Pengertian Perang Dagang dan Pengaruhnya Dalam Dunia Ekonomi Mancanegara

by | Apr 5, 2021

source envato.

Saat kita membahas tentang ekonomi, setiap negara tentunya mempunyai kedaulatan untuk membuat kebijakannya sendiri-sendiri.

Walaupun begitu, bukan berarti kebijakan tersebut bisa dibuat dengan asal-asalan.

Karena, kebijakan ekonomi tersebut akan berdampak juga pada negara lain, dan jika tidak tepat tentu akan menyebabkan perang dagang antar negara.

Perang dagang Amerika-China kini memasuki fase yang lebih intens di 2025. Presiden Trump telah meningkatkan tarif impor produk China secara dramatis, dari 84% pada awal April 2025 hingga mencapai 125% beberapa minggu kemudian. Ini jauh lebih agresif dibandingkan tarif 25% pada masa jabatan pertamanya

Dampaknya terasa luas, pesanan dari bisnis kecil China ke AS menurun drastis, sementara perusahaan teknologi AS seperti Tesla mengalami gangguan produksi akibat tingginya tarif komponen dari China.

Pengecualian tarif untuk beberapa sektor menunjukkan posisi AS yang sebenarnya masih bergantung pada rantai pasok China untuk berbagai industri strategis.

Apa itu Perang Dagang?

Perang merujuk pada terjadinya permusuhan ataupun ketegangan antar kedua belah pihak.

Perang ini tidak melulu harus menggunakan senjata, perang juga bisa terjadi dalam upaya mempertahankan dan menjaga stabilitas ekonomi di suatu negara.

Untuk itu, perang dagang adalah suatu ketegangan ekonomi yang terjadi antar dua negara yang sebelumnya sudah saling bekerjasama dan terikat dalam hubungan dagang.

Dalam kamus ekonomi dijelaskan bahwa perang dagang adalah suatu konflik ekonomi yang dilakukan dengan memberlakukan kebijakan pembatasan impor pada dua negara yang terlibat.

Pembatasan impor ini mencakup meningkatkan harga bea masuk barang, melarang barang tertentu untuk dapat diimpor, membuat standar barang yang masuk menjadi sangat tinggi, barang yang sudah masuk harus dilakukan pengujian ulang serta memperoleh sertifikasi tambahan, dan masih banyak lagi.

Tujuan dari dilakukannya perang dagang adalah demi merugikan perdagangan negara yang satu dengan yang lainnya.

Nah, pernyataan Presiden Donald Trump beberapa tahun lalu terkait eskalasi bea masuk tarif impor untuk berbagai produk dari China, khususnya aluminium dan baja ini memicu adanya perang dagang dengan negara China.

Kenapa begitu? Karena AS adalah pasar produk baja dan alumunium terbesar dari China. Sederhananya, China adalah supplier baja di pasar AS.

China pun memberikan reaksi yang sama, negara tersebut meningkatkan bea masuk tarif impor untuk berbagai produk AS, khususnya kedelai, minuman anggur, dan juga buah.

Untuk AS, China adalah pasar yang paling besar, sehingga AS menjadi negara pemasok paling besar bagi produk-produk tersebut di China.

Baca juga: 10 Contoh Kelangkaan Ekonomi di Indonesia dan Efeknya

Pengaruhnya Bagi Perekonomian Suatu Negara

Perang dagang yang dilakukan antara AS dan China ini malah menyandera perdagangan kedua negara.

Selain merugikan negara lawannya, pembatasan impor ini juga merugikan perekonomian di dalam negeri.

Kenapa? Karena dengan meningkatnya tarif masuk bea impor aluminium dan baja dari China, maka jumlah impor atas kedua produk ini pasti akan berkurang. Selain itu, kedua jenis produk ini menjadi lebih sulit ditemukan di pasar AS.

Hal tersebut tentunya menghambat proses produksi berbagai perusahaan di As yang menggunakan bahan baku alumunium dan juga baja.

Walaupun ada, harganya pasti sangat mahal. Meningkatnya harga bahan baku tersebut jelas akan mempengaruhi harga produk akhir yang siap jual.

Jadi, konsumen yang memerlukan produk tersebut juga harus rela terkena dampaknya, yaitu harus membayar mahal pada produk yang diperlukannya tersebut.

Pun sama halnya dengan China, pembatasan impor untuk berbagai produk dari As, khusus minuman anggur, kedelai, buah, mobil, pesawat, dll, akan berdampak pada perekonomian dalam negeri China.

Tingkat perkembangan ekonomi dan laju inflasi yang lambat pun harus rela dialami oleh berbagai negara yang terlibat di dalam perang dagang.

Lalu, siapa yang memenangkan perang dagan ini? Seperti yang sudah kita ketahui bersama, kedua negara ini sama-sama memiliki perekonomian yang sangat kuat.

Tapi jika kita bandingkan antar keduanya, maka perekonomian China jelas lebih kuat daripada AS.

Dalam beberapa tahun belakang, China mengalami perkembangan ekonomi yang sangat tinggi, yang lalu menjadikannya sebagai negara dengan ekonomi yang kuat.

Selain melakukan pembangunan ekonomi di dalam negeri, China pun melakukan investasi pada beberapa negara, seperti Hong Kong, Australia, Pakistan, Singapura, Afrika Selatan, Sri Lanka, Rusia, Kanada, dan Indonesia.

Walaupun sebagian produk keperluan China ini dipasok dari AS, tapi secara kuantitas malah AS yang lebih banyak mengimpor produk keperluannya dari China.

Itu artinya, ketergantungan negara AS pada China justru lebih besar. Jadi, siapakah yang memenangkan perang ini?

Baca juga: Hiperinflasi: Pengertian, Faktor dan Contoh Negara yang Terkena Hiperinflasi

Dampaknya Perekonomian Negara Lain

Bila perang dagang hanya melibatkan kedua negara saja, lantas apakah akan berpengaruh pada kegiatan ekonomi negara lain? Bisa saja. Dampak yang dirasakan bisa positif dan juga negatif.

Dampak positifnya adalah negara lain memiliki kesempatan yang bagus untuk menjadi pihak pemasok pada negara yang terlibat perang dagang.

Adanya kegiatan pembatasan impor yang diberlakukan oleh China dan As akan berdampak pada keterbatasan produk keperluan kedua negara.

Meningkatnya harga bea masuk impor yang diberlakukan oleh AS atas China, akan mendorong China untuk mencari negara lain yang bisa menjadi pemasok produk keperluannya.

Pun sama halnya dengan AS. Oleh karena itu, perang dagang yang terjadi antara AS dan China ini memberikan peluang untuk negara lain agar bisa masuk pada pasar kedua negara yang sedang bersitegang secara ekonomi.

Dampak negatifnya, pembatasan impor produk aluminium dan baja dari China oleh AS ini membuat China mencari pasar di negara lain.

Itu artinya, China akan meningkatkan penjualan produk aluminium dan baja pada beberapa negara lainnya, termasuk Indonesia.

Hal tersebut tentu akan meresahkan produsen baja dalam negeri yang sebelumnya sudah merajai pasar dalam negeri.

Lantas, bagaimana dengan nasib konsumen? Umumnya, konsumen pada negara yang tidak terlibat perang dagang tidak akan terkena dampaknya.

Justru dengan masuknya produk dari AS ataupun dari China akan memberikan mereka banyak pilihan, khususnya dalam hal harga.

Baca juga: Terbukti! Inilah 7 Sektor Bisnis yang Tahan Krisis

Apa yang Terjadi dalam Perang Dagang Sebelumnya?

Sebelum perang dagang antara AS dan China, sebelumnya juga sudah terjadi perang dagang.

Perang dagang ini dikenal dengan Smoot-Hawley Act yang kala itu disahkan oleh Kongres As di tahun 1930.

Kebijakan ini juga sangat sering disalahkan karena menjadi pemicu yang menyebabkan The Great Depression atau Depresi besar.

Undang-undang di dalamnya meningkatkan tarif AS dengan rata-rata sebanyak 20%. Kebijakan ini awalnya dilakukan untuk melindungi para petani di Amerika, lantas meluas dan berbagai industri lainnya pun merayu untuk bisa mendapatkan perlindungan.

Namun bila permintaan menurun, berbagai negara tersebut justru lebih memilih cadangan emasnya dengan mendevaluasi mata uang mereka atau memberlakukan lebih banyak lagi hambatan perdagangan. Sehingga, perdagangan global pun jatuh ke jurang yang sangat dalam.

Baca juga: 7 Dampak Negatif Perdagangan Internasional & Cara Memimalisirnya

Senjata Perang Dagang

Sebenarnya, masih ada banyak lagi senjata yang bisa digunakan untuk melakukan perang dagang.

Menghambat jalur investasi China di Amerika, yang beberapa tahun lalu dilakukan oleh Trump, hanyalah salah satunya saja.

Meremehkan ataupun memanipulasi lebih rendah mata uang negara lain adalah salah satu senjata lainnya yang bisa digunakan dalam perang dagang.

Berbagai negara selama bertahun-tahun lamanya sudah banyak yang menggunakan cara lain guna menghindari barang asing, dan melindungi perusahaan lokal, yang merupakan suatu kegiatan yang dikenal dengan merkantilisme.

Baca juga : Ekonomi Deskriptif: Pengertian, Ciri-Ciri Dan Contohnya

Perang Dagang Amerika dan China Terbaru 2025

Trump telah menaikkan tarif impor produk China hingga 145%, kebijakan proteksionisme yang sangat agresif.

Kebijakan ini didasarkan pada klaim bahwa China melakukan praktik perdagangan tidak adil, pencurian kekayaan intelektual, dan manipulasi mata uang.

Gedung Putih menyatakan tarif ini bertujuan meningkatkan daya saing AS dan memperkuat keamanan ekonomi nasional.

China membalas dengan menerapkan tarif 125% terhadap berbagai produk AS mulai 12 April 2025.

Beijing mengkritik kebijakan Trump sebagai “unilateral dan proteksionis” serta menyatakan siap berdialog, meskipun Trump bersikeras “bola ada di tangan China” untuk memulai pembicaraan dagang.

Dampak Ekonomi pada Masing-masing Negara

Pada AS

  • Rumah tangga AS diperkirakan mengalami kenaikan beban pajak rata-rata $1.300 per tahun 2025
  • Perusahaan yang bergantung pada rantai pasokan global seperti Tesla mengalami gangguan produksi

Pada China

  • Meskipun PDB China kuartal pertama 2025 melebihi ekspektasi, tarif AS 145% berpotensi “menghancurkan” akses China ke pasar AS
  • Pesanan dari bisnis kecil China ke AS mengalami penurunan drastis

Efek pada Negara Lainnya

Perang dagang ini mengganggu rantai pasokan global dan mempengaruhi negara-negara yang bergantung pada perdagangan dengan kedua raksasa ekonomi.

Gedung Putih mengklaim tarif Trump “memperkuat ekonomi AS”, namun banyak ekonom independen mempertanyakan klaim ini dan menyoroti biaya yang ditanggung konsumen dan bisnis AS.

Dampak Aturan Tarif Baru Amerika Terhadap Indonesia

Selain China, kebijakan tarif baru Trump juga berdampak signifikan pada Indonesia.

Pada April 2025, Trump mengumumkan tarif universal 10% untuk sebagian besar impor dan tarif yang lebih tinggi untuk negara-negara tertentu, meskipun ada jeda 90 hari untuk implementasi penuh.

Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi “America First” yang bertujuan melindungi industri dalam negeri AS.

Baca juga: Pengertian Inflasi Berat dan 8 Cara Efektif Mengatasinya

Penutup

Demikianlah penjelasan lengkap kami tentang perang dagang. Jadi, bisa kita tarik kesimpulan bahwa perang dagang adalah suatu konflik ekonomi yang dilakukan dengan memberlakukan kebijakan pembatasan impor pada dua negara yang terlibat.

Ada banyak sekali senjata yang bisa digunakan untuk melakukan perang dagang. Dalam kasus perang dagang antara AS dan China, senjata yang digunakan adalah meningkatkan bea tarif masuk produk antar kedua negara. Hal ini membuat kedua negara mengalami kerugian di beberapa sektor industri.

Perang dagang yang dilakukan antar kedua negara pun bisa berdampak positif dan juga negatif pada negara lainnya.

Dampak positifnya adalah negara lain bisa berpeluang menjadi pemasok atas produk yang diperlukan pada kedua negara.

Sedangkan dampak negatifnya, kedua negara akan mencari pasar pada negara lain yang membuat produsen lokal menjadi terancam.

Nah, jika Anda adalah salah satu produsen lokal yang terancam dengan adanya perang dagang yang dilakukan oleh negara lain, maka Anda harus memikirkan strategi yang lebih ampuh agar bisa bertahan.

Baik itu merubah strategi pemasaran, melakukan manajemen keuangan yang lebih baik lagi, dll.

Namun, agar Anda lebih mudah dalam melakukan manajemen perusahaan, maka Anda sudah harus mengikuti perkembangan teknologi yang sudah ada saat ini dengan menggunakan teknologi software akuntansi seperti dari Accurate Online.

Accurate Online adalah software akuntansi yang mampu membantu Anda dalam melakukan manajemen keuangan dan mampu memberikan berbagai jenis laporan keuangan yang lengkap dimanapun dan kapanpun Anda berada.

Berbagai fiturnya yang sangat komplit pun akan membantu Anda dalam melakukan bisnis online ataupun offline.

Tertarik? Anda bisa mencoba Accurate Online selama 30 hari secara gratis dengan klik tautan di bawah ini.

ekonomikeuanganbanner

Efisiensi Bisnis dengan Satu Aplikasi Praktis!

Konsultasikan kebutuhan bisnismu dengan tim kami.

Jadwalkan Konsultasi
artikel-sidebar

Download E-Book Peluang Bisnis Potensial 2025

Inilah 3 Peluang Bisnis yang Diprediksi Bersinar di 2025.

Ibnu
Lulusan S1 Ekonomi dan Keuangan yang menyukai dunia penulisan serta senang membagikan berbagai ilmunya tentang ekonomi, keuangan, investasi, dan perpajakan di Indonesia

Artikel Terkait