Pengertian Behavioral Finance dan 8 Bias yang Ada di Dalamnya
Jika Anda pernah melakukan pertimbangan yang lama dan matang tentang keinginan untuk berbelanja, maka pertimbangan tersebut dikenal dengan behavioral finance.
Pada dasarnya, behavioral finance adalah salah satu teori dan sub bidang behavioral economic yang di dalamnya menjelaskan alasan suatu individu atau seseorang mengambil keputusan keuangan tertentu.
Laman resmi Investopedia menjelaskan bahwa behavioral finance bisa dianalisis agar bisa memahami hasil ekonomi yang berbeda di setriap sektor dan juga industri.
Nah, agar lebih jelas lagi tentang behaviral finance, baca terus artikel di bawah ini hingga selesai.
Daftar Isi
Apa itu Behavioral Finance
Masih berdasarkan laman Investopedia, behavioral finance adalah sebuah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana faktor-faktor psikologis, perilaku, dan emosional manusia mempengaruhi keputusan-keputusan keuangan, termasuk keputusan investasi dan pengelolaan keuangan.
Behavioral finance mencoba untuk menjelaskan perilaku investor yang tidak dapat dijelaskan oleh model keuangan tradisional yang hanya memperhitungkan faktor-faktor rasional seperti risiko dan pengembalian.
Beberapa faktor perilaku yang dipelajari oleh behavioral finance antara lain, kecenderungan manusia untuk mengambil risiko yang tidak proporsional dengan imbal hasilnya, kecenderungan untuk menyimpan investasi yang tidak menguntungkan untuk waktu yang lama, efek psikologis dari keuntungan dan kerugian yang berbeda, serta efek dari berbagai bias kognitif dan emosional.
Dengan memahami faktor-faktor perilaku ini, behavioral finance berharap dapat memberikan wawasan baru untuk membantu investor mengambil keputusan keuangan yang lebih bijaksana dan menghindari kesalahan yang seringkali terjadi karena faktor-faktor psikologis yang tidak disadari.
Baca juga: Pengertian Financial Health dan 7 Cara Mudah Meningkatkannya
Konsep Utama Behavioral Finance
Beberapa konsep utama dalam behavioral finance antara lain:
1. Heuristik dan Bias
Heuristik adalah aturan praktis yang digunakan oleh manusia untuk mempermudah pengambilan keputusan. Namun, seringkali heuristik ini dapat menghasilkan bias yang dapat memengaruhi keputusan keuangan. Contoh dari heuristik dan bias ini termasuk overconfidence bias, framing effect, dan availability bias.
2. Kecenderungan Untuk Mengambil Risiko
Behavioral finance menunjukkan bahwa manusia sering kali terlalu percaya diri dan cenderung untuk mengambil risiko yang lebih besar dari yang seharusnya. Hal ini dapat mengarah pada keputusan investasi yang tidak bijaksana dan kerugian yang besar.
3. Teori Prospek
Teori prospek adalah teori yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mempertimbangkan kerugian dengan lebih besar daripada keuntungan. Hal ini dapat mempengaruhi keputusan investasi karena manusia lebih cenderung untuk menghindari kerugian daripada mencari keuntungan.
4. Efek Kelompok
Manusia cenderung terpengaruh oleh pandangan kelompok dan sering kali mengikuti arus mayoritas. Hal ini dapat menyebabkan pembentukan gelembung pasar atau bubble, di mana harga saham meningkat secara tidak realistis sebelum akhirnya jatuh secara dramatis.
5. Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Emosional
Kondisi emosional dapat memengaruhi pengambilan keputusan keuangan dan menyebabkan keputusan yang tidak rasional. Contoh kondisi emosional yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan termasuk kecemasan, euforia, dan depresi.
Dengan memahami konsep-konsep ini, behavioral finance berharap dapat membantu investor untuk mengambil keputusan keuangan yang lebih rasional dan bijaksana.
Baca juga: Pengertian Credit Enhancement dan 5 Jenisnya dalam Dunia Finansial
Bias-Bias Behavioral Finance
Ada banyak jenis bias atau penyimpangan perilaku yang dipelajari oleh behavioral finance. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Bias Konfirmasi
Kecenderungan manusia untuk mencari dan mengingat informasi yang memperkuat keyakinan atau pandangan yang sudah ada dan mengabaikan atau lupa pada informasi yang tidak sejalan dengan keyakinan tersebut.
2. Availability Bias
Kecenderungan manusia untuk memperhitungkan kemungkinan suatu peristiwa terjadi berdasarkan seberapa mudah kita dapat mengingat atau membayangkan peristiwa tersebut.
3. Representativeness Bias
Kecenderungan manusia untuk mengklasifikasikan atau menilai suatu objek atau kejadian berdasarkan kesamaannya dengan prototipe atau konsep yang sudah ada dalam pikiran.
4. Overconfidence Bias
Kecenderungan manusia untuk merasa terlalu percaya diri terhadap kemampuan dan pengetahuannya, sehingga cenderung mengambil risiko yang tidak seimbang dengan imbal hasilnya.
5. Herding Bias
Kecenderungan manusia untuk mengikuti arus mayoritas atau memilih tindakan yang disetujui oleh kelompok, bahkan jika tindakan tersebut tidak rasional.
6. Anchoring Bias
Kecenderungan manusia untuk terlalu terikat pada informasi awal yang diperoleh dan menggunakan informasi tersebut sebagai acuan dalam mengambil keputusan.
7. Loss Aversion Bias
Kecenderungan manusia untuk lebih merasa terganggu oleh kerugian dibandingkan keuntungan dalam jumlah yang sama.
8. Status Quo Bias
Kecenderungan manusia untuk mempertahankan status quo atau tidak melakukan perubahan dari keadaan yang sudah ada, bahkan jika perubahan tersebut lebih menguntungkan.
Dalam praktiknya, bias-bias tersebut dapat menyebabkan investor mengambil keputusan yang tidak rasional dan mengakibatkan kerugian finansial. Oleh karena itu, memahami bias-bias tersebut adalah penting dalam membantu investor menghindari kesalahan dalam mengambil keputusan keuangan.
Baca juga: Pengertian Financial Forecasting dan 5 Manfaatnya yang Mampu Prediksi Keuangan Perusahaan
Penutup
Demikianlah penjelasan dari kami tentang behavioral finance. Jadi, behavioral finance adalah cabang ilmu keuangan yang mempelajari bagaimana faktor psikologis dan perilaku manusia dapat memengaruhi pengambilan keputusan investasi dan kinerja pasar keuangan.
Dalam behavioral finance, investor dianggap sebagai individu yang memiliki preferensi dan bias-bias tertentu, yang dapat memengaruhi keputusan investasi mereka.
Beberapa konsep utama dalam behavioral finance meliputi heuristik dan bias, kecenderungan untuk mengambil risiko, teori prospek, efek kelompok, dan pengambilan keputusan dalam kondisi emosional.
Dalam mempelajari behavioral finance, investor dapat memahami bias-bias tersebut dan meningkatkan pengambilan keputusan investasi mereka.
Intinya, behavioral finance menunjukkan bahwa pengambilan keputusan investasi tidak hanya didasarkan pada analisis rasional dan kalkulasi matematis, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis dan perilaku manusia.
Dengan memahami faktor-faktor ini, investor dapat menghindari kesalahan dalam pengambilan keputusan dan meningkatkan kinerja portofolio investasi mereka.
Namun jika Anda belum siap untuk berinvestasi, #lebihbaik Anda mengivestasikan uang Anda pada pengembembangan bisnis dengan menggunakan sistem yang mampu mengotomasi seluruh lini bisnis Anda, seperti dengan menggunakan Accurate Online.
Software akuntansi dan bisnis terlengkap di Indonesia ini mampu menyajikan lebih dari 200 jenis laporan keuangan dan bisnis secara otomatis, membantu Anda dalam mengelola persediaan stok di gudang, menyelesaikan pelaporan pajak usaha, melakukan kegiata jual-beli, dan masih banyak lagi.
Penasaran dengan Accurate Online? Klik tautan gambar di bawah ini untuk mencobanya langsung selama 30 hari, Gratis.