Hard Selling dan Soft Selling, Pengertian, Perbedaan, dan Fungsinya
Dalam dunia marketing, ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk memasarkan suatu produk. Dua di antaranya adalah metode Hard Selling dan Soft Selling. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda-beda meski memiliki tujuan akhir yang sama. Sebelum memutuskan untuk menggunakan metode yang mana, simak selengkapnya mengenai metode pemasaran tersebut.
Daftar Isi
Pengertian Hard Selling
Dari asal katanya, Hard Selling dapat diartikan sebagai sebuah metode pemasaran secara langsung dan terbuka. Menurut versi lainnya, Hard Selling adalah sebuah metode pendekatan untuk melakukan penjualan (sales) yang bersifat gamblang atau langsung. Tujuannya agar konsumen dapat terdorong untuk langsung melakukan transaksi terhadap produk yang diiklankan.
Metode ini sering dianggap sebagai sebuah metode yang agresif karena pendekatannya yang langsung dan tanpa basa-basi kepada konsumen. Tidak jarang pula konsumen merasa seperti diburu-buru untuk melakukan transaksi sehingga menjadi tidak nyaman. Namun, metode ini terbilang efektif untuk beberapa kondisi.
Siapapun yang ditunjuk sebagai salesperson suatu produk bisa secara langsung menggunakan metode Hard Selling dalam melakukan pemasaran. Selain itu, metode ini juga dapat diimplementasikan dalam iklan, baik iklan offline maupun online.
Download eBook Panduan dan Template Pembukuan Sederhana dengan Excel untuk Bisnis Kecil
Pengertian Soft Selling
Selain metode pemasaran atau pendekatan Hard Selling, ada juga metode pendekatan Soft Selling. Bila dilihat dari katanya, metode Soft Selling dapat diartikan secara sederhana sebagai penjualan halus. Sementara menurut versi yang lain, metode Soft Selling adalah sebuah metode pendekatan penjualan yang menggunakan tutur bahasa yang cenderung halus.
Bila pendekatan Hard Selling sering menyebabkan orang merasa tidak nyaman atau diburu-buru, maka pendekatan Soft Selling sangat berbeda. Metode Soft Selling bekerja agar para konsumen menjadi tertarik untuk melihat iklan lebih lanjut. Metode ini juga membuat konsumen tidak merasa harus melakukan transaksi pada saat itu juga.
Baca juga: 9 Strategi untuk Meningkatkan Keunggulan Kompetitif pada Bisnis
Perbedaan Hard Selling dan Soft Selling
Bila dilihat dari asal katanya sebetulnya sudah bisa ditarik perbedaan antara Hard Selling dan Soft Selling. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, metode Hard Selling menggunakan pendekatan langsung, sementara metode Soft Selling sebaliknya.
Namun, agar lebih mengetahui perbedaan keduanya, berikut ini ada beberapa aspek yang membedakan dua metode tersebut.
1. Jangka Waktu Penjualan
Perbedaan pertama antara Hard Selling dan Soft Selling dapat dilihat dari target jangka waktu penjualannya. Metode Hard Selling menggunakan metode pendekatan yang dilakukan secara langsung dan tanpa basa-basi.Â
Dalam penggunaan metode ini, konsumen langsung diminta untuk melakukan transaksi saat itu juga terhadap barang yang dijual. Sehingga dapat diartikan bahwa metode ini memiliki jangka waktu penjualan yang pendek.
Sebaliknya, penggunaan metode Soft Selling memiliki target jangka waktu penjualan yang panjang. Penggunaan metode Soft Selling secara jangka panjang juga tidak hanya akan berdampak pada penjualan saja. Metode Soft Selling yang dilakukan secara jangka panjang juga dapat memperluas jangkauan konsumen.
Hal ini bisa dilihat dari penelitian yang menyebutkan bahwa sebagian besar orang akan merekomendasikan suatu produk yang diiklankan dengan metode Soft Selling.
Orang-orang akan merekomendasikan kepada teman atau sanak saudaranya. Lalu sebagian besar teman atau sanak saudaranya ini memiliki kemungkinan mencapai 95% untuk membeli produk tersebut.
Menurut penelitian, ternyata konsumen lebih menyukai metode penjualan Soft Selling. Namun, bukan berarti metode Hard Selling tidak efektif, karena beberapa kondisi bisa lebih efektif menggunakan metode Hard Selling.
Baca juga: 7 Strategi Diversifikasi Pendapatan untuk Pengembangan Bisnis Anda
2. Ketertarikan Konsumen
Selanjutnya yang membedakan antara Hard Selling dan Soft Selling adalah ketertarikan konsumen. Seperti yang sudah disinggung sedikit sebelumnya, konsumen lebih tertarik akan suatu barang bila dilakukan pendekatan menggunakan metode Soft Selling.
Dengan metode tersebut, konsumen akan dibuat menjadi penasaran sehingga akan mengekspor apa saja yang ada dalam produk tersebut.
Metode Soft Selling ini sering digunakan oleh brand atau perusahaan untuk membangun ikatan antara perusahaan dengan konsumen. Selain itu, metode Soft Selling ini juga dapat digunakan untuk membangun image baik suatu perusahaan. Oleh sebab, itu metode ini sering digunakan oleh perusahaan.
Sementara metode Hard Selling juga tetap dapat menarik konsumen, tetapi rentang waktunya relatif lebih singkat. Konsumen tidak diberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi lebih jauh terhadap produk yang dijual. Sehingga ketertarikan konsumen terhadap produk tersebut juga akan berlangsung singkat.
Baca juga: Pengertian Barang Konsumsi dan Perbedaannya Barang Modal
3. Bidang Industri yang Menggunakan
Masing-masing perusahaan berhak menentukan sendiri metode mana yang ingin digunakannya, apakah ingin menggunakan metode Hard Selling atau metode Soft Selling. Bahkan, bukan tidak mungkin perusahaan menggunakan kedua metode sekaligus dalam melakukan teknik penjualan.
Namun, ada beberapa industri yang umumnya menggunakan metode yang sama secara terus-menerus. Contohnya, metode Hard Selling biasanya banyak digunakan pada industri perbankan, asuransi, atau telemarketing. Sementara metode Soft Selling digunakan dalam bidang-bidang seperti manufaktur, konsultan, dan tentu masih banyak bidang lainnya juga.
Perusahaan biasanya tidak ambil pusing terhadap dua metode ini karena kedua metode ini memiliki tujuan utama yang sama. Perusahaan hanya menggunakan metode tertentu bila ada tujuan sampingan yang ingin dicapai.
Baca juga: Indikator Kepuasan Pelanggan: Pengertian, Jenis, dan Fungsinya Bagi Bisnis
Fungsi Hard Selling dan Soft Selling
Dari pembahasan sebelumnya, tujuan utama dari kedua metode ini adalah sama yakni tercapainya suatu penjualan akan produk. Namun, menurut fungsinya, kedua metode ini sebetulnya berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu, biasanya perusahaan akan menggunakan dan menggabungkan kedua metode ini karena ada tujuan lain yang ingin dicapainya.
Metode Hard Selling yang langsung dan tanpa basa-basi lebih cocok bila perusahaan ingin langsung mendapatkan target penjualan dalam waktu singkat. Penggunaan metode ini juga lebih cocok untuk produk-produk yang termasuk ke dalam kebutuhan hidup sehari-hari.Â
Fungsi lain dari metode Hard Selling adalah untuk mempengaruhi tingkah laku konsumen agar mau bertransaksi secara langsung. Contoh penggunaan metode ini antara lain pemberian insentif terhadap pembelian tertentu.Â
Baca juga: 10 Cara Menawarkan Produk Optimal Hingga Menghasilkan Penjualan
Sering dijumpai pembelian satu bonus satu, diskon beberapa persen, dan lainnya. Meski tidak secara langsung meminta orang untuk membeli, tetapi hal tersebut dapat mempengaruhi psikis seseorang agar langsung membeli.Â
Inilah yang membuat Hard Selling berfungsi untuk mendapatkan penjualan secara langsung. Sementara metode Soft Selling memiliki fungsi lain seperti membangun trust dari konsumen terhadap produk.Â
Metode Soft Selling juga sering digunakan untuk membangun reputasi bisnis, brand awareness, dan menciptakan hubungan baik antara konsumen. Sehingga umumnya metode ini digunakan untuk target penjualan jangka panjang. Aktivitas yang dilakukan selama penggunaan metode Soft Selling lebih banyak digunakan untuk mendapatkan pengalaman konsumen atas suatu produk.Â
Kemudian terdapat umpan balik dari konsumen terhadap produk sehingga akan tercipta kepercayaan dari konsumen terhadap produk tersebut. Konsumen yang sudah merasa puas biasanya tidak akan sungkan untuk memberikan referensinya pada orang lain.
Baca juga: Mengetahui Perbedaan Sales dan Marketing dan Hubungannya
Meski memiliki beberapa perbedaan antara Hard Selling dan Soft Selling, tetapi bukan berarti yang satu lebih baik dari yang lain. Penggunaan metode pemasaran Hard Selling maupun Soft Selling memiliki tujuan tersendiri. Metode Hard Selling lebih sering digunakan untuk menyasar target penjualan jangka waktu singkat, sementara metode Soft Selling menyasar target penjualan jangka panjang.
Jadi mana yang cocok teknik penjualan untuk bisnis Anda? Hard selling atai soft selling? Apapun itu, tentu setiap teknik memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing, terlebih dengan bentuk usaha Anda yang mungkin berbeda.
Hal yang perlu Anda perhatikan saat penjualan Anda memuaskan adalah dengan melakukan pencatatan tranasksi yang terjadi agar Anda bisa mengetahui keuntungan pada bisnis Anda.
Untuk proses pencatatan pembukuan lebih mudah, Anda bisa mencoba menggunakan software akuntansi berbasis cloud yang sudah terbukti dan teruji lebih dari 20 tahun dan memiliki fitur terlengkap yang juga cocok untuk semua jenis bisnis di Indonesia.
Tidak percaya? Anda bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini: