Social Commerce: Pengertian, Regulasi, Cara Kerja

oleh | Jul 3, 2024

source envato.

Social Commerce, Cara Baru Menjual Produk Secara Langsung dari Media Sosial

Dilansir dari laman resmi PR Newswire, secara global, nilai social commerce diproyeksikan bisa meningkat sampai $ 604 miliar sampai tahun 2027.

Perkembangan sosial media yang pesat saat ini menjadi alasan kenapa jenis penjualan jenis ini menjadi begitu meningkat tajam.

Oleh sebab itu, social commerce adalah salah satu buzzwords  di dunia pemasaran saat ini.

Media sosial pun tidak hanya lagi bisa digunakan untuk memperluas koneksi ataupun membagikan pengalaman saja.

Karena, sudah banyak orang yang berbelanja langsung via media sosial.

Apa itu Social Commerce?

Social commerce adalah usaha menjual produk secara langsung dengan memanfaatkan media sosial.

Kegiatan ini dinilai cukup berbeda dengan social selling / social media marketing.

Kenapa? karena social commerce mampu menawarkan pengalaman yang lebih mudah untuk para pelanggannya.

Pelanggan yang berminat untuk membeli tidak perlu lagi diarahkan pembelian ke website untuk membeli produk yang mereka inginkan.

Mereka bisa langsung mencari produk dan juga membayarnya via media sosial yang mereka gunakan saat itu.

Kelebihan ini jadi memudahkan proses belanja para pelanggan tanpa harus keluar dari aplikasi media sosial yang sedang mereka gunakan.

Hal ini tentunya mampu mengurangi kebingungan para calon pelanggan yang sudah serius ingin melakukan pembelian produk tersebut.

Platform media sosial saling berlomba-lomba dalam menanggapi tren social commerce yang sedang naik daun dengan memperbaiki user experience dari aplikasi mereka.

Baca juga: Sosial Media Marketing: Pengertian, Jenis, Strateginya

Regulasi Social Commerce di Indonesia

Seperti yang Anda tahu beberapa waktu ke belakang ramai berita akan penutupan “tiktok shop”. Hal tersebut terjadi karena adanya peraturan Permendag Nomor 50 Tahun 2020.

Permendag Nomor 50 Tahun 2020 melarang media sosial untuk dapat berjualan dan bertransaksi secara langsung di dalam platformnya.

Pemanfaatan sosial media terbatas sebagai sarana promosi/marketing barang dan jasa yang dijual, proses pembayaran harus menggunakan media lainnya.

Dengan banyaknya protes dari platform maupun pedagang pemerintah merevisi Permendag Nomor 50 Tahun 2020 dan menggantinya menjadi Permendag Nomor 31 Tahun 2023.

Permendag Nomor 31 Tahun 2023 berisikan tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik.

Berdasarkan peraturan tersebut, media sosial dapat digunakan untuk menawarkan produk dan jasa tapi dilarang memfasilitasi transaksi pembayaran.

Maka dari itu, saat ini Tiktok sudah melakukan merger dengan Tokopedia untuk melengkapi regulasi yang dibutuhkan di Indonesia.

Tiktok shop sudah dibuka kembali dengan proses pembayaran yang terintegrasi dengan Tokopedia selaku e-commerce yang dibolehkan untuk memfasilitasi transaksi produk.

Baca juga: Tiktok Shop: Pengertian, Keunggulan, dan Cara Jualan

Cara Kerja Social Commerce

Berikut adalah cara kerja social commerce secara umum:

1. Platform Integrasi

  • Media Sosial: Social commerce memanfaatkan platform media sosial seperti Instagram, Facebook, TikTok, dan Pinterest. Platform ini menyediakan fitur belanja yang memungkinkan penjual untuk membuat toko online dan menampilkan produk.
  • E-commerce Integrasi: Platform e-commerce sering kali terintegrasi dengan media sosial, memungkinkan pengguna untuk menyelesaikan transaksi tanpa meninggalkan aplikasi sosial.

2. Penjual dan Toko Online

  • Membuat Akun Bisnis: Penjual membuat akun bisnis di platform media sosial dan mengatur profil toko online.
  • Unggah Produk: Penjual mengunggah foto, deskripsi, harga, dan detail produk lainnya. Produk dapat ditandai dalam postingan atau cerita (stories) untuk meningkatkan visibilitas.
  • Katalog Produk: Platform biasanya menyediakan fitur katalog produk di mana pembeli dapat melihat semua produk yang ditawarkan oleh penjual.

3. Pemasaran dan Promosi

  • Konten Visual: Penjual menggunakan foto dan video yang menarik untuk mempromosikan produk. Konten ini sering kali dirancang untuk menarik perhatian dan meningkatkan minat pembeli.
  • Influencer Marketing: Kolaborasi dengan influencer untuk mempromosikan produk kepada audiens mereka.
  • Iklan Berbayar: Platform sosial menawarkan opsi iklan berbayar yang ditargetkan untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan spesifik berdasarkan demografi, minat, dan perilaku.

4. Interaksi dengan Pembeli

  • Komentar dan Pesan Langsung: Pembeli dapat berinteraksi dengan penjual melalui komentar pada postingan atau mengirim pesan langsung untuk menanyakan produk.
  • Live Streaming: Fitur live streaming digunakan oleh penjual untuk memamerkan produk secara langsung, berinteraksi dengan audiens, dan menjawab pertanyaan secara real-time.

5. Transaksi dan Pembayaran

  • Tag Produk: Produk dapat ditandai dalam postingan atau cerita, memungkinkan pembeli untuk mengklik tag dan diarahkan ke halaman produk.
  • Keranjang Belanja: Pembeli menambahkan produk ke keranjang belanja mereka dan melanjutkan ke proses pembayaran.
  • Pembayaran: Platform menyediakan berbagai opsi pembayaran seperti kartu kredit/debit, e-wallet, dan transfer bank. Beberapa platform juga memungkinkan pembayaran langsung melalui aplikasi.

6. Pengiriman dan Layanan Pelanggan

  • Pengaturan Pengiriman: Penjual mengatur pengiriman produk ke pembeli. Informasi pengiriman dan pelacakan sering kali tersedia melalui platform.
  • Layanan Pelanggan: Penjual menyediakan dukungan pelanggan melalui pesan langsung atau fitur bantuan lainnya untuk menangani pertanyaan dan masalah pembeli.

7. Ulasan dan Feedback

  • Ulasan Produk: Pembeli dapat meninggalkan ulasan dan penilaian produk, membantu penjual meningkatkan kualitas dan layanan.
  • Feedback dan Testimoni: Ulasan positif dan testimoni dari pembeli membantu membangun kepercayaan dan kredibilitas penjual.

Baca juga: Mengenal Bisnis Internet dan 15 Cakupan Bisnisnya

Keunggulan Social Commerce bagi Bisnis

Salah satu alasan kenapa banyak sekali para pebisnis yang memanfaatkan media sosial sebagai akun tokonya adalah karena media sosial memungkinkan adanya interaksi yang lebih personal dengan para pelanggannya.

Contohnya saja, dengan menggunakan instagram, penjual bisa melakukan komunikasi menggunakan berbagai fitur yang disediakan, seperti postingan foto, video, Instagram Story, kolom komentar, ataupun DM.

Media yang ditawarkan pun cukup beragam, mulai dari foto, video, teks, dll. Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 74% konsumen mengandalkan media sosialnya untuk membuat keputusan dalam hal membeli barang.

Dengan adanya interaksi secara langsung tersebut, maka setiap pebisnis bisa meningkatkan kepercayaan konsumen, sehingga mereka akan semakin yakin untuk membeli produk yang dijual oleh pebisnis tersebut.

Selain itu, media sosial juga bisa digunakan untuk meningkatkan brand awareness perusahaan dan juga menjangkau target pasar yang lebih luas lagi.

Jadi, konsumen mempunyai pilihan yang sangat banyak dalam melihat-lihat katalog produk dan juga interaksi dengan pebisnis.

Selain itu, konsumen saat ini juga lebih senang memberikan pengalaman berbelanja mereka via media sosial.

Dengan adanya kehadiran Anda di media sosial, maka Anda bisa meningkatkan jumlah interaksi terkait produk yang dijual sehingga akan membuat brand menjadi semakin dikenal luas.

Terlebih lagi, saat ini review ataupun rekomendasi yang dilakukan oleh para influencer ataupun teman di media sosial bisa menjadi bahan pertimbangan konsumen sebelum membeli suatu barang tertentu.

Terdapat banyak sekali platform media sosial yang bisa digunakan untuk memaksimalkan penjualan, salah satunya adalah Whatsapp.

