Lean Startup, Metode Mendirikan Bisnis dengan Berdasarkan Kebutuhan Audiens
Pada dasarnya, lean startup adalah salah satu cara yang paling terkenal untuk Anda yang sedang mencari ide dalam membangun perusahaan startup.
Harus digaris bawahi bahwa proses dalam membangun startup dari awal hingga bertahan atau berkembang pesat bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan.
Kenapa? Karena Anda dalam tahap awal memulainya, sumber daya yang Anda miliki pasti sangatlah terbatas, baik itu sumber daya finansial, manusia, dll.
Tapi, keperluan akan sumber daya yang terbatas ini bukan lagi menjadi penghalang semenjak adanya metode lean startup yang diperkenalkan oleh Eric Ries di tahun 2011 lalu.
Di dalam bukunya yang berjudul The Lean Startup, Eric berhasil memperkenalkan metode tersebut hingga banyak digunakan oleh perusahaan startup diseluruh penjuru dunia.
Beberapa brand terkenal seperti Dropbox sampai dengan Wealthfront adalah perusahaan yang berhasil menerapkan metode lean startup tersebut.
Penasaran dengan metode lean startup ini? Mari simak penjelasan lengkap tentang lean startup di bawah ini.
Daftar Isi
Apa itu Lean Startup?
Berdasarkan laman University Lab Partners, pengertian lean startup adalah salah satu cara pengembangan produk dan bisnis dalam waktu yang singkat dan menyesuaikan kebutuhan pelanggan.
Kenapa bisa begitu? Karena dalam penerapannya, pebisnis harus bisa fokus pada mengembangkan produk dan juga memperoleh umpan balik dari pelanggan.
Jadi, umumnya mereka akan merilis contoh produk mereka ke para pelanggan dan juga meminta pendapat mereka terkait produk itu sendiri.
Contohnya seperti produk yang dibuat tidak sesuai dengan keperluan pelanggan dan tidak bisa memuaskan mereka, maka perusahaan pun akan segera mengetahuinya.
Pada akhirnya, perusahaan pun akan segera mampu memutuskan apakah model bisnis seperti itu layak dan tetap untuk mempertahankannya.
Seperti hasil produknya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka akan bisa segera diputuskan apakah akan bisa membuat produk yang baru atau hanya meningkatkannya saja.
Disisi lain, berdasarkan situs resmi TheLeanStartup, dijelaskan bahwa lean startupi mampu menyampaikan produk ke setiap pelanggan dengan sangat cepat.
Metode ini juga akan memberikan informasi pada para pebisnis untuk bisa mengelola perusahaan startup nya secara lebih cepat dan mengetahui kapan waktunya untuk bertahan..
Fokus utama yang ditekankan pada metode ini adalah mengembangkan produk baru yang sesuai dengan keperluan para pelanggannya.
Salah satu kesalahan yang banyak dilakukan oleh perusahaan startup adalah memulai bisnis dengan menemukan ide dalam membuat produk yang mereka pikir dibutuhkan oleh para pelanggannya.
Lalu, mereka juga akan menghabiskan waktu selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun lamanya agar bisa menyempurnakan produk tersebut.
Tapi, tanpa harus ditunjukkan pada para pelanggan dan memperoleh tanggapan dari mereka, sudah tentu produk tersebut ada kemungkinan tidak disukai.
Jadi, ketika produk tersebut dipublikasikan ke pasar dan para pelanggan tidak mampu memberikan respon yang baik, tentunya suatu bisnis tidak akan berjalan dan berakhir dengan baik.
Bahkan, sudah banyak perusahaan yang pada akhirnya gagal bertahan karena produk mereka tidak disukai oleh para pelanggannya.
Baca juga: Struktur Organisasi Startup: Pengertian dan Berbagai Posisinya
Prinsip Lean Startup
Prinsip utama dari Lean Startup adalah pendekatan yang berfokus pada pengembangan bisnis dan produk dengan cara yang lebih cepat, efisien, dan hemat biaya.
Metode ini dikembangkan oleh Eric Ries dan bertujuan untuk meminimalkan risiko dan pemborosan sumber daya dalam membangun startup.
Berikut adalah prinsip-prinsip dari Lean Startup:
1. Validated Learning
- Belajar dari Pelanggan: Lean Startup menekankan pentingnya belajar dari pelanggan sejak tahap awal. Setiap keputusan bisnis didasarkan pada umpan balik pelanggan yang nyata, bukan asumsi.
- Eksperimen: Melakukan eksperimen kecil untuk menguji hipotesis tentang produk dan pasar. Hasil dari eksperimen ini digunakan untuk mengarahkan langkah berikutnya.
2. Build-Measure-Learn
Merupakan fase dalam pembuatan produk atau bisnis dengan metode lean startup, berikut adalah penjelasannya:
- Build: Membangun Minimum Viable Product (MVP) yang cukup untuk menguji hipotesis dan mendapatkan umpan balik awal dari pelanggan.
- Measure: Mengukur bagaimana pelanggan merespon MVP. Ini melibatkan pengumpulan data yang relevan dan analisis kinerja produk.
- Learn: Belajar dari hasil pengukuran untuk memvalidasi atau mengubah hipotesis. Jika hipotesis tidak terbukti benar, maka perlu melakukan pivot (perubahan arah) atau persevere (melanjutkan) sesuai dengan temuan tersebut.
3. Minimum Viable Product (MVP)
- Produk Minimal: MVP adalah versi produk yang paling sederhana namun dapat menyampaikan nilai kepada pelanggan dan mendapatkan umpan balik yang valid.
- Iteratif: Menggunakan MVP untuk iterasi cepat dan perbaikan berkelanjutan, menghindari pembangunan produk penuh tanpa validasi pasar.
4. Pivot or Persevere
- Pivot: Jika hipotesis awal tidak valid, maka perusahaan harus siap untuk melakukan pivot, yaitu mengubah strategi atau model bisnis berdasarkan pembelajaran dari MVP.
- Persevere: Jika hipotesis terbukti valid, maka perusahaan melanjutkan dengan rencana dan strategi yang ada, memperbaiki dan memperluas produk.
5. Innovation Accounting
- Mengukur Kemajuan: Fokus pada metrik yang menunjukkan kemajuan nyata dalam mengembangkan produk dan bisnis, bukan hanya indikator vanity (seperti jumlah pengguna tanpa mempertimbangkan retensi atau pendapatan).
- Metode Eksperimen: Menggunakan data dari eksperimen untuk membuat keputusan bisnis yang terinformasi dan objektif.
6. Customer Development
- Customer Discovery: Menemukan siapa pelanggan sebenarnya dan apa yang mereka butuhkan melalui wawancara dan umpan balik langsung.
- Customer Validation: Memastikan bahwa solusi yang ditawarkan benar-benar memenuhi kebutuhan pelanggan dan memiliki pasar yang cukup besar.
7. Continuous Deployment
- Pengiriman Cepat: Memperbarui produk secara cepat dan teratur untuk memberikan nilai kepada pelanggan lebih cepat dan mendapatkan umpan balik lebih awal.
- Responsif: Menyesuaikan dengan cepat berdasarkan umpan balik dan data pasar.
Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, startup dapat meningkatkan peluang keberhasilan mereka dengan mengurangi risiko, menghindari pemborosan sumber daya, dan berfokus pada apa yang benar-benar dibutuhkan oleh pasar dan pelanggan.
Baca juga: Yuk Kenalan dengan 5 Startup Besar di Indonesia
Manfaat dan Keunggulan Lean Startup Methodology
Tujuan dari Lean Startup adalah untuk meningkatkan efisiensi dan keberhasilan dalam pengembangan produk dan bisnis melalui pendekatan yang berfokus pada validasi pasar, pengurangan pemborosan, dan respons cepat terhadap umpan balik pelanggan.
Berikut adalah beberapa manfaat dari penerapan Lean Startup:
1. Minim Risiko Kegagalan
Saat menerapkan metode lean startup, maka risiko perusahaan mengalami kegagalan akan lebih kecil. Produk yang dibuat akan cenderung lebih mudah laku di pasar.
Alasannya, setiap pengembangan produk dilakukan dengan berdasarkan umpan balik dari konsumen secara langsung.
