Sistem Ekonomi Tradisional: Pengertian, Ciri, Contoh, Kelebihan dan Kekurangannya
Sebelum sistem ekonomi berkembang sangat modern seperti sekarang ini, dulu dikenal juga dengan sebuah sistem yang lebih tradisional. Sistem ekonomi tradisional memiliki beberapa perbedaan yang sangat mencolok dan signifikan bila dibandingkan dengan sistem ekonomi modern sekarang ini. Agar dapat mengenal sistem ini lebih jauh, simak artikel ini selengkapnya.
Daftar Isi
Pengertian Sistem Ekonomi Tradisional
Dalam menjalankan perekonomian suatu negara, dibutuhkan sebuah sistem yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengalokasikan sumber daya milik negara tersebut pada seluruh rakyatnya. Sistem ekonomi masing-masing negara berbeda dengan negara lainnya.Â
Begitu pula dalam satu negara, sistem ekonomi juga bisa berbeda dari masa ke masa. Meski tidak semaju sekarang, pada masa lalu juga terdapat sebuah sistem ekonomi yang sama-sama bertujuan dalam pemenuhan hidup masyarakatnya.Â
Kebutuhan masyarakatnya juga masih sederhana, sehingga tidak membutuhkan sebuah sistem ekonomi yang rumit. Sistem ekonomi yang berlaku pada masa tersebut disebut sebagai sistem ekonomi tradisional.
Pada sistem ekonomi ini, tidak dibutuhkan campur tangan pemerintah terhadap setiap aktivitas ekonomi. Peran pemerintah pada masa itu hanya sebatas sebagai penjaga ketertiban dalam proses transaksi.Â
Proses transaksi yang terjadi sendiri menggunakan sistem konvensional barter atau saling bertukar barang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Dalam sistem barter ini, harga sekilo garam menjadi sama nilainya dengan sekilo daging sapi.
Baca juga: Penyebab Inflasi dan Cara Mengatasi Inflasi untuk Bisnis yang Lebih BaikÂ
Ciri-Ciri Sistem Ekonomi Tradisional
Masing-masing sistem ekonomi memiliki ciri-ciri yang akan membedakannya dengan sistem ekonomi yang lain. Perbedaan akibat ciri-ciri yang khas ini membuat masing-masing sistem ekonomi menjadi unik. Tidak terkecuali dengan sistem ekonomi tradisional yang memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut.
1. Menggunakan Metode Barter
Pada masa lampau ketika sistem ekonomi yang berkembang saat itu adalah sistem ekonomi yang tradisional adalah ketika manusia belum mengenal mata uang. Mata uang yang saat ini menjadi alat transaksi belum ditemukan, sehingga masyarakat pada masa itu menggunakan metode lainnya yakni saling menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang kebutuhannya.
Metode saling bertukar barang ini dikenal sebagai metode barter. Metode barter ini sangat berkembang pesat saat itu karena dinilai sangat efektif. Pada metode barter ini, orang datang ke pasar untuk saling bertukar barang dengan orang lain. Masing-masing membawa barang miliknya untuk ditukarkan dengan barang yang menjadi kebutuhannya.
Metode barter ini biasanya dilakukan antar komunitas yang tidak memiliki kesamaan produksi atau kebiasaan. Sebagai contoh antara komunitas pemburu daging babi dengan ikan. Mereka akan melakukan barter antara daging babi dan ikan, tanpa adanya mata uang sebagai perantara.
Baca juga: Pengertian Kebutuhan Sekunder, Faktor Mempengaruhi dan Contohnya
2. Peran Pemerintah yang Terbatas
Bila saat ini peran pemerintah sangat luas dalam mengatur sebuah sistem perekonomian negaranya, maka lain halnya ketika masa lalu. Pada masa ketika sistem perekonomian tradisional yang sedang berjalan, pemerintah hanya memiliki peran yang sangat terbatas dalam mengatur sistem perekonomian dan transaksinya.
Bahkan pemerintah dalam sistem perekonomian ini tidak terlibat secara langsung. Peran pemerintah ketika masa ekonomi tradisional hanya sebatas untuk menjaga agar proses barter di pasar dapat berjalan dengan tertib. Mereka tidak mengatur bagaimana transaksi berjalan sebagaimana sistem ekonomi yang berlaku saat ini.
Baca juga: Auditor Keuangan: Pengertian, Tanggung Jawab, Jenis, Opini, dan Prosedurnya
3. Berkembang di Sebuah Komunitas
Ciri khusus lainnya dalam sistem perekonomian tradisional ini adalah perkembangan dan pengaruhnya hanya sebatas komunitas tertentu. Bahkan terkadang ruang lingkupnya lebih sempit karena hanya beberapa keluarga saja.Â
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara ekonomi, mereka menggunakan cara-cara tradisional yang diajarkan turun-temurun dari orang yang lebih tua. Sistem perekonomian tradisional ini berkembang pada sebuah komunitas kecil yang dalam kehidupannya sering berpindah-pindah atau nomaden.Â
Komunitas kecil ini biasanya tinggal di daerah yang cukup luas untuk menemukan cukup makanan. Selain itu mereka mengikuti kebiasaan hewan dalam bermigrasi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Masing-masing komunitas juga sangat menggantungkan diri pada sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Sehingga tidak jarang mereka harus berkompetisi dengan komunitas lain untuk memperebutkan sumber daya alam yang sama tersebut.