Berdasarkan laporan yang dilakukan katadata, Whatsapp adalah media sosial kedua yang paling terkenal setelah Youteb, yaitu sebanyak 84% banyaknya.

Bersamaan dengan adanya social commerce, pemanfaatan chat commerce untuk bisa bertransaksi dengan konsumen pun turut meningkat juga.

Pada tahun 2019 lalu, tercatat sebanyak 83% konsumen terlibat langsung dengan chat commerce dalam mempelajari suatu produk ataupun layanan, 76% untuk memperoleh dukungan layanan, dan 75% untuk melakukan kegiatan pembelian.

Chat commerce atau kegiatan jual beli yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi pesan instan seperti Whatsapp dan juga Line memungkinkan adanya komunikasi secara langsung antara pihak penjual dan juga pihak pembeli, sehingga pembeli pun akan semakin merasa lebih mudah dan juga lebih nyaman dalam melakukan kegiatan transaksi.

Selain itu, interaksi yang dilakukan secara langsung ini juga akan turut memudahkan para penjual dalam melayani konsumen secara lebih maksimal.

Saat ini, software instant messaging pun sudah dilengkapi dengan fitur pendukung untuk kegiatan bisnis,seperti Whatsapp Business dan Whatsapp Business API.

Dengan adanya fitur ini, maka para pebisnis pun mampu memaksimalkan penjualannya di aplikasi pesan dan bisa terkoneksi langsung dengan konsumennya.

Platform Social Commerce

Untuk saat ini, terdapat beberapa platform media sosial yang mampu menawarkan fitur social commerce.

Walaupun begitu, diperkirakan di masa depan akan ada media sosial lainnya yang menyediakan fitur ini untuk melakukan bisnis secara langsung dalam platform nya.

1. Facebook

Facebook adalah platform pertama untuk menjalankan  social commerce. Media sosial yang sangat terkenal ini memang adalah tempat yang sangat cocok dalam menjual suatu produk.

Kenapa? karena facebook sudah sangat terkenal dan mempunyai banyak sekali pengguna.

Jadi, dengan melakukan penjualan lewat media sosial ini, maka penjual memiliki kesempatan yang cukup besar dalam menjaring konsumen yang lebih luas lagi.

2. Instagram

Selain bisa dijadikan tempat untuk bisa membagikan foto dan video. Saat ini, media sosial tersebut pun mempunyai fitur Instagram Shopping yang mampu memudahkan penggunanya dalam berbelanja.

Berdasarkan situs resmi CXL, untuk saat ini Instagram Shopping sudah tersedia di lebih dari 70 negara di dunia.

Baca juga: Instagram Shopping: Pengertian dan Cara Kerjanya

3. Pinterest

Media sosial yang saat ini sudah mulai mengadakan fitur untuk melakukan jual beli sejak tahun 2015 lalu.

Saat ini, Pinterest pun sudah menjadi salah satu media sosial yang paling terkenal untuk melakukan penjualan.

Hal ini membuat banyak pemasar yang mulai mencari tahu strategi tentang Pinterest Marketing untuk bisa menarik lebih banyak para pelanggan.

4. Tiktok

Dengan fitur unggulan live streamingnya, tiktok menambahkan fitur tiktok shop yang berfungsi sebagai social commerce di platformnya.

Tiktok pula yang mempopulerkan istilah live shopping, yaitu pedagang berjualan secara live dengan promo khusus yang hanya dapat dibeli saat live sedang berlangsung.

Untuk wilayah Indonesia, saat ini hanya tiktok yang memiliki toko di dalam sosial medianya hal ini dilakukan dengan mengakuisisi tokopedia untuk mendapatkan izin berjualan di Indonesia.

Perbedaan Social Commerce dengan E-Commerce dan Marketplace

1. Pilihan Produk

Perbedaan paling mendasar antara ketiganya ada pada pilihan produk. Marketplace adalah tempat yang mampu menghubungkan para pelanggan dan penjual.

Umumnya, ada banyak orang dengan berbagai model bisnis yang berbeda yang mampu memperjualbelikan produknya di marketplace.

Harga yang ditawarkan pun cenderung lebih mudah dan juga bervariasi.

Sedangkan produk pada e-commerce lebih tersegmentasi. Bila marketplace mampu menawarkan produk dari berbagai jenis penjual.

Maka e-commerce hanya menjual berbagai macam produk di bawah nama e-commerce tersebut saja.

Sementara produk pada ­social commerce rasanya adalah gabungan pada ketiganya.

