Contoh Rekonsiliasi Bank: Penyebab, Tujuan, Prosedur

oleh | Sep 26, 2024

source envato.

Rekonsiliasi bank adalah proses penting dalam pengelolaan keuangan bisnis yang seringkali diabaikan atau kurang dipahami.

Namun, pemahaman yang baik tentang konsep ini sangat penting untuk menjaga ketepatan catatan keuangan perusahaan dan menghindari masalah keuangan di masa depan.

Maka dari itu artikel ini akan membantu Anda memahami dengan jelas pengertian, komponen, hingga prosedur dari cara membuat rekonsiliasi bank.

Baca selengkapnya!

Apa itu Rekonsiliasi Bank?

Pengertian Rekonsiliasi Bank

ilustrasi Rekonsiliasi Bank. source envato

Rekonsiliasi bank adalah sebuah rangkaian catatan informasi yang menjelaskan tentang perbedaan-perbedaan kas.

Seperti perbedaan antara catatan bank dengan catatan kas nasabah.

Apabila perbedaan muncul dari transaksi nasabah yang belum dicatat oleh bank, catatan bank nasabah yang benar.

Sebaliknya, jika perbedaan disebabkan oleh catatan di pos-pos lain, maka catatan bank maupun perusahaan harus dilakukan penyesuaian.

Dikutip dari Wikipedia, Dalam pembukuan, rekonsiliasi bank adalah proses rekonsiliasi saldo rekening bank dalam pembukuan suatu entitas dengan saldo yang dilaporkan oleh lembaga keuangan dalam laporan bank terbaru.

Ada pula yang mengartikan kalau rekonsiliasi bank adalah sebentuk verifikasi dalam bentuk proses pencocokan data saldo perusahaan dengan catatan informasi terkait laporan perbankan.

Tujuan Rekonsiliasi Bank

Rekonsiliasi bank perlu dilakukan semata untuk tujuan dan fungsi tertentu.

Salah satunya fungsi rekonsiliasi bank adalah untuk memastikan adanya persamaan pencatatan atau justru perbedaan di antara laba perusahaan dengan laporan bank.

Rekonsiliasi bank juga perlu digarap semata untuk merapikan catatan laporan perbankan perusahaan untuk waktu tertentu.

Paling tidak verifikasi ini bisa menjadi kontrol atas segala penerimaan maupun pembayaran dalam bentuk uang tunai maupun non tunai.

Baca juga : Akuntansi Perbankan: Pengertian, Prinsip, Dan Manfaatnya

Penyebab Rekonsiliasi Bank

Rekonsiliasi bank dilakukan untuk mencocokkan catatan keuangan perusahaan dengan laporan bank.

Berikut beberapa penyebab terjadinya rekonsiliasi bank:

  1. Cek Belum Dicairkan: Cek yang telah diterbitkan oleh perusahaan namun belum dicairkan oleh penerima, menyebabkan saldo bank berbeda dengan catatan perusahaan.
  2. Setoran dalam Perjalanan: Setoran yang telah dicatat oleh perusahaan, tetapi belum tercatat oleh bank karena proses pencatatan yang belum selesai.
  3. Biaya Bank: Bank mungkin telah mengenakan biaya layanan atau administrasi yang belum dicatat dalam laporan keuangan perusahaan.
  4. Pendapatan Bunga atau Kredit Bank: Bank mungkin telah menambahkan bunga ke rekening perusahaan, tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
  5. Kesalahan Pencatatan: Kesalahan dalam mencatat transaksi, baik oleh perusahaan maupun oleh pihak bank, bisa menjadi penyebab selisih antara laporan keuangan perusahaan dan laporan bank.
  6. Transaksi Otomatis: Beberapa transaksi seperti pembayaran otomatis atau pendebitan langsung oleh bank yang belum dicatat dalam buku perusahaan.
  7. Cek Batal: Cek yang telah diterima perusahaan tapi kemudian dibatalkan oleh bank atau pengirim.

Komponen Rekonsiliasi Bank

Komponen Rekonsiliasi Bank

ilustrasi Rekonsiliasi Bank. source envato

Rekonsiliasi bank juga memiliki komponen-komponen tertentu. Jika satu saja yang terlewat, maka teori tersebut tidak bisa disebut sebagai proses rekonsiliasi bank.

