Pengertian dan Perbedan B2B, B2C, & C2C Marketing

oleh | Jan 16, 2023

source envato.

Pengertian dan Perbedan B2B, B2C, dan C2C Marketing

Seringkali para pemula pada bidang marketing akan merasa terintimidasi karena banyaknya istilah dalam dunia marketing. Padahal, terdapat berbagai ilmu bisnis dan strategi marketing bermangaat yang bisa digunakan untuk mendukung bentuk usaha mereka di balik istilah yang membingungkan tersebut. Seperti isitilah B2B, B2C, dan C2C. Lantas, apakah Anda sudah tahu pengertian dan perbedaan perbedaan B2B B2C C2C?

Sebelum Anda menjadi semakin bingung dengan istilah-istilah ini, berikut kami akan menjelaskan istilah B2B, B2C, dan C2C. Lengkap dengan perbedaan B2B dan B2C, serta dampak positifnya jika diterapkan pada strategi marketing Anda.

Apa itu B2B, B2C, dan C2C?

Melansir dari laman Wikipedia, B2B adalah singkatan dari Business to Business yang merupakan sebuah model penjualan yang dilakukan antara para pelaku bisnis dengan pelaku bisnis lain.

Selanjutnya, B2C atau Business to Consumer  adalah model penjualan yang terjadi antara para pelaku bisnis dengan konsumen.

Sedangkan C2C atau Customer to Customer adalah model bisnis yang dilakukan konsumen marketplace untuk selanjutnya dijual ke konsumen lain.

Berdasarkan penjelasan singkat diatas, bisa terlihat jelas bedanya B2B dan B2C pada target pembelinya. Mungkin barang yang dijual bisa saja sama, namun profil pembeli adalah suatu hal yang membedakan antar keduanya. Sementara itu, C2C akan lebih fokus pada pelaku bisnis yang pada dasarnya adalah sama-sama konsumen juga.

Perbedaan antar B2B dan B2C memang sekilas nampak sama. Tapi faktanya, target pasar keduanya sangat berbeda, sehingga bisa memengaruhi berbagai aspek lainnya. Jadi, pada dasarnya terdapat perbedaan antar b2b, b2c dan c2c.

Baca juga: Promosi Penjualan: Dasar, Jenis dan Strategi untuk Promosi yang Sukses

Mengenal Perbedaan B2B dan B2C Secara Lebih Mendalam

Anda tidak cukup hanya mengetahui apa perbedaan b2b, b2c dan c2c saja, karena Anda juga harus memahami perbedaan mendalam antar keduanya. Kenapa? Karena perbedaan ini akan memengaruhi strategi marketing yang keduanya jalankan. Simak penjelasan antar keduanya dibawah ini.

1. Target Audiens atau Pasar

Dilihat dari namanya saja B2B dan B2C pasti memiliki target pasar yang sangat beda.

B2B akan lebih fokus menjual produknya pada pelaku bisnis, sedangkan B2C akan menjual produknya pada konsumen langsung. Terlihat jelas kan perbedaannya?

Jika dilihat secara kuantitas, prospek pasar B2B memang kecil. Kenapa demikian? Tentu saja karena kelompok produsen selalu lebih kecil dibandingkan dengan konsumen. Itulah kenapa B2B selalu memiliki potensi penjualan yang lebih kecil namun lebih spesifik.

Hal yang berbeda akan ditemukan pada B2C yang fokus menjual produknya pada konsumen. Peluang penjualan B2C sangatlah luas dan bisa dikatakan tidak terbatas. Terlebih lagi, mayoritas penduduk Indonesia adalah penduduk yang konsumtif.

Walaupun berbeda, kita tidak bisa mengklaim bahwa model bisnis B2C lebih baik daripada B2B. Adanya perbedaan antar kedua model bisnis ini hanya seperti dua kebutuhan yang berbeda saja.

2. Jumlah Pembelian dan Harga

Dalam dunia marketing, subjek pembeli akan mampu memberi dampak signifikan pada jumlah barang yang mereka beli, dan juga harga produknya. Contohnya pada B2B, mereka tidak harus menjual produknya dalam kuantitas yang besar agar bisa mendapatkan keuntungan yang banyak, karena harga produk mereka per-unitnya saja sudah tinggi.

Namun, tidak menutup kemungkinan jika pembelian dalam model B2B juga akan terjadi dalam kuantitias yang besar.

Sedangkan pada model B2C, Anda dituntut untuk menjual produk dalam kuantitas yang sangat banyak agar keuntungannya juga lebih besar. Hal ini dikarenakan harga produnya sangat murah.

3. Motivasi

Anda harus bisa memahami motivasi pembeli agar bisa menjalankan strategi marketing dengan baik. Sama halnya dengan keduan model bisnis ini.

Motivasi yang biasa dimiliki oleh pembeli pada model B2B adalah memaksimalkan profit, efisiensi produk, dan investasi. Klien mereka bukanlah orang yang memenuhi kebutuhannya atas dasar emosional. Klien mereka adalah yang selalu melakukan pertimbagan logis. Jadi, produk tersebut harus benar-benar menguntungkan bagi mereka.

Sementara itu, motivasi yang terjadi pada pembeli di model bisnis B2C ada banyak sekali. Kemungkinan mereka membeli produk hanya untuk mencoba model baru, ada promo, benar-benar suka dengan produknya, untuk hadiah, dan motivasi lainnya.

Jadi, motivasi para pembeli pada bisnis B2C dalam melakukan pembelian selalu dilakukan atas dasar emosi.

Walaupun mereka melakukan pertimbangan logis, namun pembeli B2C akan lebih fokus menggunakannya untuk kebutuhannya saja. Mereka tidak berpikir untuk menjual kembali produk tersebut.

4. Pengambilan Keputusan

Seperti yang sudah dibahas pada poin sebelumnya, klien pada bisnis B2B merupakan klien yang melakukan pertimbangan logis. Mereka harus melakukan banyak pertimbangan dan keuntungan jangka panjang sebelum membeli suatu produk. Oleh karena itu, sering kali ada banyak pihak yang dimintai pendapat dan pertimbangan.

Dalam membeli satu unit produk saja sebuah perusahaan sering meminta pendapat para direktur, manajer, bagian finansial, legal, hingga marketing. Sehingga, jangan heran jika mereka membutuhkan waktu yang lama dalam mengambilan keputusan dan memulai terjadinya transaksi.

Disisi lain, pembeli produk B2C hanya akan mengambil keputusan secara individu saja, karena produk yang mereka beli hanya akan digunakan untuk pribadi mereka.

Jika ada pihak lain yang dimintai pertimbangan, proses tersebut tidak akan serumit seperti halnya B2B. Oleh karena itu, pembeli pada produk retail akan lebih cepat melakukan transaksi.

5. Hubungan Penjual dengan Pembeli

Dalam praktiknya, hubungan yang terjadi antara penjual dan pembeli pada bisnis B2B dan B2C ini pun berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh motivasi dan proses pengambilan keputusan yang sudah kita bahas pada poin sebelumnya.

Mari kita ambil contoh dalam model B2B, karena proses pengambilan keputusan pada klien B2B cenderung sangat panjang dan rumit, maka klien B2B akan lebih mampu membangun hubungan yang baik dalam jangka waktu yang panjang dengan supplier-nya tersebut.

Jika klien sudah puas dan cocok atas produk serta pelayanannya, maka klien B2B akan terus-menerus menggunakan produk dari supplier-nya tersebut.

Artinya, reputasi dan juga pengalaman baik adalah faktor terpenting dalam menjalankan bisnis model B2B.

Kondisi ini tidak akan ditemukan pada model B2C. Karena motivasi mereka bersifat personal dan keputusan yang diambil cenderung cepat, maka hubungan yang terjadi antar pembeli dan penjual akan cenderung lebih pendek.

Apalagi saat ini mereka bisa memilih banyak produk dan promo di luar sana. Kondisi inilah yang menyebabkan para pelanggan B2C mudah berganti produk ke produk lainnya.

Oleh karena itu, meningkatkan loayalitas pelanggan adalah tantangan terberat dari bisnis B2C.

Baca juga: Guerilla Marketing: Pengertian dan Penarapannya dalam Bisnis

6. Persaingan

Dalam dunia bisnis, persaingan adalah hal yang biasa. Namun, kita perlu memahami kenapa persaingan itu bisa terjadi. Dengan begitu, kita akan lebih mampu menyusun strategi pemasaran yang efektif untuk memenangkan perdagangan.

Jika dilihat dari jumlah pelaku bisnis B2B, model bisnis ini mempunyai tingkat persaingan yang cenderung lebih sedikit. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia belum banyak yang meminati model bisnis B2B. Sehingga, pelaku bisnis B2B mayoritas adalah itu-itu saja.

Tapi, persaingan sebenarnya bagi bisnis B2B adalah pada koneksi dan reputasi mereka. Agar bisa memenangkan klien, para pebisnis B2B harus mampu meningkatkan reputasinya, seperti dalam hal pengetahuan, keahlian, portofolio, serta pengalaman dalam melayani klien.

Reputasi tidak akan bisa meningkat jika pebisnis B2B tidak mempunyai koneksi. Bagaimana caranya pebisnis B2B bisa mendapatkan pengalaman yang baik jika belum pernah melayani klien? Namun tanpa adanya reputasi, pebisnis B2B pun tidak akan memiliki koneksi. Hal ini memang cukup membingungkan.

Lain halnya dengan model bisnis B2C. Dilihat dari banyaknya pelaku bisnis B2C saja sudah bisa kita simpulkan bahwa persaingan dagang mereka sangatlah tinggi. Tingkat persaingan ini terjadi pada berbagai skala dan sektor. Mulai dari perusahaan kecil, hingga industri rumahan.

Maka jangan heran jika ada banyak sekali bisnis model B2C yang melakukan promo produknya secara gila-gilaan. Mulai dari merilis produk yang baru, brand ambassador terkenal, hingga diskon yang besar. Upaya ini dilakukan hanya demi memengaruhi minat pelanggan mereka.

7. Strategi Marketing

Berdasarkan perbedaan yang telah kita bahas pada berbagai poin diatas, maka strategi marketing keduanya pun sangatlah spesifik.

Model B2B seringkali menggunakan strategi marketing demi meningkatkan reputasinya. Mereka akan menggunakan media agar bisa menampilkan beragam konten serta portofolionya. Dengan begitu, diharapkan para klien bisa memahami dan yakin bahwa perusahaan tersebut sudah sangat ahli pada bidangnya.

Selain itu, bisnis ini juga bisanya mempunyai public relation tertentu untuk bisa melakukan serangan lobi ke klien yang mereka pilih.

Strategi marketing ini agak berbeda dengan model B2C. Walaupun memang membutuhkan reputasi yang baik, namun model B2C akan melakukan strateginya dengan cara yang berbeda. Pada umumnya mereka akan menggunakan suatu strategi yang sifatnya emosional.

Dengan kata lain, mereka akan membuat calon konsumennya merasa senang, bangga, atau sedih hingga akhirnya calon konsumen mau membeli produk yang mereka tawarkan.

Lantas, Bagaimana dengan Model C2C?

Model bisnis C2C memiliki kecenderungan yang sama dengan model B2C. Mulai dari, motivasi dan pengembalian keputusan konsumen, persaingan dan strategi marketing, dll. Bedanya, mereka memerlukan upaya yang lebih besar dalam melakukan strategi marketing.

Mulai dari penggunaan sosial media yang harus selalu aktif dalam memasarkan produk baru, promosi di marketplace onlin, hingga rajin melakukan Up atau aktif menekan pilihan promosi pada marketplace agar produknya bisa muncul di halaman pertama pencarian marketplace.

Baca juga: 10 Cara Untuk Meminimalisir Konflik Bisnis Dalam Perusahaan Anda

Kesimpulan

Walaupun B2B, B2C, dan C2C sama-sama menjual suatu produk, namun ketiganya memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Dari artikel ini kita bisa mempelajari bahwa perbedaan antar ketinganya bisa memengaruhi bagaimana suatu bisnis bisa berjalan dan strategi marketing yang mereka gunakan.

Jadi, yang manakah bisnis model Anda? Apakah B2B, B2C, atau C2C ? namun apapun model bisnis Anda, tetap saja Anda harus memiliki sistem keuangan bisnis yang baik agar Anda bisa melacak dan mengatur sistem keuangan yang tepat untuk bisnis Anda.

Untuk itu, software akuntansi Accurate Online hadir untuk membantu sistem akuntansi pada bisnis yang Anda jalani secara #lebihbaik.

Aplikasi ini akan memudahkan Anda dalam mengurus segala hal yang menyangkut akuntansi bisnis Anda secara lebih mudah dan cepat. Sehingga, Anda bisa fokus mengembangkan bisnis Anda.

Tertarik? Anda bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini:

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik salah satu bintang untuk menilai.

0 pembaca telah memberikan penilaian

Belum ada yang memberikan penilaian untuk artikel ini 🙁 Jadilah yang pertama!

marketingmanajemenbanner
Natalia

Artikel Terkait