Karena sosial commerce mampu menampung berbagai jenis industri bisnis. Namun, setiap akun pebisnis hanya menjual produk atau jasanya saja.

2. Branding

Dari sisi branding, ketiga platform perbelanjaan ini pun mempunyai perbedaan. Dilansir dari laman Arcadier Learne-commerce bisa lebih fokus pada muka brand saja.

Setiap barang yang menjualkan produknya via ­e-commerce­ bisa melakukan berbagai kegiatan promosinya sendiri secara terpisah.

Sehingga, nantinya mereka bisa meningkatkan customer dan brand loyalty serta customer lifetime value.

Sedangkan marketplace hanya mewakili berbagai jenis brand dan bisnis yang ada di dalamnya.

Di sisi lain, brandi pada social commerce lebih fokus dalam mempromosikan penjualan produk pada akun media sosialnya saja.

3. Cash Flow

Rocket Bazaar menjelaskan bahwa marketplace adalah salah satu tempat yang mudah untuk bisa menikmati profit margin.

Hal tersebut dikarenakan revenue yang diperoleh umumnya terdiri dari persentase hasil penjualan pada setiap bisnis yang ada di dalamnya.

Semakin banyak nilai transaksi, maka marketplace pun akan semakin mudah untuk bisa menginvestasikan revenue tersebut dalam perkembangan berbagai  aspek.

Sementara untuk ecommerce, revenue dan juga source dari investasi yang besar di awal kemungkinan hanya bisa diperoleh dalam waktu yang lebih lama, pun sama halnya dengan ­social commerce.

4. Kompleksitas

Karena di dalam marketplace banyak sekali penjual dan produk yang berbeda, maka di dalamnya dibutuhkan sistem navigasi khusus yang bisa dibuat semaksimal mungkin.

Adanya filter pencarian ini juga harus dibuat seefisien mungkin agar penggunanya bisa melakukan pencarian secara lebih spesifik.

5. Customer Loyalty

Pada dasarnya, customer loyalty adalah keinginan para pelanggan untuk melakukan pembelian produk dari suatu brand secara kontinyu. Salah satu hal yang mempengaruhinya adalah harga.

Di dalam e-commerce, para pelangganya cenderung lebih loyal. Terlebih lagi jika diterapkan customer retention seperti memberikan penawaran khusus pada member, poin, dll.

Sedangkan pada pelanggan marketplace akan cenderung berpindah-pindah toko, khususnya bila harga dari toko lain lebih murah atau toko lain memberikan penawaran yang jauh lebih menarik.

Disisi lain, customer pada social commerce adalah kombinasi dari keduanya. Karena mereka masih bisa berpindah-pindah ke akun lain yang mampu memberikan harga terbaik.

Namun bila sudah puas pada satu toko, mereka akan cenderung lebih loyal pada akun media sosial tersebut.

Baca juga: Customer Satisfication Adalah: Ini Pengertian dan Cara Meningkatkannya

Penutup

Demikianlah penjelasan dari kami tentang social commerce. Dengan adanya pemahaman ini, diharapkan Anda bisa memanfaatkan social commerce secara lebih baik agar mampu mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Namun, jangan lupa untuk terus selalu mencatat keuntungan tersebut pada laporan keuangan Anda.

Karena laporan ini akan menggambarkan tingkat kesuksesan bisnis Anda dalam jangka waktu yang panjang.

Nah, agar Anda lebih mudah dalam mencatat keuntungan ataupun membuat laporan keuangan, gunakanlah software akuntansi dari Accurate Online.

Aplikasi akuntansi ini mampu menyediakan 200 lebih laporan keuangan pada bisnis Anda.

Selain itu, fiturnya pun cukup lengkap dan juga tampilan dashboard nya pun cukup sederhana untuk digunakan siapa saja.

Tertarik? Silahkan gunakan Accurate Online selama 30 hari secara gratis dengan klik tautan gambar di bawah ini.

bisnisukmbanner

Efisiensi Bisnis dengan Satu Aplikasi Praktis!

konsultasikan kebutuhan bisnismu dengan tim kami.

Jadwalkan Konsultasi

artikel-sidebar

Natalia
Wanita lulusan S1 Bisnis Manajemen yang sering membagikan berbagai ilmunya dalam bidang bisnis secara menyeluruh kepada masyarakat, mulai dari tips, ide bisnis, dan masih banyak lagi.

Artikel Terkait