Ini dia komponen-komponen yang dimaksud:

1. Deposit In Transit

Komponen yang pertama adalah Deposit in Transit. Makna dari komponen ini adalah uang tunai yang sudah diterima oleh perusahaan.

Tetapi informasinya masih belum diterima oleh bank sehingga belum tercatat di sana.

Kalau ini terjadi tepat di akhir bulan, tentu tidak akan menjadi setoran untuk bank. Karena uang tersebut masih belum tercatat dan masih menjadi milik perusahaan.

Nah dinamika inilah yang menjadi satu item yang tercatat dalam rekonsiliasi bank.

Logikanya adalah jika pihak bank menyetorkan uangnya tidak tepat di akhir bulan.

Maka pihak bank akan melakukan pencatatan yang juga terlambat. Karena tidak mungkin ada proses pencatatan jika tidak ada setoran yang masuk.

Bisa juga setoran sudah masuk tepat waktu, tetapi laporan dari perusahaan yang terlambat. Ini juga tidak akan tercatat oleh bank sehingga perlu dilakukan rekonsiliasi bank.

2. Outstanding Cek

Komponen rekonsiliasi bank yang kedua adalah Out standing Cek. Komponen ini disebut juga dengan cek beredar.

Maksudnya adalah cek yang sudah dituliskan oleh perusahaan tetapi masih belum dicairkan.

Kalau ini tidak segera dilaporkan tentu pihak bank tidak akan mencatat laporannya.

Sehingga wajar jika dilakukan rekonsiliasi bank terdapat perbedaan nominal antara catatan perusahaan dengan bank.

Jika pun sudah dicairkan seyogianya pun harus segera membuat laporan untuk bank. Sehingga terjadi update catatan kas terbaru terkait informasi-informasi keuangan perusahaan di bank tersebut.

3. Non-Sufficient Fund Check

Non-Sufficient Fund Check adalah komponen rekonsiliasi bank yang disebut juga cek kosong.

Cek ini tidak akan tercatat di bank karena memang saldo perusahaan tidak mencukupi untuk membayar cek tersebut.

Untuk kasus semacam ini, bank tetap mengizinkan pencairan dan mengurangi rekening perusahaan.

Sedangkan bagi perusahaan sendiri akan dimintai bayaran untuk proses pencairan.

Baca juga : Contoh Soal Rekonsiliasi Bank dan Penjelasan Lengkapnya

Bentuk bentuk Rekonsiliasi Bank

Rekonsiliasi bank dapat disusun dalam berbagai format sesuai kebutuhan perusahaan, termasuk dalam bentuk dua kolom, empat kolom, hingga delapan kolom.

Berikut penjelasannya:

1. Rekonsiliasi Bank Dua Kolom

Rekonsiliasi bank dua kolom merupakan format paling sederhana, digunakan untuk mencocokkan saldo bank dan saldo buku.

  1. Kolom pertama: Saldo menurut laporan bank.
  2. Kolom kedua: Saldo menurut catatan buku perusahaan.

Rekonsiliasi ini berfungsi untuk perbandingan langsung antara dua catatan, menyoroti perbedaan akibat cek dalam perjalanan, setoran dalam perjalanan, atau biaya yang belum dicatat.

2. Rekonsiliasi Bank Empat Kolom

Rekonsiliasi bank empat kolom gigunakan untuk detail yang lebih rinci terkait perbedaan transaksi antara bank dan buku.

  1. Kolom pertama: Transaksi yang tercatat di bank tetapi tidak di buku.
  2. Kolom kedua: Transaksi yang tercatat di buku tetapi belum dicatat oleh bank.
  3. Kolom ketiga: Penyesuaian pada saldo bank.
  4. Kolom keempat: Penyesuaian pada saldo buku.

Rekonsiliasi bank empat kolom memberikan gambaran yang lebih terperinci dan memungkinkan penyesuaian pada kedua saldo untuk mencapai kesamaan.

3. Rekonsiliasi Bank Delapan Kolom

Rekonsiliasi bank delapan kolom merupakan format yang lebih komprehensif, biasanya digunakan oleh perusahaan besar dengan volume transaksi yang tinggi.

  1. Kolom pertama dan kedua: Saldo awal bank dan saldo awal buku.
  2. Kolom ketiga dan keempat: Penyesuaian untuk cek dalam perjalanan dan setoran dalam perjalanan.
  3. Kolom kelima dan keenam: Pendapatan yang belum dicatat oleh perusahaan dan pengeluaran yang belum dicatat oleh bank.
  4. Kolom ketujuh dan kedelapan: Penyesuaian saldo akhir bank dan saldo akhir buku.

Rekonsiliasi bank delapan kolom memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi penyesuaian yang lebih kompleks secara rinci dan memastikan keakuratan yang tinggi dalam rekonsiliasi.

Baca juga : Memahami Metode Rekonsiliasi Bank 4 Kolom dan 8 Kolom

Prosedur Rekonsiliasi Bank

Prosedur Rekonsiliasi Bank

ilustrasi Rekonsiliasi Bank. source envato

Untuk menjalankan rekonsiliasi bank juga dibutuhkan prosedur-prosedur tertentu.

Perlu Anda ingat selain menggunakan cara manual rekonsiliasi bank, terdapat juga sebuah sistem akuntansi yang dapat melakukan proses rekonsiliasi dengan mudah.

Namun tidak ada salahnya untuk tetap dasar prosesnya, berikut adalah cara membuat rekonsiliasi bank berdasarkan prosedurnya:

1. Melakukan Perbandingan Saldo Kas Perusahaan dan Rekening dari Bank

Prosedur yang pertama adalah melakukan perbandingan saldo kas perusahaan dengan rekening bank.

Caranya adalah dengan menganalisis rekening koran bank yang didapatkan setiap bulan.

Biasanya jika perusahaan membuka cek giro di Bank, maka akan mendapatkan rekening koran setiap akhir bulan.

Di dalamnya berisi berbagai macam transaksi seperti cek, setoran, biaya layanan dan selainnya. Bahkan saldo kas perusahaan juga ada di sana.

Nah rekening koran inilah yang dibandingkan dengan kas yang dicatat di perusahaan. Terjadi persamaan atau malah sebaliknya.

Memang sangat jarang terjadi kesamaan akibat faktor tertentu. Salah satunya adalah kesalahan pencatatan di pihak perusahaan.

Bukan tidak mungkin pihak bank juga melakukan kesalahan yang sama.

2. Catat Transaksi yang Dilakukan Oleh Bank

Transaksi yang tercatat di Bank bersifat digital dan otomatis disesuaikan dengan yang tertera di rekening koran.

Sekalipun demikian anda tetap bisa melacaknya tetap dengan berpedoman pada rekening koran.

Maka dari itu, catat semua transaksi yang muncul di rekening koran pada buku kas di bab yang berbeda.

Baru setelah itu ditindaklanjuti jika dalam perbandingannya ada perbedaan yang mencolok.

Ini juga bagian dari prosedur rekonsiliasi bank. Minimal sebagai data tercatat sebagai bukti bahwa memang terjadi selisih antara catatan perusahaan dengan catatan bank.

Baca juga: Pendapatan Bunga dihasilkan dari Bank, Bagaimana Karakteristiknya?

3. Lakukan Penelusuran Transaksi Masih Proses

Sudah dijelaskan di awal kalau sangat sulit terjadi kecocokan catatan keuangan di bank dengan kas perusahaan.

Masalahnya bisa bermacam-macam seperti keterlambatan laporan setoran dan bisa juga karena adanya cek edaran.

Sesungguhnya ini bukannya tidak tercatat tetapi masih dalam proses pencatatan. Maka dari itu, bagi pihak perusahaan harus dilakukan penelusuran terkait hal tersebut.

Caranya dengan menghubungi pihak terkait untuk menanyakan seputar kejelasannya.

Biasanya akan ditemukan penyebab mengapa ada selisih nominal antara catatan di bank dan perusahaan. Dari situ nanti akan muncul penyesuaian-penyesuaian.

4. Membuat Lembar Kerja Untuk Menghitung Selisih

Prosedur yang selanjutnya adalah membuat lembar kerja untuk menghitung selisih. Maksudnya adalah proses dan hasil penghitungan bisa dituliskan di lembar kerja tersebut.

Pastikan nominal hasil penghitungan menjelaskan tentang selisih yang sebenarnya. Sehingga ada ketuntasan terkait masalah ketidaksingkronan data tersebut.

Jika ini memang berhasil dilakukan berarti rekonsiliasi bank sudah rampung dan selesai.

Jika masih terjadi selisih yang meragukan, maka harus dilakukan penghitungan ulang dengan lebih detail dan teliti.

Maka dari itu, di prosedur ini data-data keuangan memang harus valid karena menjadi dasar penghitungan.

Baca juga: Apa itu Account Reconciliation? Berikut Pengertiannya

5. Penelusuran dan Pengecekan Ulang

Prosedur yang terakhir adalah lakukan penelusuran lanjutan dan pengecekan ulang. Terutama untuk data-data yang janggal dan semacamnya.

Rumusnya ialah jika selisih hanya Rp1.000.000 rupiah berarti penyebabnya bisa karena kesalahan input data.

Tetapi jika lebih dari nominal itu, berarti masih ada laporan keuangan yang belum tercatat di bank. Sehingga penyebab hal tersebut harus ditelusuri lebih lanjut.

Jika pun sudah fix, jangan dulu lakukan penyesuaian. Tetapi cek ulang agar kesalahannya lebih minim.

Memang proses ini membutuhkan waktu. Tetapi ini semua demi keteraturan laporan keuangan perusahaan dan kepercayaan dari  pihak perbankan.

Baca juga: Bagaimana Cara Melakukan Rekonsiliasi Bank? Berikut Penjelasan Lengkapnya

Contoh Rekonsiliasi Bank

Berikut adalah contoh soal rekonsiliasi bank dan jawabannya untuk membantu Anda memahami prosesnya.

Misalkan kita memiliki data berikut:

Data Awal

  1. Saldo Akhir Bank: Rp10.000.000
  2. Saldo Akhir Buku: Rp9.500.000

Transaksi yang Perlu Direkonsiliasi

  • Transaksi di Bank tetapi Belum Dicatat di Buku:
    • Setoran yang belum dicatat: Rp500.000
    • Biaya bank yang belum dicatat: Rp100.000
  • Transaksi di Buku tetapi Belum Dicatat di Bank:
    • Cek yang belum dicairkan: Rp200.000

Langkah Rekonsiliasi

  1. Saldo Akhir Bank:
    • Saldo Awal: Rp10.000.000
    • Tambahkan: Setoran yang belum dicatat: Rp500.000
    • Kurangi: Biaya bank yang belum dicatat: Rp100.000
    • Saldo Akhir Rekonsiliasi Bank: 10.000.000+500.000−100.000=Rp10.400.000
  2. Saldo Akhir Buku:
    • Saldo Awal: Rp9.500.000
    • Kurangi: Cek yang belum dicairkan: Rp200.000
    • Saldo Akhir Rekonsiliasi Buku: 9.500.000−200.000=Rp9.300.000

contoh rekonsiliasi bank

Baca juga: Jurnal Koreksi: Pengertian, Cara Membuatnya, Contoh, dan Bedanya dengan Jurnal Penyesuaian

Penutup

Proses rekonsiliasi bank merupakan proses yang vital, apalagi jika Anda terbiasa melakukan  pembayaran atau pembelian dengan metode transfer bank.

Namun proses rekonsiliasi bisa menjadi kegiatan yang sangat memakan waktu jika dilakukan dengan manual, terutama jika jumlah transaksi yang Anda lakukan sangat banyak.

Untuk memudahkan proses rekonsiliasi dan meminimalisir kesalahan, Anda bisa menggunakan software akuntansi dan bisnis Accurate Online yang memiliki fitur rekonsiliasi bank secara otomatis.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang fitur ini, Anda bisa membacanya melalui link ini, atau menonton caranya melalui video dibawah.

rekonsiliasi bank

ilustrasi rekonsiliasi bank. official Youtube Accurate Online

Dengan fitur ini Anda bisa dengan mudah untuk mencocokan setiap transaksi dengan laporan yang ada pada rekening Anda.

Masih banyak lagi fitur fitur Accurate Online yang bisa memudahkan proses pembukuan Anda.

Tertarik untuk mencoba? Anda bisa menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan gambar di bawah!

akuntansibanner

Efisiensi Bisnis dengan Satu Aplikasi Praktis!

Konsultasikan kebutuhan bisnismu dengan tim kami.

Jadwalkan Konsultasi

artikel-sidebar

Download Template Pembukuan Bisnis

Template pembukuan untuk bisnismu dengan format Excel.

Khaula Senastri
Seorang lulusan S1 ilmu akuntansi yang suka membagikan istilah, rumus, dan berbagai hal yang berkaitan dengan dunia akuntansi lewat tulisan.

Artikel Terkait