Risiko Likuiditas: Pahami Pentingnya, Penyebab dan Tindakan Pencegahannya
Risiko likuiditas adalah suatu risiko yang mana pada suatu perusahaan atau individu sudah tidak mampu lagi memenuhi kewajiban keuangan dalam jangka waktu pendek karena tidak bisa mengubah asetnya menjadi uang tunai.
Hal tersebut sering kali terjadi karena asetnya tidak bisa dijual dengan harga yang wajar yang disebabkan kurangnya daya beli dan pergerakan harga yang terlalu besar pada suatu perusahaan.
Likuiditas adalah salah satu aspek yang sangat penting di dalam keuangan sebuah perusahaan. Perannya yang sangat penting ini pastinya akan menentukan tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam menutupi kewajiban lancarnya.
Tapi, jika perusahaan tidak mampu melakukan pengelolaan keuangan secara tepat, maka kemungkinan besar akan timbul risiko likuiditas di masa depan. Jika hal ini tidak bisa segera diatasi, tentunya akan berdampak buruk untuk perusahaan.
Untuk itu, menilai risiko likuiditas sangatlah penting, sehingga perusahaan akan sangat membutuhkan kecermatan analisis tim keuangan dalam hal menilai risiko likuiditas. Mereka adalah tim yang memiliki tanggung jawab dalam memahami penyebab, risiko likuiditas yang mungkin akan timbul, cara mengelola dan hal lainnya.
Daftar Isi
Pengertian Risiko Likuiditas
Sebelum kita membahas lebih dalam tentang risiko likuiditas, maka kita harus memahami terlebih dahulu tentang likuiditas.
Di dalam dunia keuangan, likuiditas adalah kapasitas pada sebuah entitas dalam melunasi kewajiban lancar tanpa adanya berbagai kerugian yang kemungkinan akan timbul di dalam perusahaan tersebut.
Hal ini sangat bergantung pada likuid atau tidaknya nilai keuangan suatu perusahaan. Likuiditas pada suatu perusahaan bisa dikatakan tidak bermasalah bila seluruh aset untuk memenuhi kewajibannya tidak mengalami masalah ataupun kerugian tertentu.
Tapi, bila perusahaan tidak mampu mencukupi likuiditas tersebut, maka bisa dikatakan bahwa perusahaan tersebut harus menerima berbagai risikonya.
Untuk itu, jangan heran bila risiko likuiditas selalu berkaitan dengan kondisi yang merugikan dalam suatu perusahaan. Hal tersebut membuat risiko likuiditas diartikan sebagai kesulitan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya.
Baca Juga: Apa itu Current Asset? Definisi dan Perbedaannya dengan Non-Current Asset
Apa Penyebab Risiko Likuiditas ?
Dalam hal memenuhi kewajiban lancar, maka yang diperlukan adalah dalam bentuk kas tunai ataupun sejenisnya, seperti pada rekening tabungan ataupun rekening giro. Bila suatu aset lancar sudah dijadikan sebagai andalan perusahaan dalam menutupi hutangnya, maka aset tersebut harus terlebih dahulu dilikuidasi menjadi kas tunai.
Tapi, hal ini juga tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan tidak bisa mengkonversi asetnya menjadi uang, maka hal inilah yang menjadi penyebab risiko likuiditas.
Ketidakmampuan tersebut terjadi karena beberapa faktor. Bisa jadi karena adanya kegagalan pengelolaan keuangan, dll. Nah, untuk lebih jelas dalam memahami penyebab risiko likuiditas, maka kami akan menerangkannya pada beberapa poin di bawah ini.
- Tim analisa yang kurang mampu memberikan detail dalam hal analisis dari segi aset. Bila kondisi ini tidak segera diatasi, maka akan mengakibatkan risiko likuiditas perusahaan menjadi semakin parah.
- Adanya keterlambatan arus kas, sehingga aktiva lancar tidak bisa melampaui nilai kewajiban lancar perusahaan. Hal tersebut akan mudah terlihat jika sudah melakukan perhitungan pada rasio likuiditas. Angkanya akan menunjukan posisi yang rendah daripada standar industri pada setiap jenis rasio.
Pengukuran Risiko Likuiditas
Pengelolaan risiko likuiditas mewajibkan pihak bank untuk memanfaatkan dua indikator. Kedua indikator tersebut adalah sebagai berikut.
1. Rasio Keuangan
- Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah melakukan perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan pada jumlah dana yang sudah terhimpun. Dana yang sudah terhimpun ini bisa berupa dan dari pihak ketiga saja atau termasuk dana yang dihimpun dalam wujud lain.
- Current Ratio. Di dunia perbankan, current ratio adalah perbandingan antara aset yang likuid pada pendanaan dalam jangka waktu pendek. Aset likuid ini berupa aset likuid primer dan aset likuid sekunder. Kedua komponen tersebut bisa dilihat dari aturan OJK terkait tingkat kesehatan bank.
- Deposan inti ataupun deposan non-inti atas suatu aset. Jenis rasio ini menilai dana yang dihimpun dari deposan inti atau deposan non-inti pada total dana dari pihak ketiga. Rasio ini juga akan membandingkan dengan total aset yang dimiliki oleh pihak bank.
2. Arus Kas
Arus kas dalam hal ini adalah suatu pengukuran likuiditas dengan menggunakan analisa kesenjangan likuiditas. Kesenjangan dalam hal ini adalah perbandingan antara posisi aset dan juga kewajiban dalam jangka waktu tertentu.
Manajemen Risiko Likuiditas
Seperti yang sudah kita ketahui, risiko adalah satu satu hal yang tidak bisa kita pisahkan dalam berbagai aspek apapun. Jika terjadi risiko, maka hal tersebut tetap akan terjadi dan tidak akan bisa dihindar walaupun sudah melakukan berbagai hal untuk menghilangkan risiko ini.
Oleh karena itu, hal yang bisa Anda lakukan adalah melakukan manajemen risiko. Hal ini harus dilakukan agar risiko yang sudah terjadi tidak berdampak besar pada operasional perusahaan.
Beberapa manajemen risiko likuiditas yang bisa dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Kesenjangan Likuiditas
Dalam hal ini, tentunya Anda harus mengidentifikasi kesenjangan yang terjadi antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar, dan cara dalam menghadapinya. Selain itu, Anda juga harus mengidentifikasi kondisi yang bisa menimbulkan gap.
Tujuannya adalah agar Anda bisa mengambil langkah untuk mengisi ketertinggalan tingkat aktiva lancar. Dengan begitu, maka diharapkan mampu meminimalisir tingkat kerugian perusahaan.
2. Melakukan Mekanisme yang Jelas dan Terarah
Anda juga harus merancang suatu sistem mekanisme yang jelas pada pemilik usaha dan juga pada tim keuangan. Setelah itu, perjelaslah dengan membuat mekanisme teknis dan non teknis secara detail agar ketika melakukan hal teknis tersebut, Anda memiliki tolak ukur yang pasti.
Dengan begitu, akan memungkinkan Anda untuk melakukan pengukuran, pemantauan, dan juga mitigasi risiko likuiditas. Sehingga berbagai kerugian yang menimpa perusahaan bisa dihindari secara maksimal.
3. Tingkatkan Cadangan Kas atau Setara Kas
Sifat kas ataupun yang setara dengan kas yang sangat likuid sudah jelas akan mempengaruhi kesehatan keuangan perusahaan. Karena, proses penyelesaian kewajiban akan lebih cepat tanpa harus melakukan proses likuiditas yang lama.
Untuk itu, meningkatkan cadangan kas atau setara kas menjadi salah satu cara yang tepat untuk memperbaiki risiko likuiditas suatu perusahaan. Manajemen risiko likuiditas serta manajemen biaya yang tepat tentunya akan memberikan tingkat kepercayaan yang baik pada pihak yang berhubungan di dalamnya, seperti pihak kreditur bank.
Kenapa? Karena kedisiplinan dalam hal manajemen akan tergambar pada suatu eksekusi dalam melakukan kewajiban secara tepat waktu dan sesuai dengan jadwal tanggal jatuh tempo.
Untuk itu, hal yang penting dalam hal ini adalah perusahaan harus mampu mempertahankan aset lancarnya agar bisa memastikan mampu memenuhi kewajibannya.
Regulasi tentang Likuiditas
Peraturan tentang likuiditas ini memang tidak secara jelas diatur dalam tingkat kesehatan bank dan aturan terkait manajemen risiko.
Tapi, karena risiko likuiditas ini sangatlah penting, maka Basel Committee melalui Basel III yang selanjutnya merujuk OJK sebagai pihak regulator di Indonesia, mengatur likuiditas ini dengan dua aturan yang sangat detail. Berikut ini adalah penjelasannya.
1. Liquidity Coverage Ratio (LCR)
Peraturan terkait LCR ini mewajibkan pihak bank untuk mampu mempersiapkan alat likuiditas dengan kualitas tinggi sebagai bentuk antisipasi keperluan arus kas keluar bersih dalam kurun waktu 30 hari kedepan dalam kondisi skenario stress.
Ketentuan akan hal tersebut sudah diatur dalam POJK No. 42/POJK.03/2015 terkait Kewajiban Pemenuhan Rasio Kecukupan untuk bank umum.
2. Net Stable Funding Ratio (NSFR)
Regulasi terkait NSFR ini mewajibkan setiap bank menyediakan dana stabil berbentuk liabilitas dan modal untuk bisa mendanai kegiatan pada aset dan juga rekening administratif.
Itu artinya, pihak bank diminta untuk mempersiapkan tenor penyaluran dana dengan tenor sumber dananya. Jika bank memiliki rencana untuk melakukan pembiayaan dalam jangka waktu yang lama, maka pihak bank harus menggunakan sumber daya yang memiliki jangka waktu lama juga.
Peraturan terkait hal ini sudah diatur dalam POJK No. 50/POJK.03/2017 terkait Kewajiban Pemenuhan Rasio Pendanaan Stabil Bersih untuk bank umum.
Baca juga: Biaya Provisi Adalah: Pengertian, Karakteristik, Dan Cara Menghitungnya
Penutup
Dalam melakukan berbagai kegiatan usaha, tentunya kita tidak akan bisa terlepas dengan yang namanya risiko. Untuk itu, cara yang paling bijak dalam mengatasinya adalah dengan mengendalikan penyebabnya, melakukan manajemen yang tepat, serta mitigasi berbagai risiko likuiditas secara baik.
Likuiditas adalah faktor yang sangat penting untuk bisa menentukan operasional perusahaan. Untuk itu, dibutuhkan strategi dan manajemen risiko yang matang agar tingkat likuiditas perusahaan bisa bertahan dengan baik.
Faktor yang paling penting dalam mengurangi risiko likuiditas adalah dengan melakukan pembukuan yang tepat dan akurat, sehingga nantinya akan memudahkan Anda dalam mengambil suatu keputusan yang bijak untuk bisnis Anda di masa depan.
Namun, pembukuan yang dilakukan secara manual sudah sangat ketinggalan zaman dan memiliki risiko besar adanya kesalahan input. Untuk itu, gunakanlah software akuntansi dari Accurate Online.
Accurate Online adalah software akuntansi berbasis cloud system yang akan memudahkan Anda dalam melakukan kegiatan akuntansi yang rumit. Dengan menggunakan aplikasi ini, Anda bisa memantau dan mendapatkan seluruh laporan keuangan bisnis Anda secara real time. Sehingga neraca keuangan perusahaan pun bisa tetap stabil.
Tertarik? Anda bisa menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari dengan hanya klik tautan gambar di bawah ini.