Sehingga, hasil produk yang dibuat pun akan sesuai dengan kebutuhan para konsumen.
Lebih dari itu, investasi yang Anda keluarkan pun akan jadi lebih kecil karena pembuatan produk dilakukan secara lebih bertahap dengan membuat produk MVP terlebih dahulu.
Bahkan, bila nantinya Anda harus melakukan pivot dengan mengganti model bisnis, maka risiko kerugiannya pun akan jauh lebih minim.
2. Proses Produksi Lebih Efisien
Metode lean startup akan lebih merekomendasikan penggunaan produk MVP dalam proses produksinya.
Hal tersebut akan membuat proses produksi menjadi lebih efisien, baik itu dalam hal penggunaan biaya ataupun tenaga manusia.
Semakin cepat suatu produk dibuat dan diuji coba kepada para konsumen, maka akan semakin cepat juga pengembangan produk tersebut dilakukan.
3. Produk Disukai oleh Konsumen
Metode lean startup akan memungkinkan Anda untuk membuat produk terbaik bagi para pelanggan.
Terlebih lagi dengan mengembangkan produk yang berasal langsung dari para pelanggan, ketepatan informasi di dalamnya tentunya jad jauh lebih baik.
Mulai dari fitur yang diinginkan, hingga manfaat lain yang harus ditambahkan sudah pasti akan Anda terapkan.
Sehingga ketika merilis suatu produk, maka Anda akan sama halnya seperti menjual pada orang yang memang sudah menantikan produk tersebut. Pada akhirnya, target penjualan Anda kan lebih mudah untuk tercapai.
4. Dapat Diterapkan di Segala Jenis Bisnis
Sebagai pebisnis, Anda bisa menggunakan metode lean startup, apapun jenis bisnis yang Anda lakukan. Seluruh prinsip yang ada pada lean startup bisa tetap dilakukan.
Kenapa? Karena fokus utama dari metode ini adalah demi menjaga kepuasan konsumen dengan menghadirkan produk terbaik yang bisa dikembangkan dengan risiko yang paling kecil.
5. Membangun Bisnis yang Berkelanjutan
Dengan fokus pada validasi pasar, efisiensi sumber daya, dan pengembangan produk yang berkelanjutan.
Lean Startup membantu menciptakan bisnis yang dapat bertahan lama dan tumbuh secara berkelanjutan.
Baca juga: Mengenal Startup Bubble dan 4 Penyebab Utamanya
Cara dan Contoh Penerapan Lean Startup
Contoh penerapan Lean Startup pada bisnis bisa kita lihat melalui proses mendirikan startup teknologi yang fokus pada aplikasi kebugaran.
Berikut langkah-langkah yang menggambarkan bagaimana metode Lean Startup bisa diterapkan:
1. Ide Awal dan Hipotesis
Startup ini berfokus pada ide untuk menciptakan aplikasi kebugaran yang membantu pengguna merancang program latihan yang dipersonalisasi.
Hipotesis awalnya adalah bahwa banyak orang yang ingin berolahraga tetapi tidak tahu harus mulai dari mana, sehingga mereka membutuhkan panduan yang dipersonalisasi.
2. Minimum Viable Product (MVP)
Alih-alih mengembangkan aplikasi yang lengkap, tim memutuskan untuk membuat MVP berupa aplikasi dasar dengan fitur-fitur utama seperti:
- Profil pengguna yang mencatat preferensi dan tujuan kebugaran.
- Program latihan sederhana berdasarkan preferensi pengguna.
- Fitur umpan balik untuk mendapatkan masukan dari pengguna.
3. Uji Pasar dan Umpan Balik
MVP diluncurkan ke pasar dengan kampanye pemasaran terbatas.
Pengguna awal diminta untuk mencoba aplikasi dan memberikan umpan balik tentang pengalaman mereka, fitur yang mereka sukai, dan fitur yang jelek/tidak diperlukan.
4. Analisis Data dan Validasi Hipotesis
Tim mengumpulkan data dari umpan balik pengguna dan menganalisisnya.
Misalnya, banyak pengguna mungkin mengatakan bahwa program latihan tidak cukup fleksibel atau bahwa mereka ingin melihat tutorial video untuk latihan tertentu.
Berdasarkan data ini, tim bisa memvalidasi atau menolak hipotesis awal mereka.
Baca juga: Agile Project Management: Pengertian, Prinsipnya
5. Pivot atau Persevere
Berdasarkan analisis umpan balik:
Jika hipotesis awal tentang kebutuhan program latihan yang dipersonalisasi terbukti benar, tim dapat melanjutkan dengan pengembangan lebih lanjut dari fitur-fitur tersebut (persevere).
Jika banyak pengguna merasa bahwa aplikasi memerlukan tutorial video untuk latihan tertentu, tim mungkin perlu menambahkan fitur ini dan melakukan pivot untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pasar yang baru teridentifikasi.
6. Iterasi dan Pengembangan Berkelanjutan
Proses ini diulang dengan menambahkan dan menguji fitur-fitur baru, mendapatkan umpan balik pengguna, dan memperbaiki aplikasi.
Misalnya, setelah menambahkan tutorial video, tim mungkin mendapatkan umpan balik bahwa pengguna ingin fitur pelacak kemajuan latihan. Tim kemudian mengembangkan dan menguji fitur ini.
7. Peluncuran Produk Lengkap
Setelah beberapa iterasi, dengan validasi dan perbaikan berdasarkan umpan balik pengguna, aplikasi siap diluncurkan dalam versi lengkapnya.
Hal ini termasuk berbagai fitur yang telah teruji dan divalidasi oleh pasar sebagai fitur yang benar-benar dibutuhkan dan diinginkan pengguna.
8. Skalabilitas dan Pertumbuhan
Dengan produk yang sudah terbukti di pasar, startup kini fokus pada pemasaran yang lebih luas, peningkatan basis pengguna, dan pengembangan fitur tambahan yang diusulkan oleh pengguna setia mereka.
Tim terus menggunakan pendekatan Lean Startup untuk memastikan bahwa setiap fitur baru dikembangkan dan divalidasi secara efisien sebelum dirilis.
Baca juga: Project Management Adalah: Aspek, Tahapan, dan Manfaatnya
Penutup
Demikianlah penjelasan lengkap dari kami tentang lean startup. Jadi, bisa kita simpulkan bahwa lean startup adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengembangkan produk dan juga bisnis dalam kurun waktu yang sangat singkat.
Lean startup mempunyai suatu fase yang berpusat pada pembangunan (build), mengukur (measure), dan mempelajari (learn).
Manfaat yang bisa Anda rasakan saat menerapkan metode lean startup adalah minim risiko kegagalan, proses produksi lebih efisien, produk disukai oleh konsumen, dapat diterapkan di segala jenis bisnis.
Dengan menerapkan lean startup, tujuan bisnis Anda bisa lebih mudah untuk dicapai, dan keuntungan bisnis yang maksimal pun bisa Anda raih.
Tapi, satu hal yang tidak boleh Anda lupakan untuk bisa mengalami pencapaian tersebut adalah mengelola dana perusahaan secara rapi dan tepat.
Caranya adalah dengan mencatat setiap pengeluaran dan pemasukan dana.
Meskipun memakan banyak waktu, namun laporan catatan keuangan tersebut akan berguna untuk dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil kebijakan bisnis di masa depan.
Bila Anda tidak memiliki waktu yang cukup untuk mencatat laporan keuangan, Anda tidak perlu khawatir. Kenapa? Karena saat ini sudah ada Accurate Online.
Software akuntansi ini mampu menyiapkan lebih dari 200 jenis laporan keuangan secara mudah, tepat, dan otomatis.
Selain itu, setiap laporan tersebut bisa Anda akses di mana saja dan kapan saja karena didukung dengan teknologi cloud computing.
Accurate Online juga sudah dilengkapi dengan berbagai fitur yang bisa mempermudah Anda dalam menjalankan kegiatan bisnis, seperti fitur penjualan, pembelian, persediaan, perpajakan, dll.
Penasaran? Silahkan coba Accurate Online terlebih dahulu selama 30 hari gratis dengan cara klik tautan gambar di bawah ini.