Pengertian Laporan Keuangan Syariah dan Cara Mudah Membuatnya

Dalam era perekonomian global yang terus berkembang, sistem keuangan syariah telah memainkan peran sentral dalam mengarahkan prinsip-prinsip keuangan yang sesuai dengan ajaran Islam. Laporan keuangan syariah sebagai salah satu instrumen kunci dalam ekosistem ini, memiliki peran vital dalam mengkomunikasikan kesehatan keuangan dan kinerja perusahaan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah.

Laporan keuangan syariah bukanlah sekadar kumpulan angka dan fakta, melainkan juga sebuah cerminan dari komitmen perusahaan terhadap prinsip-prinsip etika Islam dalam segala aspek operasionalnya.

Dalam konteks ini, penggunaan instrumen laporan keuangan yang tepat dan penuh integritas menjadi sebuah keharusan, seiring dengan semakin kompleksnya struktur keuangan perusahaan modern.

Pada artikel ini, mari kita bahas secara mendalam mengenai pentingnya konsistensi dalam penyusunan laporan keuangan syariah, sejalan dengan aspek transparansi yang tak hanya memenuhi harapan pemangku kepentingan, namun juga mencerminkan semangat kesetiaan terhadap prinsip-prinsip syariah.

Pengertian Laporan Keuangan Syariah

Pengertian Laporan Keuangan Syariah

ilustrasi Laporan Keuangan Syariah. source envato

Bersumber dari laman resmi Ikatan Akuntansi Indonesia, Laporan Keuangan Syariah adalah dokumen yang memuat informasi terkait aspek finansial suatu entitas, seperti perusahaan, lembaga keuangan, atau organisasi lainnya, yang menjalankan operasinya dengan mengikuti prinsip-prinsip syariah atau hukum Islam.

Laporan ini secara khusus disusun dengan mempertimbangkan panduan-panduan yang telah ditetapkan dalam prinsip-prinsip ekonomi Islam, yang melarang unsur-unsur bunga (riba), transaksi spekulatif (gharar), serta investasi dalam sektor-sektor yang diharamkan oleh Islam, seperti alkohol dan perjudian.

Laporan Keuangan Syariah berbeda dalam beberapa aspek utama dibandingkan dengan laporan keuangan konvensional. Beberapa poin penting yang membedakan laporan keuangan syariah meliputi:

  • Prinsip-prinsip Syariah: Laporan ini disusun dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi dan keuangan yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini meliputi prinsip keadilan, larangan riba (bunga), larangan gharar (ketidakpastian atau spekulasi yang berlebihan), dan larangan investasi dalam sektor-sektor yang diharamkan oleh Islam.
  • Instrumen Keuangan Syariah: Laporan ini mencerminkan instrumen-instrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti mudharabah (bagi hasil), musyarakah (kerjasama), murabahah (jual beli dengan keuntungan yang sudah ditentukan), dan lainnya.
  • Transparansi dan Etika: Laporan Keuangan Syariah mengedepankan nilai-nilai transparansi, integritas, dan etika dalam pelaporan. Ini mencakup pengungkapan yang jelas mengenai bagaimana entitas mengelola dana dan aset sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
  • Pengauditan oleh Otoritas Syariah: Laporan ini sering kali harus mengalami proses pengauditan oleh pihak yang memiliki keahlian dalam prinsip-prinsip syariah, seperti Dewan Pengawas Syariah atau lembaga serupa. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa transaksi keuangan telah sesuai dengan ajaran Islam.
  • Pemenuhan Kebutuhan Pemangku Kepentingan: Seperti halnya laporan keuangan konvensional, laporan keuangan syariah juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan informasi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemilik, investor, regulator, dan masyarakat.

Laporan Keuangan Syariah memiliki peran penting dalam memberikan gambaran menyeluruh tentang kinerja finansial suatu entitas yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.

Hal ini memungkinkan pemangku kepentingan untuk mengevaluasi kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah dan performa finansial secara keseluruhan.

Baca juga: Pengertian Ekonomi Syariah dan 10 Tujuan Besar Di Dalamnya

Komponen Laporan Keuangan Syariah

Komponen Laporan Keuangan Syariah

ilustrasi Laporan Keuangan Syariah. source envato

Laporan Keuangan Syariah terdiri dari komponen-komponen utama yang memberikan gambaran menyeluruh tentang kinerja keuangan suatu entitas yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Berikut adalah beberapa komponen utama dalam laporan keuangan syariah:

1. Neraca (Balance Sheet)

Neraca adalah bagian dari laporan keuangan yang menampilkan posisi keuangan suatu entitas pada suatu titik waktu tertentu. Komponen dalam neraca meliputi:

  • Aset: Termasuk aset lancar (kas, piutang, persediaan) dan aset tetap (tanah, bangunan, peralatan).
  • Kewajiban: Meliputi kewajiban jangka pendek (hutang lancar) dan kewajiban jangka panjang (hutang jangka panjang).
  • Ekuitas Pemilik: Menampilkan investasi pemilik dan laba yang belum dibagikan.

2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Laporan laba rugi memberikan gambaran tentang kinerja operasional suatu entitas selama periode tertentu, biasanya satu tahun. Komponen dalam laporan laba rugi meliputi:

  • Pendapatan: Pendapatan dari penjualan barang atau jasa.
  • Beban: Biaya operasional, termasuk biaya produksi, biaya distribusi, dan biaya administratif.
  • Laba Bersih: Selisih antara pendapatan dan beban, sebelum dan setelah pajak.

3. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in Equity)

Laporan ini menunjukkan perubahan dalam ekuitas pemilik selama periode tertentu. Komponen dalam laporan perubahan ekuitas meliputi:

  • Investasi Awal: Modal awal yang diinvestasikan oleh pemilik.
  • Laba Ditahan: Laba yang tidak dibagikan kepada pemilik dari tahun-tahun sebelumnya.
  • Laba Tahun Berjalan: Laba yang dihasilkan selama periode tertentu.
  • Dividen: Bagian dari laba yang dibagikan kepada pemilik.

4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows)

Laporan ini menunjukkan aliran masuk dan keluar kas selama periode tertentu. Komponen dalam laporan arus kas meliputi:

  • Arus Kas dari Aktivitas Operasi: Kas yang diterima dan dibayarkan dari aktivitas utama entitas.
  • Arus Kas dari Aktivitas Investasi: Kas yang diterima dan dibayarkan dari investasi dalam aset tetap atau investasi lainnya.
  • Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan: Kas yang diterima dan dibayarkan terkait dengan pendanaan entitas.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statements):

Catatan ini memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, termasuk kebijakan akuntansi yang digunakan, estimasi yang dibuat, dan informasi lain yang relevan.

6. Ringkasan Kebijakan Akuntansi (Summary of Accounting Policies)

Bagian ini menjelaskan kebijakan akuntansi yang diadopsi oleh entitas dalam menyusun laporan keuangan.

7. Ringkasan Transaksi Keuangan Berdasarkan Prinsip Syariah

Bagian ini merinci transaksi keuangan yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti transaksi mudharabah, musyarakah, dan lainnya.

Laporan Keuangan Syariah juga mungkin mencakup informasi tambahan yang khusus untuk memenuhi persyaratan regulasi dan panduan keuangan syariah yang berlaku.

Semua komponen tersebut saling berkaitan untuk memberikan informasi yang lengkap dan akurat tentang kinerja keuangan dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah.

Baca juga: Manajemen Keuangan Syariah: Pengertian dan Produknya

Perbedaan Laporan Keuangan Syariah dan Laporan Keuangan Konvensional

Perbedaan Laporan Keuangan Syariah dan Laporan Keuangan Konvensional

ilustrasi Laporan Keuangan Syariah. source envato

Laporan Keuangan Syariah dan laporan keuangan konvensional memiliki perbedaan mendasar dalam cara penyusunan, prinsip-prinsip yang mendasarinya, dan fokus pada aspek etika dan nilai. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara keduanya:

1. Prinsip-prinsip Dasar

Laporan Laporan Keuangan Syariah disusun berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi dan keuangan Islam. Transaksi dan operasi harus sesuai dengan ajaran Islam, seperti larangan riba (bunga), gharar (ketidakpastian berlebihan), dan investasi dalam sektor-sektor yang diharamkan.

Laporan Laporan Keuangan Konvensional disusun dengan mengikuti prinsip-prinsip akuntansi konvensional yang umum diterima, yang tidak mempertimbangkan pertimbangan agama atau etika tertentu.

2. Pendekatan Pada Instrumen Keuangan

Instrumen keuangan yang digunakan pada laporan Keuangan Syariah harus sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Ini mencakup instrumen seperti mudharabah (bagi hasil), musyarakah (kerjasama), dan murabahah (jual beli dengan keuntungan yang sudah ditentukan).

Instrumen keuangan yang digunakan pada laporan keuangan konvensional adalah yang umum dan diterima secara luas dalam praktek keuangan konvensional, seperti saham, obligasi, dan kredit bank.

3. Pengungkapan Transaksi Syariah

Laporan Keuangan Syariah harus mengungkapkan transaksi dan operasi yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, serta bagaimana prinsip-prinsip tersebut diterapkan dalam proses keuangan.

Sedangkan pada laporan keuangan konvensional, pengungkapannya harus lebih berfokus pada aspek keuangan dan akuntansi umum, tanpa mempertimbangkan pertimbangan etika atau agama tertentu.

4. Pengauditan Oleh Otoritas Syariah

Laporan Keuangan Syariah sering kali mengalami pengauditan oleh pihak yang memiliki pengetahuan dan kualifikasi dalam prinsip-prinsip syariah, seperti Dewan Pengawas Syariah atau otoritas serupa.

Pengauditan pada laporan keuangan konvensional dilakukan oleh auditor yang berfokus pada prinsip-prinsip akuntansi konvensional dan kepatuhan regulasi umum.

5. Tujuan Penggunaan

Laporan Keuangan Syariah, umumnya digunakan oleh entitas yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti perbankan syariah, lembaga keuangan, dan perusahaan lain yang mendasarkan operasinya pada ajaran Islam.

Laporan Keuangan Konvensional, digunakan oleh berbagai jenis entitas, termasuk perusahaan yang tidak mengikuti prinsip-prinsip syariah.

6. Fokus pada Etika dan Nilai

Laporan Keuangan Syariah akan fokus pada kepatuhan terhadap prinsip-prinsip ekonomi dan etika Islam, serta tanggung jawab sosial perusahaan dalam konteks kepatuhan terhadap prinsip-prinsip agama.

Sedangkan pada Laporan Keuangan Konvensional, meskipun etika dan tanggung jawab sosial perusahaan juga dapat menjadi perhatian, laporan ini lebih berfokus pada aspek keuangan dan kinerja finansial.

Perbedaan ini mencerminkan pendekatan yang berbeda dalam menyusun laporan keuangan berdasarkan prinsip-prinsip syariah atau prinsip-prinsip akuntansi konvensional yang lebih umum.

Baca juga: DPS adalah Lembaga yang Mengawasi Investasi Syariah, Ini Pengertiannya!

Cara Membuat Laporan Keuangan Syariah

Membuat laporan keuangan syariah melibatkan beberapa langkah khusus yang mempertimbangkan prinsip-prinsip syariah dan aspek etika Islam. Berikut adalah langkah-langkah umum yang dapat Anda ikuti:

1. Pahami Prinsip-prinsip Syariah

Pastikan Anda memiliki pemahaman yang kuat tentang prinsip-prinsip ekonomi dan keuangan Islam. Ini mencakup larangan riba (bunga), gharar (ketidakpastian berlebihan), serta prinsip-prinsip lain yang mendasari transaksi dan operasi dalam ekonomi syariah.

2. Pilih Instrumen Keuangan yang Sesuai

Pilih instrumen-instrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Contoh instrumen meliputi mudharabah (bagi hasil), musyarakah (kerjasama), dan murabahah (jual beli dengan keuntungan yang sudah ditentukan).

3. Rekam Transaksi dengan Akuntansi Syariah

Rekam setiap transaksi dengan menggunakan prinsip-prinsip akuntansi syariah. Di dalamnya dapat melibatkan penentuan akun-akun khusus yang mencerminkan karakteristik transaksi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

4. Sesuaikan Pelaporan dengan Prinsip-prinsip Syariah

Sesuaikan format dan struktur laporan keuangan Anda dengan prinsip-prinsip syariah. Pastikan bahwa semua informasi yang terkandung dalam laporan mencerminkan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut.

5. Buat Neraca

Buat neraca yang mencerminkan posisi keuangan entitas pada suatu titik waktu tertentu. Ini harus mencakup aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik yang disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

6. Buat Laporan Laba Rugi

Buat laporan laba rugi yang mencatat pendapatan dan beban sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Ini akan memberikan gambaran tentang kinerja operasional entitas selama periode tertentu.

7. Sesuaikan Laporan Perubahan Ekuitas

Buat laporan perubahan ekuitas yang mencerminkan perubahan dalam ekuitas pemilik selama periode tertentu. Di dalamnya akan mencakup investasi awal, laba ditahan, laba tahun berjalan, dan dividen.

8. Sesuaikan Laporan Arus Kas

Buat laporan arus kas yang mencatat aliran masuk dan keluar kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

9. Tambahkan Catatan Atas Laporan Keuangan

Sertakan catatan-catatan yang memberikan penjelasan lebih lanjut tentang informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Di dalamnya mencakup pengungkapan mengenai transaksi syariah yang relevan.

10. Pengauditan oleh Otoritas Syariah (Opsional)

Jika memungkinkan, lakukan pengauditan oleh pihak yang memiliki keahlian dalam prinsip-prinsip syariah, seperti Dewan Pengawas Syariah atau lembaga serupa.

11. Komersialisasikan Laporan Keuangan

Setelah laporan keuangan syariah disusun dan diverifikasi, Anda dapat mendistribusikan laporan ini kepada pemangku kepentingan seperti pemilik, investor, dan regulator.

Ingatlah bahwa proses penyusunan laporan keuangan syariah memerlukan pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip syariah dan akuntansi syariah. Jika Anda tidak memiliki pengetahuan yang cukup, disarankan untuk mendapatkan bantuan dari profesional yang berpengalaman dalam akuntansi dan keuangan syariah.

Baca juga: Siklus Akuntansi : Pengertian dan Penjelasan yang Lengkap

Penutup

Dalam menutup diskusi mengenai laporan keuangan syariah, penting untuk diingat bahwa laporan ini memiliki peran krusial dalam memberikan gambaran menyeluruh tentang kinerja keuangan suatu entitas yang mengikuti prinsip-prinsip ekonomi Islam.

Laporan keuangan syariah bukan sekadar kumpulan angka, tetapi juga mencerminkan komitmen terhadap prinsip-prinsip etika dan nilai yang tercermin dalam operasi dan transaksi perusahaan.

Dengan kesadaran akan prinsip-prinsip syariah yang semakin meluas, laporan keuangan syariah menjadi instrumen yang memungkinkan pemangku kepentingan untuk melakukan evaluasi yang lebih mendalam terhadap performa finansial entitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Melalui pengungkapan yang transparan dan akurat, laporan ini juga menghadirkan kesempatan bagi perusahaan untuk menjalin hubungan yang lebih kokoh dengan masyarakat, investor, dan pemilik modal.

Seiring perkembangan ekonomi dan keuangan global, laporan keuangan syariah terus mengalami evolusi untuk memenuhi tuntutan pasar dan memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah.

Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam, kesadaran etika, dan komitmen terhadap nilai-nilai Islam adalah kunci dalam menyusun laporan keuangan syariah yang berdaya guna dan kredibel.

Namun bila Anda kesulitan dalam membuat atau menyajikan laporan keuangan syariah, Anda bisa menggunakan software akuntansi dan bisnis dari Accurate Online.

Aplikasi bisnis berbasis online ini mampu membantu Anda dalam menyajikan lebih dari 200 jenis laporan keuangan secara otomatis, cepat dan akuat. Anda juga bisa mengaksesnya di mana saja dan kapan saja Anda perlukan secara real-time.

Masih ragu? Coba gratis Accurate Online sekarang juga selama 30 hari gratis melalui tautan gambar di bawah ini.

accurate.id footer image blog akuntansi

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik salah satu bintang untuk menilai.

11 pembaca telah memberikan penilaian

Belum ada yang memberikan penilaian untuk artikel ini :( Jadilah yang pertama!