanner

Efisiensi Bisnis dengan Satu Aplikasi Praktis!

Konsultasikan kebutuhan bisnismu dengan tim kami.

Jadwalkan Konsultasi

artikel-sidebar

Ibnu
Lulusan S1 Ekonomi dan Keuangan yang menyukai dunia penulisan serta senang membagikan berbagai ilmunya tentang ekonomi, keuangan, investasi, dan perpajakan di Indonesia

Artikel Terkait