4. Memproduksi Sesuai Kebutuhan
Salah satu ciri utama dalam sistem perekonomian tradisional adalah produksi yang terbatas. Mereka memproduksi sesuai dengan kebutuhannya sendiri atau kelompoknya. Sangat jarang ditemukan terjadinya kelangkaan atau kelebihan bahan makanan.Â
Mereka memproduksi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dengan tepat agar berlebih dan terbuang atau kekurangan. Dalam memproduksi kebutuhannya, mereka juga menggunakan metode yang sangat sederhana dan erat dengan tradisi.Â
Metode ini mereka pelajari secara turun-temurun dan umumnya apa yang diproduksi tetap. Sehingga sangat mustahil terjadinya persaingan dan perdagangan karena produksi mereka cukup. Hal tersebut juga memunculkan kondisi kehidupan yang tenang tanpa upaya untuk mencari keuntungan.
Download eBook Panduan dan Template Pembukuan Sederhana dengan Excel untuk Bisnis Kecil
5. Mulai Berkembang Setelah Mengenal Sistem Pertanian
Semula sistem perekonomian tradisional lebih erat kaitannya dengan sistem nomaden. Mereka berpindah-pindah dalam waktu tertentu sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka juga memperhatikan kebiasaan migrasi hewan dan mengikutinya.Â
Sistem nomaden ini erat juga kaitannya dengan kekeluargaan dan gotong royong. Sistem ini kemudian berangsur-angsur ditinggalkan ketika manusia mulai mengenal sistem pertanian. Ketika sistem pertanian dikenal, memunculkan kondisi ketika mereka mengalami surplus bahan makanan.Â
Agar tidak percuma mereka kemudian menggunakannya untuk melakukan transaksi perdagangan. Sistem ini pulalah yang kemudian membuat mereka menciptakan mata uang sebagai fasilitas perdagangan yang lebih dapat bertahan lama.
Baca juga: Fungsi Pajak Bagi Negara? Mari Ketahui Lebih Dalam
Contoh Sistem Ekonomi Tradisional
Sistem perekonomian tradisional berkembang dengan menggunakan metode barter dalam melakukan transaksi. Metode ini menjadi salah satu yang membedakan sistem ekonomi yang berkembang saat itu dengan sistem ekonomi modern saat ini.Â
Dalam metode barter, masing-masing orang atau komunitas menukarkan barang kepunyaannya dengan apa yang dibutuhkannya. Sebagai contoh, seorang petani membutuhkan daging sapi dengan membawa satu kilogram beras ke sebuah tempat yang disebut pasar.Â
Dalam pasar tersebut, ia bertemu dengan seorang yang membawa satu kilogram daging sapi dan membutuhkan beras. Sehingga terjadi transaksi pertukaran barang antara keduanya.
Bila ditilik pada masa sekarang, tentu saja kedua hal tersebut tidak senilai. Bagi masa sekarang, tentu satu kilogram daging sapi lebih tinggi nilainya dibanding satu kilogram beras. Namun, karena pada masa itu keduanya saling membutuhkan, maka pertukaran tersebut menguntungkan bagi satu sama lain.
Baca juga: PPh Pasal 21: Pengertian, Tarif, dan Cara Penghitungannya
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Ekonomi Tradisional
Kelebihan Sistem Ekonomi Tradisional
Adat dan tradisi menentukan distribusi sumber daya. Akibatnya, hanya akan ada sedikit gesekan antar anggota. Semua orang tahu kontribusi mereka terhadap produksi, apakah itu sebagai petani, pemburu, atau penenun.
Para anggota juga mengerti apa yang akan mereka terima. Bahkan jika mereka tidak puas, mereka tidak bisa memberontak. Mereka mengerti bahwa itulah yang membuat masyarakat terus bersama dan sistem ini berfungsi selama beberapa generasi.
Karena ekonomi tradisional biasanya hanya ada pada komunitas kecil, mereka tidak destruktif terhadap lingkungan seperti ekonomi modern. Proses ekonomi ini tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan jauh melebihi kebutuhan mereka. Itu membuat mereka lebih berkelanjutan daripada ekonomi modern.
Kekurangan Sistem Ekonomi Tradisional
Ekonomi tradisional terpapar pada perubahan alam, terutama cuaca. Karena alasan ini, ekonomi tradisional membatasi pertumbuhan populasi. Ketika panen atau perburuan buruk, orang-orang kelaparan.
Mereka juga rentan terhadap ekonomi pasar atau komando. Masyarakat sering mengkonsumsi sumber daya alam yang menjadi andalan ekonomi tradisional atau mereka berperang.
Misalnya, pengembangan minyak Rusia di Siberia telah merusak ekosistem air dan tundra. Itu telah mengurangi penangkapan ikan tradisional dan penggembalaan rusa untuk ekonomi tradisional di daerah tersebut.
Baca juga: Apa Itu Restrukturisasi Kredit? Ini Pengertian, Manfaat, dan Contohnya
Kesimpulan
Itulah beberapa hal yang harsu Anda tahu mengenai sistem ekonomi tradisional. Memang saat ini sistem ekonomi tersebut sudah jarang digunakan, namun sistem tersebut merupakan cikal bakal sistem ekonomi modern yang kita kenal sekarang.
Jika Anda adalah pemilik bisnis dan sedang mengalami kesulitan untuk pengelolaan pembukuan usaha, Anda bisa mencoba menggunakan software akuntansi yang mudah digunakan dan sesuai dengan kebutuhan bisnis seperti Accurate Online.
Accurate Online adalah software akuntansi berbasis cloud yang sudah dipercaya oleh lebih dari 300 ribu pengguna dari berbagai jenis bisnis di Indonesia mulai dari UMKM sampai perusahaan manufaktur. Jika Anda tertarik, Anda juga bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama sebulan melalui tautan pada gambar di bawah ini: