Apa itu Pasiva? Ini Pengertian Lengkap dan Jenis-jenisnya!
Pada dasarnya, pasiva adalah suatu pengorbanan ekonomi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau bisnis karena ada suatu kegiatan usaha
Sebagian besar pebisnis atau akuntan pasti sudah sering mendengar istilah ini. Namun, apa sih pengertian lengkap dari pasiva?
Nah, pada artikel kali ini, mari bersama kita bahas tentang pengertian pasiva.
Daftar Isi
Apa itu Pasiva?
Pasiva atau liabilitas dalam akuntansi mengacu pada kewajiban atau hutang yang dimiliki oleh perusahaan kepada pihak luar.
Pasiva mencakup segala sesuatu yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada kreditur atau pihak ketiga lainnya.
Contoh pasiva dapat mencakup hutang kepada pemasok, pinjaman bank, hutang pajak, gaji yang masih harus dibayar, dan lain sebagainya.
Dalam buku besar, pasiva direkam sebagai salah satu sisi dari neraca, yaitu di sisi kredit.
Maka dari itu setiap peningkatan dalam pasiva dicatat sebagai kredit dan setiap penurunan dalam pasiva dicatat sebagai debit.
Pasiva biasanya terbagi menjadi dua bagian utama dalam neraca: pasiva lancar (current liabilities) dan pasiva jangka panjang (long-term liabilities).
Pasiva lancar mencakup hutang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau kurang, sedangkan pasiva jangka panjang mencakup hutang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun.
Baca juga: Jurnal Retur Penjualan: Pengertian, Contoh Kasus dan Cara Mencatatnya
Jenis-jenis Pasiva
Jika dilihat berdasarkan jangka waktunya, maka pasiva akan terbagi menjadi dua golongan utama, yaitu golongan utang jangka pendek (current liabilities) dan golongan utang jangka panjang (long term liabilities).
Utang Jangka Pendek (Current Liabilities)
Dilansir dari laman Investopedia, current liabilities adalah suatu utang yang sebaiknya dibayarkan atau dilunasi dengan cepat oleh perusahaan, karena utang ini memiliki jangka waktu pelunasan yang terhitung singkat, umumnya satu tahun pembukuan.
Jenis-jenis Akun Utang Jangka Pendek
1. Utang Dagang (Account Payable)
Account payable atau utang dagang adalah jenis pasiva jangka pendek yang timbul karena suatu pembelian barang.
Umumnya adalah berupa bahan baku untuk suatu kebutuhan operasional perusahaan. Utang ini harus dibayarkan kepada perusahaan rekanan atau yang biasa disebut dengan supplier.
2. Utang Wesel (Notes Payable)
Utang wesel atau yang biasa disebut dengan notes payable adalah current liabilities yang wajib dilunasi oleh perusahaan ke pemberi dana pinjaman dengan masa tenggang waktu sekitar 30, 60 sampai 90 hari.
3. Beban yang Perlu Dibayarkan (Accrued Interest Payable)
Accrued Interest Payable atau beban yang harus dibayarkan adalah suatu jenis utang jangka pendek atau Current liabilities yang statusnya masih belum bisa dilunasi dalam suatu periode akuntansi waktu tertentu.
Contoh pasiva jangka pendek ini adalah beban biaya sewa, beban gaji, upah, dll.
Baca juga: Cara Mudah Membuat Laporan Keuangan dengan Accurate Online
4. Penghasilan yang Ditangguhkan (Deferred/Unearned Revenue)
Deferred Revenue atau Penghasilan yang Ditangguhkan adalah suatu kontraprestasi jasa perusahaan kepada pihak ketiga.
Dengan pengertian dimana penghasilan tersebut belum sepenuhnya menjadi milik perusahaan, tapi pembayarannya sudah diterima. Maka hal ini dianggap sebagai utang.
Sederhananya, Deferred Revenue adalah adalah suatu pendapatan yang diterima di awal pada jasa yang pada kenyataannya belum dilakukan atau barangnya belum bisa dikirimkan.
Di dalam neraca, utang ini akan tercatat sebagai suatu bentuk kewajiban, bukan aset. Sehingga, jasa atau produk tersebut nantinya akan dikirim kepada konsumen.
Jika barang atau jasa sudah terkirim, maka utang tersebut akan masuk ke pendapatan di dalam laporan laba rugi.
Sebagai contoh pasiva ini, perusahaan A menyewa suatu aset gudangnya selama 8 bulan ke perusahaan B dengan uang sewa seharga Rp400 juta di bulan Agustus 2015, dengan harga sewa sebanyak Rp50 juta perbulan.
Sehingga, di tanggal 31 Desember 2017, perusahaan hanya akan memiliki hak sewa selama 5 bulan sejak tanggal 1 Agustus 2015.
Disisi lain, tiga bulan uang sewa yang sudah diterima masih belum sepenuhnya menjadi hak perusahaan, karena sisa uang sewa baru berlalu pada 3 bulan di tahun 2016.
Jadi, uang yang sebanyak Rp150 juta hasil dari 3×50 juta masih dalam bentuk angka ketika tutup tahun 2015.
5. Utang Gaji (Salaries Payable)
Utang gaji atau Salaries Payable merupakan kewajiban perusahaan untuk membayarkan kepada karyawan tapi jumlah yang wajib dibayarkan belum bisa dibayar oleh perusahaan.
Untuk itu, kondisi ini masih menjadi utang perusahaan pada karyawan.
6. Utang Dividen (Dividends Payable)
Utang Dividen atau Dividen Payable termasuk kedalam bagian laba perusahaan yang dipilih untuk bisa diberikan kepada para pemilik saham dalam wujud dividen, tapi dalam hal ini belum bisa dibayarkan.
7. Utang Pajak (Tax Payable)
Tax Payable atau utang pajak adalah bentuk kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan pada setiap pajak di semua aset perusahaan dalam bentuk bangunan yang sudah digunakan atau terpakai jasanya.
Baca juga: Rasio Utang: Pengertian, Rumus, Contoh dan Fungsinya
2. Utang Jangka Panjang (Long Term Liabilities)
Akun yang termasuk kedalam utang jangka panjang ini adalah seluruh utang yang pelunasannya harus dibayar dalam tenggang waktu yang cenderung lebih lama.
Jenis-jenis Akun Utang Jangka Panjang
1. Utang Bank (Bank Loan)
Utang bank ataupun bank loan adalah suatu jenis utang jangka panjang berupa pinjaman yang diperoleh perusahaan dari jenis bank tertentu sebagai suatu modal kerja perusahaan.
Pada umumnya, utang bank ini dimanfaatkan untuk berbagai hal strategis seperti untuk ekspansi ataupun penggabungan suatu perusahaan.
2. Utang Hipotik (Mortgages Payable)
Mortgages Payable atau utang hipotik merupakan utang jangka panjang yang berbentuk utang pinjaman suatu perusahaan pada sebuah dengan jaminan berupa aset tetap atau harta tetap milik perusahaan.
3. Utang Obligasi (Bond Payable)
Utang obligasi atau bond payable adalah suatu kewajiban sebuah perusahaan yang muncul karena menerbitkan dan juga menjual obligasi.
Arti dari obligasi tersebut adalah surat berharga yang memiliki fungsi sebagai surat bukti bahwa pemegang surat obligasi sudah meminjamkan uangnya pada suatu perusahaan yang menerbitkan surat obligasi tersebut.
Dalam hal ini, pemegang surat obligasi akan memperoleh keuntungan dalam bentuk bunga secara berkala. Biasanya, keuntungan tersebut sering disebut dengan istilah kupon.
4. Kredit Noveltasi (Long Term Loan)
Kredit noveltasi atau long term loan adalah suatu kewajiban yang didapatkan dari pihak bank atau lembaga keuangan lainnya dalam bentuk pinjaman jangka panjang.
Baca juga: Surat Perjanjian Hutang: Arti, 4 Manfaat, dan Contohnya
5. Utang Berdurasi (Subordinated Loan)
Subordinated Loan atau utang berdurasi merupakan suatu kewajiban para pemilik saham dalam perusahaan induk yang didalamnya tidak memiliki bunga.
6. Utang Sewa Dana (Payable Lease)
Utang sewa dana atau yang biasa disebut dengan payable lease adalah utang dari perusahaan milik asing untuk bisa digunakan sebagai pembelian aset.
Sistem pembayaran payable lease harus diangsur ataupun dicicil dalam kurun waktu yang lumayan lama.
7. Utang Pemegang Saham (Holding Company Loan)
Holding Company Loan atau Utang Pemegang Saham adalah kewajiban yang diberikan oleh pihak perusahaan induk ke perusahaan afiliasi atau anak perusahaan baru sebagai modal usaha untuk bisa dipergunakan dengan baik.
8. Pasiva Tetap
Pasiva tetap adalah bagian dari kewajiban jangka panjang yang tidak diharapkan untuk segera dilunasi dalam waktu satu tahun atau siklus operasional normal perusahaan.
Contoh dari Pasiva Tetap adalah hutang hipotek, obligasi jangka panjang, dan kewajiban jangka panjang lainnya.
Baca juga: Pengertian Utang dan 10 Cara Efektif Mengelolanya
Bagian Terakhir dari Pasiva
Hal terakhir yang perlu diketahui dari pasiva adalah modal atau capital.
Modal tersebut bisa didapatkan dari selisih ataupun nilai lebih dari total aset dengan kewajiban utang. Nah, nilai itu adalah sudah menjadi hak pemilik perusahaan.
Baca juga: Surat Penawaran Harga: Pengertian, Jenis, Komponen, dan Contohnya
Penutup
Secara garis besar, Anda mungkin akan menyimpulkan bahwa pasiva adalah beban perusahaan, karena pihak perusahaan harus mengeluarkan uang di dalamnya.
Namun, yang perlu digaris bawahi adalah pengeluaran uang dalam bentuk pasiva tersebut mampu memberikan dampak positif pada bisnis yang saat ini sedang dijalankan.
Salah satu contoh sederhananya adalah membayar gaji karyawan. Tanpa menambah anggota, Anda sebagai pemilik usaha pasti akan memikirkan banyak hal yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Nah, dengan adanya karyawan baru, maka Anda bisa lebih fokus untuk melakukan hal lainnya.
Selain itu, adanya karyawan baru juga akan mampu meningkatkan produksi barang yang Anda jual.
Itu artinya, setiap uang yang Anda keluarkan saat ini, pasti akan kembali lagi di masa depan saat bisnis Anda sudah semakin besar.
Untuk itu, Anda harus menganggap pasiva sebagai suatu hal yang baik. Namun, Anda harus bisa mengelola keuangan bisnis Anda dengan baik agar anggaran dana pasiva yang sudah Anda keluarkan mampu memberikan keuntungan di masa depan.
Nah, untuk lebih memudahkan Anda dalam mengelola keuangan bisnis, Anda bisa menggunakan software akuntansi dari Accurate Online.
Accurate online adalah aplikasi akuntansi yang memiliki tampilan sederhana sehingga akan memudahkan Anda dalam membuat berbagai laporan keuangan perusahaan atau mengelola keuangan perusahaan, bahkan untuk Anda yang tidak memiliki latar belakang akuntansi sekalipun.
Tertarik? Anda bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini: